Stockholm, 3 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SDR HEDAYA TIDAK PERLU IKUTAN YUDHOYONO, KALAU KALIAN MENDUKUNG NII
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS SDR HEDAYA TIDAK PERLU MENGHANTAM ASNLF KALAU KALIAN MENDUKUNG NII, KARENA KALIAN AKAN MASUK JERAT YANG DIPASANG SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

"Secara explisit kita dapat membuat satu kesimpulan bahwa hancurnya Aceh oleh badai tsunami berarti pula hancurnya sebutan Nangroe Aceh Darussalam, dan juga hancurnya Gerakan Aceh Merdeka. Darussalam (Negara yang Selamat / Islam) yang sebenarnya tidak akan pernah dihancur luluhkan oleh Allah, tapi bukti di depan mata kita akan tsunami itu terang sekali mengisyaratkan akan upaya manusia (kaum kafirin) untuk mempermainkan hukum Allah dengan mengatakan iman kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian (di antara iman atau kafir) seperti dalam surat 4 : 150-151 , dan demikian juga dengan GAM yang dulunya (sejarahnya) Tauhid bersama Madinnah Indonesia, sekarang seperti sampan kecil yang terombang ambing badai tsunami itu." (Hedaya, heda1912@yahoo.com , 03 Jan, 05 - 11:42 am)

Terimakasih saudara Hedaya atas tanggapan dan pikirannya.

Sebagian tanggapan yang disampaikan oleh saudara Hedaya telah dijawab oleh Ahmad Sudirman dalam tulisan "Sebagian besar rakyat RI terus ditipu oleh pemikiran Soekarno dalam hal Acheh".

Dan dalam tulisan ini menampilkan sebagian yang belum sempat dijawab sebelumnya.

Kalau membaca apa yang disimpulkan oleh saudara Hedaya: "Secara explisit kita dapat membuat satu kesimpulan bahwa hancurnya Aceh oleh badai tsunami berarti pula hancurnya sebutan Nangroe Aceh Darussalam, dan juga hancurnya Gerakan Aceh Merdeka. Darussalam (Negara yang Selamat / Islam) yang sebenarnya tidak akan pernah dihancur luluhkan oleh Allah, tapi bukti di depan mata kita akan tsunami itu terang sekali mengisyaratkan akan upaya manusia (kaum kafirin) untuk mempermainkan hukum Allah dengan mengatakan iman kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian (di antara iman atau kafir) seperti dalam surat 4 : 150-151"

Jelas itu suatu kesimpulan saudara Hedaya yang kosong yang hanya didasarkan pada dasar hasil pikiran yang gombal. Mengapa ?

Kalau memang saudara Hedaya adalah seorang orang cerdik dan bijak, maka ia akan menemukan siapa yang menamakan Negeri Acheh itu sebagai Nanggroe Aceh Darussalam.

Itu nama Nanggroe Aceh Darussalam adalah merupakan hasil ciptaan anggota DPR semasa Abdurrahman Wahid masih memegang kekuasaan dan dituliskan Negeri Acheh dengan istilah Nanggroe Aceh Darussalam yang dituangkan dalam UU RI Nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi daerah istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang disyahkan pada tanggal 9 Agustus 2001 oleh Megawati selaku Presiden RI dan diundangkan pada tanggal yang sama oleh Sekretaris Negara Muhammad M. Basyuni.

Nah kalau itu saudara Hedaya mau membuka sedikit saja UU No.21/2001 ini, maka jelas didalamnya akan ditemukan suatu pelanggaran dan kesesatan yang telah dibuat oleh para anggota DPR dan anggota lembaga Eksekutif dibawah pimpinan Megawati. Mengapa disebut sebagai suatu tindakan yang sesat ?

Karena itu yang telah dituangkan oleh para anggota DPR termasuk juga Megawati Cs dan Susilo Bambang Yudhoyono telah mencampuradukkan dasar dan sumber hukum Islam serta pelaksanaannya dengan sistem thaghut hukum nasional yang bersumberkan kepada pancasila dan mengacu kepada UUD 1945 serta TAP-TAP MPR yang bukan bersumberkan kepada Islam dan Sunnah Rasulullah saw. Atau dengan kata lain bersumberkan kepada sumber hukum sekular Pancasila.

Coba baca itu apa yang tertuang dalam Bab XII, pasal 25, ayat 1, 2 dan 3 sudah jauh menyimpang dari apa yang digariskan dalam Islam. Dimana Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai bagian dari sistem peradilan nasional dilakukan oleh Mahkamah Syar'iyah yang bebas dari pengaruh pihak mana pun (Bab XII, pasal 25, ayat 1) dan Kewenangan Mahkamah Syar'iyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas syariat Islam dalam sistem hukum nasional, yang diatur lebih lanjut dengan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Bab XII, pasal 25, ayat 2), serta Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan bagi pemeluk agama Islam (Bab XII, pasal 25, ayat 3).

Jelas ini dasar hukum yang menyesatkan dan mengada-ada.

Jadi, walaupun Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang pelaksanaannya diatur oleh Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang Qanun itu sendiri merupakan peraturan daerah sebagai pelaksanaan UU NAD di wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tetapi karena sumber hukumnya berdasarkan kepada pancasila dengan mempertimbangkan kepada UUD 1945, maka Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah tidak lebih dan tidak kurang hanya merupakan penjabaran-kebawah dari pada sistem peradilan nasional dibawah Mahkamah Agung NKRI yang berdasar sumber hukum pancasila.

Inilah Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai satu alat untuk melabu atau menipu rakyat Aceh yang masih belum sadar akan pelaksanaan hukum-hukum Islam yang seharusnya dilaksanakan dan dijalankan secara menyeluruh di negara yang hukumnya berdasarkan dan bersumberkan kepada Islam.

Jadi, saudara Hedaya, kalau saudara hanya melihat dari permukaan saja, apa itu yang dipropagandakan dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam, jelas saudara akan tertipu mentah-mentah oleh anggota DPR, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan orang-orang yang menyokong UU No.18/2001.

Inilah, karena memang dasar dan sumber hukumnya adalah gombal dan menyesatkan, maka akhirnya Allah SWT mengazab kepada para penguasa di RI, termasuk mereka yang mengikutinya.

Karena itu yang dihancurkan Allah SWT adalah idea, jalan pemikiran, hasilnya yang telah dibuat oleh para anggota Legislatif dan Eksekutif dan para pelaksana dan para pengikut UU gombal yang mencatut nama darussalam.

Lihat saja azab Allah SWT yang diakibatkan oleh para penguasa RI berserta para pengikutnya yang telah sesat dan maksiat ini, bukan hanya korban jiwa rakyat Acheh saja, melainkan juga rakyat transmigran dari Jawa dan dari luar Acheh lainnya, anggota TNI/Polri dan keluarganya, para pejabat dan kaki tangan penguasa daerah Acheh, para pegawai perusahaan Daerah Acheh dan para pegawai Pemerintah Daerah Acheh, para pedagang orang Acheh, dan para pedagang orang transmigran, buruh tani dan nelayan, baik itu orang Acheh atau orang transmigran, yang kesemuanya hampir menelan 80.000 jiwa korban yang sebagian besarnya dikuburkan seperti binatang atas perintah Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian, akibat azab Allah SWT ini, bukan hanya menimpa infra struktur, manusia, rumah saja, melainkan juga ekonomi Negara sekuler RI menjadi lumpuh. Berapa triliun rupiah dana yang harus disediakan untuk memulihkan kembali semua yang telah hancur luluh ini. Jelas itu semua bukan menimpa kepada individu rakyat muslim Acheh yang jadi korban saja, melainkan yang lebih utama adalah yang menimpa kepada jalur dan roda pemerintahan Negara sekuler RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono.

Inilah juga akibat para penguasa lembaga Eksekutif dan legislatif yang mempermainkan dasar dan sumber hukum Allah dan mencampur adukkan dengan sistem thaghut pancasila untuk diterapkan di bumi Acheh, sehingga akibatnya hancur luluhnya roda kehidupan pemerintahan Negara sekuler RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Memang nama Nanggroe Aceh Darussalam telah hancur, karena memang nama itu adalah nama catutan yang menyesatkan yang dibuat oleh para anggota DPR dan disyahkan oleh Megawati yang juga didukung penuh oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Tetapi perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah Negara Pancasila jelas tidak melemah dan tidak hancur.

Yang hancur adalah itu hasil kerja dan hasil pemikiran gombal yang menyesatkan para anggota DPR dan Pemerintah yang tertuang dalam UU No.18/2001 yang penuh kesesatan itu.

Karena memang mereka itu seperti yang saudara Hedaya katakan: "mereka mempermainkan hukum Allah dengan mengatakan iman kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian (di antara iman atau kafir) seperti dalam surat 4 : 150-151"

Seterusnya itu kalau saudara Hedaya mengatakan: "demikian juga dengan GAM yang dulunya (sejarahnya) Tauhid bersama Madinnah Indonesia, sekarang seperti sampan kecil yang terombang ambing badai tsunami itu"

Jelas itu apa yang dikatakan oleh saudara Hedaya adalah salah kaprah. Mengapa ?
Karena kalau yang dinamakan madinah adalah suatu daerah atau wilayah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dengan nama Yatsrib yang kemudian disebut dengan Madinah. Jadi istilah madinnah Indonesia adalah salah kaprah.

Kemudian, kalau yang dimaksudkan itu istilah madinnah Indonesia adalah wilayah kekuasaan Negara Islam Indonesia yang diproklamasikan oleh Imam NII SM Kartosoewirjo pada tanggal 7 Agustus 1949 kemudian kalau dihubungkan dengan ASNLF (Acheh Sumatra National Liberation Front) dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro, jelas tidak ada garis sejarahnya yang jelas. Kecuali memang ada sedikit kalau ditarik garis jalur menuju NII yang diproklamasikan oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh pada tanggal 20 September 1953. Itupun memang ada sedikit garis jalur, tetapi pada tahap awal saja, karena setelah NII di Acheh melaju, apalagi setelah masuk menjadi Negara Bagian Republik Persatuan Indonesia (RPI) pada tanggal 8 Februari 1960, dan kemudian juga pada tanggal 15 Agustus 1961 keluar dari RPI dan berdiri sendiri dengan memakai nama Republik Islam Acheh (RIA), jelas itu tidak ada lagi hubungan secara struktur kenegaaraan dengan pihak NII Imam SM Kartosoewirjo. Coba tunjukkan kepada Ahmad Sudirman, dimana letak hubungan yang erat kalau melihat kepada struktur pemerintahan NII Imam SM Kartosoewirjo dan NII Teungku Muhammad Daud Beureueh ?.

Jadi, Ahmad Sudirman membaca apa yang disimpulkan oleh saudara Hedaya diatas itu, jelas itu merupakan kesimpulan yang salah dan kosong, yang tidak didasarkan kepada fakta, bukti, sejarah dan dasar serta sumber hukum yang jelas.

Sebenarnya kalau saudara Hedaya mau saja meneliti lebih dalam mengapa itu Penguasa Negara sekuler RI atau Negara kafir RI berserta para pengikutnya ini di Azab Allah SWT adalah karena apa yang telah di Firmankan Allah SWT: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raaf, 7: 96) "Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr." (QS Saba, 34: 16).

Selanjutnya apa yang diungkapkan saudara Hedaya ini: "Barang kali yang ada di benak GAM hanya bagaimana menguasai Aceh, sedangkan Islam itu untuk seluruh manusia, sistim islam yang sudah ditegakkan oleh Demak di bumi nusantara ini seolah tidak berarti apa-apa bagi GAM yang barangkali dengan logat rasis terpikir karena Demak adalah Jawa, sedangkan Islam tidak begitu, Islam itu rohmatan lil'alamin, cerdas dan lugas. Indonesia ini hanyalah sebuah titik untuk Daulah Islamiah Dunia, mengapa harus mendikotomikan Aceh dan Jawa ?? sebab Islam yang tidak tauhid dan apalagi kesukuan, rasis, bani dsb itu pasti tidak akan tegak, demikian juga dengan GAM yang mengambil langkah serupa."

Nah inipun ungkapan pemisalan saudara Hedaya yang salah kaprah dan ngawur.

Apakah saudara Hedaya masih juga buta atau masih saja terpengaruh oleh racun sejarah gombal Soekarno tentang Negeri Acheh yang dihubungkan dengan Negara RI. Dimana itu Negeri Acheh yang jelas-jelas berdasarkan fakta, bukti, dasar hukum dan sejarahnya ditelan, diduduki dan dijajah oleh RIS yang diteruskan oleh NKRI dan sekarang oleh RI.

Karena Ahmad Sudirman memperhatikan apa yang diungkapkan oleh saudara Hedaya ini jelas suatu hasil ungkapan pemikiran yang kosong yang tidak ada ditunjang oleh fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang jelas dan benar tentang Negeri Acheh dihubungkan dengan jalur pertumbuhan dan perkembangan Negara RI ini.

Kemudian itu menyinggung Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah keturunan Brawijaya Raja hindu dari Kerajaan Majapahit yang meninggal pada tahun 1519, dan diteruskan oleh putranya Patih Junus sampai tahun 1522. Kemudian diteruskan oleh Sultan Trenggano yang berkuasa dari tahun 1522 sampai tahun 1546. Seterusnya setelah Sultan Trenggano meninggal, timbullah perebutan kekuasaan antara keturunan Sekar Sedo Lepen saudaranya Patih Junus, yaitu Arya Penangsang dengan Prawoto Putranya Trenggano, dimana Prawoto dibunuh Arya Penangsang. Kemudian yang muncul menjadi Sultan bukan Arya Penangsang, melainkan Adiwijoyo alias Joko Tingkir yang memindahkan pusat kesultanan dari Demak ke Pajang, di daerah Jawa Tengan bagian Selatan. Seterusnya setelah Joko Tingkir meninggal, timbul perang bersaudara di Pajang, dimana yang keluar sebagai pemenang adalah Sutowijoyo Putranya Kyai Gede Pemanahan, dimana pusat pemerintahan Kesultanan dipindahkan dari Pajang ke Mataram, di sekitar Yogyakarta dan Selo.

Nah membaca sejarah singkat Kesultanan Demak yang diteruskan di Pajang dan di Mataram ini, jelas bagi rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan sendiri bebas dari pengaruh Kekuasaan Negara Pancasila tidakmempunyai sikap negatif atau seperti yang dikatakan oleh saudara Hedaya: "logat rasis terpikir karena Demak adalah Jawa"

Kalau memang kalian ingin membangun Daulah Islamiyah dan meneruskan sejarah Kesultanan Demak dipersilahkan, tidak perlu menyalahkan atau membuat analisa yang macam-macam terhadap pihak ASNLF.

Kalian bebas membangun untuk menghidupkan kembali Kesultanan Demak yang dibangun oleh Raden Patah keturunan raja hindu Majapahit yang bernama Brawijaya.

Persoalannya sekarang memang Itu Imam SM Kartosoewirjo sudah memproklamasikan Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949. Dimana NII Imam SM Kartosoewirjo ini dihancurleburkan dimana wilayah NII dijajah oleh pihak Soekarno dan diteruskan oleh pihak Susilo Bambang Yudhoyono bersama TNI/Polri-nya sampai detik sekarang ini. Justru kalau memang benar saudara Hedaya memperjuangkan NII Imam SM Kartosoewirjo sekarang ini, maka memang Pemerintah NII secara de-jure masih wujud. Saudara bisa menghubungi Pemerintah de-jure NII di wilayah NII yang secara de-facto berada dibawah jajahan Negara RI yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono bersama TNI/Polri-nya.

Saudara Hedaya tidak perlu bercuap-cuap tidak karuan di mimbar bebas ini dengan menghantam ASNLF dan Para pejuang Islam dari barisan pejuang Islam di bawah penerus Imam Sahid Kahar Muzakkar dari Sulawesi Selatan.

Kalau memang kalian saudara Hedaya mendukung NII Imam SM Karstosoewirjo, maka dukunglah NII, tidak perlu menghantam kesana kesini, apalagi menghantam ASNLF dari Acheh dan para pejuang Islam dari Sulawesi Selatan.

Kemudian kalau memang kalian juga mau memperjuangkan pelurusan tauhid dan pemurnian tauhid sebagaimana yang dikembangkan oleh kaum wahhabi atau salafi dari Kerajaan Ibnu Saud, maka dipersilahkan, jangan dipakai alat menghantam ASNLF di Acheh atau para Pejuang Islam di Sulawesi Selatan. Silahkan kalian maju kedepan dengan dakhwah pelurusan tauhid dan pemurnian tauhid model salafi atau wahhabi. Kalian dakhwahi itu Susilo Bambang Yudhoyono dn para petinggi TNI/Polri agar berhenti menduduki dan menjajah Negeri Acheh.

Soal dakhwah, soal taktik dan strategi perjuangan, itu jangan kalian ikut campur apa yang dilakukan oleh pihak atau orang lain. Kalian lakukan apa yang kalian sanggup, dan biarkan orang lain atau kelompok lain memperjuangkan dengan cara mereka.

Karena kalau kalian menghantam ASNLF di Acheh dan para pejuang Islam di Sulawesi Selatan tanpa alasan yang jelas dan benar dan hanya mengikut apa yang sedang dijalankan oleh pihak Susilo Bambang Yudhoyono bersama TNI/Polri-nya, maka kalian tidak ada guna dan manfaatnya. Hanya menambah terperosoknya kalian kelembah sistem thaghut pancasila yang menyesatkan itu.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

To: ahmad@dataphone.se
From: heda1912@yahoo.com
Date: 03 Jan, 05 - 11:42 am
Subject: Site Posting: Sebagian besar rakyat RI terus ditipu oleh pemikiran Soekarno dalam hal Acheh

BENCANA ALAM ADALAH ADZAB,

Bencana di Aceh kita ini adalah azab. Aceh yang kita kenal paling kental islamnya dalam ukuran Islam di RI (Islam setengah- setengah), dihancurkan begitu saja oleh Allah secara luluh lantak, porak poranda sama sekali. Kita jangan menghibur diri hanya dengan mengatakan itu semua adalah cobaan, sebab dalam perjuangan fisabililah, yang namanya cobaan adalah mampu mengatasi segala gangguan dan tindasan dari kaum kafirin. Sedangkan yang terjadi di Aceh adalah Allah yang menghancurleburkannya, dimana jika sebagai manusia yang menggunakan akalnya akan berdaya upaya untuk mengetahui apakah gerangan yang membuat Allah murka dan lalu menurunkan azabnya yang begitu nyata.

Secara explisit kita dapat membuat satu kesimpulan bahwa hancurnya Aceh oleh badai tsunami berarti pula hancurnya sebutan Nangroe Aceh Darussalam, dan juga hancurnya Gerakan Aceh Merdeka. Darussalam (Negara yang Selamat / Islam) yang sebenarnya tidak akan pernah dihancur luluhkan oleh Allah, tapi bukti di depan mata kita akan tsunami itu terang sekali mengisyaratkan akan upaya manusia (kaum kafirin) untuk mempermainkan hukum allah dengan mengatakan iman kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian (di antara iman atau kafir) seperti dalam surat 4 : 150-151 , dan demikian juga dengan GAM yang dulunya (sejarahnya) Tauhid bersama Madinnah Indonesia, sekarang seperti sampan kecil yang terombang ambing badai tsunami itu.

Barang kali yang ada di benak GAM hanya bagaimana menguasai Aceh, sedangkan Islam itu untuk seluruh manusia, sistim islam yang sudah ditegakkan oleh Demak di bumi nusantara ini seolah tidak berarti apa-apa bagi GAM yang barangkali dengan logat rasis terpikir karena Demak adalah Jawa, sedangkan Islam tidak begitu, Islam itu rohmatan lil'alamin, cerdas dan lugas. Indonesia ini hanyalah sebuah titik untuk Daulah Islamiah Dunia, mengapa harus mendikotomikan Aceh dan Jawa ?? sebab Islam yang tidak tauhid dan apalagi kesukuan, rasis, bani dsb itu pasti tidak akan tegak, demikian juga dengan GAM yang mengambil langkah serupa.

Untuk GAM maupun gerakan Islam di Makasar seharusnya mengkaji kembali sejarah cikal bakal Daulah Islam ditegakkan di bumi Nusantara ini oleh wali Sembilan, kemudian oleh Sarekat Islam (HOS Cokroaminoto), PSII, dan pada tahun 1949 kemudian memproklamasikan Madinah Indonesia, dan jangan lagi berfikir Jawa di atas Aceh dan makasar dan juga sebaliknya, sebab Tauhid itu jauh lebih penting dari pada penyakit ananiyah (keakuan), karena itu harus Nahniyah (kekitaan) agar kuat dan tegak 100% kedalam dan keluar. Namun yang terjadi adalah prasangka-prasangka buruk terhadap upaya mentauhidkan Dinn dalam wadah Madinnah Indonesia sebagai sebuah noktah Dinnul Islam / khilafah Islamiyah yang sudah kenyang dengan fitnah.

Yang saya lihat dan dengar, GAM secara struktural sibuk membuat opini maupun caunter opini, sedangkan Musa cs dan Muhammad cs dahulu dengan kahfi untuk menjaga amnu masuk dari pintu ke pintu menyampaikan berita dan mengajak kaum jahiliah / kafir untuk berhijrah, membentuk kekuatan tanpa tanding secara moril, materiil, struktur dan infra struktur sehingga tak terkalahkan, sebab membangun Islam itu membangun bukti riil bukan opini atau referendum yang gampang terbeleh/ terpecah oleh musuh dengan ghouzul fikrinya.

Saya mengamati bahwa GAM mendeklarasikan musuh secara fisik, sedangkan Islam mendeklarasikan musuh secara akidah, artinya akidah itulah yang harus diperangi sehingga mereka berakidah islam 100%, dan itu non sense dengan melalui propaganda, apalagi referendum seperti yang dituntut GAM selama ini yang menggambarkan dengan jelas ananiyah-nya. Dan bahkan dari opini di website ini masih ada kesan mengambil keuntungan dengan bencana Tsunami di Aceh kita atas musuhnya (RI), atau barangkali itu sebagai gambaran KEPUTUSASAAN, SYOK dan BINGUNG, kenapa Allah menurunkan azab yang teramat berat.

Bisa dipertanyakan, kontribusi apa yang bisa dilakukan GAM atas tsunami Aceh ? yang selama ini aceh dan rakyatnya dijadikan bahan propaganda baik di Indonesia maupun di negeri pengasingannya Swedden. Maka buatlah sumur-sumur air bersih, sarana pendidikan, pusat ekonomi dsb setelah bencana ini, mampukah GAM ? tidak harus terang-terangan, kahfi saja cukup, tapi ... mampukah GAM ?

Islam dengan Al-qurannya itu cerdas, sehinnga barisan Islam bisa berstrategi di negeri sendiri (hijrah) dengan membangun sarana dan prasarana di depan hidung musuh (RI), namun mereka (RI) tak bisa menyentuh, sebab barisan Islam itu kokoh dalam membangun bukti nilai dan tatanan yang universal dan bukannya menghancurkan dengan diwarnai kekerasan, dan mengapa pula harus DIPERJUANGKAN dari negeri asing yang masih KAFIR pula. Sebab para rosul dulu berhijrah ke suatu tempat, maka di tempat itu dibuatlah Madinnah (Tempat Tatanan Allah), sedangkan swedden? Dan jika kembali bertauhid, kembali mencerna akar sejarah, maka fase sekarang ini sudah memasuki fase hudaibiyah, sebuah fase intelektual, dimana kita bisa membunuh akidah lawan yang besar sekalipun hanya dengan sepidol, papan tulis dan air putih untuk melegakan tenggorokan, kenapa harus bersusah payah masuk hutan dan minta suaka di negeri pengasingan dengan perang opini kalo akhirnya harus kalah dan gagal.

Maka, kembalilah kepada Islam yang satu, Madinnah Indonesia tidak hanya untuk Indonesia melainkan noktah yaitu sebagai ruh kebangkitan Islam untuk 3/3 dunia kelak, dengan akal dan kecerdasan yang dilandasi iman, dan berlapang-lapanglah, karena Allah tidak menyukai kesempitan.

Sekali lagi, untuk masa depan, dari sisi aktualisasi Dinnul Islam di Indonesia akan lebih baik membuat suatu kesimpulan yang jelas, bahwa bencana di Aceh kita adalah azab Allah atas kesalahan kolektif manusia Indonesia, dan akan lebih bijak dengan menyatukan barisan Madinnah Indonesia seperti yang dimaui Al-quran dengan akal dan budi daya, dan bertilawah atas orang Jahiliyah untuk bertaubat, berbondong-bondong hijrah di jalan Allah (Madinnah Indonesia) dan berjihad dengan diri dan hartanya, niscaya akan dikaruniai keselamatan dan rizki yang mulia serta ditinggikan derajat bangsa ini.

terima kasih

Hedaya

heda1912@yahoo.com
----------