Stockholm, 5 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SDR NUR ABDURRAHMAN JANGAN HANYA MENCOMOT CERITA BUATAN SOEKARNO & KACUNGNYA SAJA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SEBAIKNYA SDR NUR ABDURRAHMAN DALAM MELIHAT ACHEH JANGAN HANYA MENCOMOT CERITA BUATAN SOEKARNO & PARA KACUNGNYA SAJA

"Assalamu 'alaykum wr.wb. Yang ana belum mengerti hingga kini, kalau memang ingin konsekwen mengikuti RasuLlah SAW yang bersama-sama dengan Muhajirin dan Anshar mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah, mengapa Teungku Hasan di Tiro tidak tinggal di Aceh, tidak mengikuti jejak RasuluLlah SAW? Supaya antum tahu ana punya sikap/pendirian, berikut ini ana kirimkan tulisan ana dalam Surat Kabar Harian yang terbit di Makassar yang oplagnya dominan beredar di kawasan Indonesia bahagian Timur. Wassalam" (H. M. Nur Abdurrahman, nur-abdurrahman@telkom.net , Tue, 4 Jan 2005 10:07:48 +0700)

Baiklah saudara M. Nur Abdurrahman di Makasar, Indonesia.

Apa yang masih belum dimengerti oleh saudara Nur Abdurrahman mengapa Teungku Hasan Muhammad di Tiro hijrah dari Acheh ke luar Acheh dihubungkan dengan proses jalur pertumbuhan dan perkembangan Negara RI yang dikaitkan dengan Negeri Acheh.

Ada masalah-masalah yang sangat mendasar yang masih belum bisa dimengerti dan dicerna secara baik oleh saudara Nur Abdurrahman tentang Negeri Acheh hubungannya dengan Negara RI, adalah masalah adanya sikap dan kebijaksanaan politik para pendiri Negara RI yang dimotori oleh Soekarno yang telah melakukan tindakan kebijaksanaan politik mengarah kepada tindakan perampasan, pendudukan dan penjajahan terhadap Negeri Acheh yang dilakukan melalui kebijaksanaan politik ekspansi Soekarno melalui jalur Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 melalui kekuatan dasar hukum yang dibuat sepihak oleh Soekarno Cs dalam bentuk PP RIS no.21/1950 dan PERPPU No.5/1950, tanpa adanya kerelaan, keikhlasan, persetujuan dari seluruh rakyat Acheh dan pimpinan rakyat Acheh.

Nah inilah yang kelihatan masih belum tanpak dari hasil olahan pikiran saudara Nur Abdurrahman ketika melihat konflik Acheh, sehingga kalangkabut dan kebingungan, apalagi dihubungkan dengan sepak terjang perjuangan Rasulullah saw ketika Rasulullah berjuang menegakkan risalnya dari waktu di Mekkah sampai ketika di Yatsrib.

Jadi, perjuangan Teungku Hasan Muhammad di Tiro di Negeri Acheh, yang sebelumnya merupakan satu Negara yang berdaulat dari sejak abad 12 sampai abad 20 sekarang ini, yang diselang didalamnya pada periode pendudukan Portugis dan pendudukan Belanda, adalah perjuangan pembebasan negeri, agama, dan harta rakyat Acheh yang telah dijarah, dirampok, diduduki dan dijajah oleh pihak Soekarno yang diteruskan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dengan TNI/Polri-nya sampai detik sekarang ini.

Teungku Hasan Muhammad di Tiro telah berada di Negeri Acheh dari sejak hari Sabtu pagi, 30 Oktober 1976, di Pasi Lokh, pantai utara Acheh, setelah 25 tahun berada di exil di USA. Dan selama lebih dari dua tahun Teungku Hasan Muhammad di Tiro berjuang dihutan Negeri Acheh menghadapi gempuran TNI dibawah perintah Jenderal Soeharto. Dan pada tanggal 29 Maret 1979, terpaksa Teungku Hasan Muhammad di Tiro berhijrah dari Acheh keluar Acheh untuk meneruskan perjuangan dengan melalui taktik dan strategi yang lebih luas dan jitu dalam rangka menghadapi pihak penjajah RI. Dan terbukti bahwa taktik dan strategi Teungku Hasan Muhammad di Tiro cukup berhasil, dan terlihat dengan fakta dan bukti bahwa pihak rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila sampai detik sekarang ini masih tetap kuat bertahan dan tetap dengan semangat yang tinggi memperjuangkan pembebasan Negeri, Agama, dan harta rakyat Acheh yang telah dijarah, dirampas, diduduki, dan dijajah oleh pihak RI.

Dan tentu saja, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ahmad Sudirman berpuluh kali di mimbar bebas ini, bahwa hijrahnya Teungku Hasan Muhammad di Tiro ke luar Acheh dalam usaha meneruskan perjuangan pembebasan Negeri, Agama, dan harta rakyat Acheh dan tindakan politik ekspansi Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono , adalah memang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, ketika Rasulullah saw masih berada di Mekkah. Dimana ketika penguasa Quraisy terus-menerus melakukan penyiksaan sampai tak tertahankan oleh para pemeluk Islam yang baru, maka mereka datang menemui Rasulullah saw memohon izin untuk pergi ke negeri tetangga menyebrangi Laut Merah yakni ke Abyssinia (Ethiopia kini). Rasulullah saw mengabulkan permohonan izin, pada bulan Rajab tahun ke lima kenabian, 15 orang (11 lelaki, 4 perempuan) berangkat ke Abyssinia.

Nah izin Rasulullah saw inilah yang dipegang oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro. Teungku Hasan Muhammad adalah bukan Rasulullah saw, melainkan pengikut Rasulullah saw. Jadi dengan hijrahnya Teungku Hasan Muhammad di Tiro keluar dari Acheh dalam usaha meneruskan perjuangan membebaskan Negeri, Agama, harta dari penjajahan RI, maka itu sudah merupakan sikap yang tabi kepada apa yang dicontohkan Rasulullah saw.

Kemudian setelah Amad Sudirman membaca dua tulisan saudara M. Nur Abdurrahman yang berjudul "Masalah Aceh " dan juga tulisan "Damai di Nanggroe Aceh Darussalam" dalam Kolom Tetap Harian Fajar, di Makasar, dibawah judul "WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU" yang dipublikasikan pada tanggal 15 Agustus 1999 dan 15 Dsember 2002, ternyata apa yang ditulis oleh saudara M. Nur Abdurrahman dalam tulisan "Masalah Aceh ", itu adalah cerita dasar hukum yang oleh saudara M. Nur Abdurrahman dinanti-nantikan, yaitu dasar hukum UU No.18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi daerah istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang disyahkan pada tanggal 9 Agustus 2001 oleh Megawati selaku Presiden RI dan diundangkan pada tanggal yang sama oleh Sekretaris Negara Muhammad M. Basyuni. Dimana isi UU No.18/2001 ini adalah UU gombal yang telah mencampuradukkan dasar dan sumber hukum Islam serta pelaksanaannya dengan sistem thaghut hukum nasional yang bersumberkan kepada pancasila dan mengacu kepada UUD 1945 serta TAP-TAP MPR yang bukan bersumberkan kepada Islam dan Sunnah Rasulullah saw. Atau dengan kata lain bersumberkan kepada sumber hukum sekular Pancasila.

Coba baca kembali itu isi UU No.18 tahun 2001 ini.

Kemudian dalam tulisan "Damai di Nanggroe Aceh Darussalam", saudara M. Nur Abdurrahman memang telah tertipu oleh akal bulus pihak Megawati. Dan Ahmad Sudirman telah mengupas penipuan licik dan akal bulus pihak RI ketika berunding dengan pihak ASNLF (Acheh Sumatera National Liberation Front) dalam tulisan "GAM berhasil pukul Mega dan gengnya " ( http://www.dataphone.se/~ahmad/021214.htm ), yang akhirnya dipukul oleh pihak ASNLF. Dimana perjanjian damai yang ditandatangani oleh Duta Besar Mr S. Wiryono dari pihak Pemerintah Republik Indonesia dan Dr. Zaini Abdullah dari pihak ASNLF yang disaksikan oleh Mr. Martin Griffiths dari Henry Dunant Centre For Humanitarian Dialogue (HDC) di Geneva pada tanggal 9 Desember 2002, ternyata benar-benar itu rezim Megawati yang didukung penuh oleh Menko PolkamYudhoyono, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan KASD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menggelupur karena terpukul tinju GAM.

Jadi, untuk M. Nur Abdurrahman, coba pelajari kembali, gali dan dalami masalah konflik Acheh ini dengan memakai kacamata yang netral dan bisa menembus kedalam, jangan sampai terkena percikan racun gombal cerita dan sejarah kosong yang dibuat oleh pihak Soekarno dan para penerusnya, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, agar supaya saudara M. Nur Abdurrahman bisa mengambil kesimpulan yang benar, jelas, tegas, dan ditunjang oleh fakta, bukti, sejarah dan dasar hukum yang benar.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

From: "H. M. Nur Abdurrahman" nur-abdurrahman@telkom.net
To: "Ahmad Sudirman" ahmad@dataphone.se
Cc: "sultan latif" sutanlatief@yahoo.com
Subject: Re: SDR SUTAN ITU YUDHOYONO MAU AMAN DAN DAMAI DI ACHEH HANYA DIMULUT SAJA
Date: Tue, 4 Jan 2005 10:07:48 +0700

Assalamu 'alaykum wr.wb.

Yang ana belum mengerti hingga kini, kalau memang ingin konsekwen mengikuti RasuLlah SAW yang bersama-sama dengan Muhajirin dan Anshar mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah, mengapa Teungku Hasan di Tiro tidak tinggal di Aceh, tidak mengikuti jejak RasuluLlah SAW?

Supaya antum tahu ana punya sikap/pendirian, berikut ini ana kirimkan tulisan ana dalam Surat Kabar Harian yang terbit di Makassar yang oplagnya dominan beredar di kawasan Indonesia bahagian Timur.

Wassalam,

H. M. Nur Abdurrahman

nur-abdurrahman@telkom.net
Makasar, Indonesia
----------