Stockholm, 12 Januari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

AKHIRNYA KELIHATAN ITU HEDIYANTO ADALAH KACUNGNYA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

JELAS AKHIRNYA KELIHATAN ITU BAMBANG HEDIYANTO ADALAH KACUNGNYA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DENGAN MEMAKAI KEDOK GOMBAL DAULAH MODEL RI DENGAN TRIAS POLITIKA-NYA

"Ada pandangan yang menyempit ketika saudara Akhmad Sudirman mengatakan bahwa dalam Daulah Islamiah itu tidak ada lembaga pembuat undang - undang bila mengacu kepada Rosulullah. Di sini jelas sekali pola pikir sempitnya yaitu di dalam menggali dan mengaplikasikan sunnah rosul yang difahami secara fisik sejarah, sedangkan yang seharusnya adalah secara sifat atau prinsip yang diturunkan dari semesta wacananya yaitu DINN sebagai sebuah sistim (Daulah Islamiyah) dimana dia akan berkembang memenuhi kebutuhannya pada zamannya dengan satu syarat tidak bertentangan dari sumber hukumnya Al-quran. Apakah kalau Rosulullah dahulu tidak membuat lembaga pembuat undang-undang berarti kita menyalahi sunnah rosul bila mana di saat sekarang Daulah Islamiah membuat undang - undang? Meskipun secara ilmu pengetahuan selayaknya dibuat undang - undang? Apakah kalau Rosulullah dahulu naik unta maka kita tidak boleh naik mobil dalam berjihad dan ber-dinn? Hal begini inilah yang menjauhkan orang islam dari sifat universal yang mengedepankan ilmu, melainkan bebal dalam memandang permasalahan yang esensi sekalipun tentang sifat / prinsip dalam menjabarkan sunah rosul." (Bambang Hediyanto, heda1912@yahoo.com , Tue, 11 Jan 2005 06:39:18 -0800 (PST))

Baiklah saudara Bambang Hediyanto atau Hedaya di Jakarta, Indonesia.

Kelihatan makin lama, saudara Hediyanto dalam memberikan tanggapan, makin keluar dari apa yang dicontohkan Rasulullah saw dalam membangun Daulah Islam pertama di Yatsrib. Mengapa ?

Karena saudara Hediyanto ketika melambungkan bantahannya yang berbunyi: "Ada pandangan yang menyempit ketika saudara Akhmad Sudirman mengatakan bahwa dalam Daulah Islamiah itu tidak ada lembaga pembuat undang - undang bila mengacu kepada Rosulullah. Di sini jelas sekali pola pikir sempitnya yaitu di dalam menggali dan mengaplikasikan sunnah rosul yang difahami secara fisik sejarah, sedangkan yang seharusnya adalah secara sifat atau prinsip yang diturunkan dari semesta wacananya yaitu DINN sebagai sebuah sistim (Daulah Islamiyah) dimana dia akan berkembang memenuhi kebutuhannya pada zamannya dengan satu syarat tidak bertentangan dari sumber hukumnya Al-quran"

Saudara Hediyanto itu dalam Daulah Islamiyah kalau mencontoh kepada Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw, itu tidak dikenal nama lembaga legislatif pembuat undang undang, sebagaimana yang biasa dipakai menurut sistem trias politika-nya Montesquieu, seperti di Negara kafir RI, tempat dimana kalian hidup sekarang. Dimana itu undang-undang yang akan menjadi dasar hukum diputuskan dan diambil menurut cara pengambilan suara mayoritas. Dalam Daulah Islamiyah Allah yang berdaulat. Artinya segala sesuatu harus didasarkan kepada hukum-hukum Allah (Al Qur'an) dan Rasul-Nya (Sunnah). Kepala Negara atau Khalifah sebagai kepala tertinggi dalam Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah hanyalah mengangkat dan menerapkan serta melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Bukan pembuat dasar hukum.

Sedangkan Majlis Syuro yang anggotanya dipilih oleh rakyat, itu bukan sebagai lembaga tertinggi pembuat undang undang untuk menjadi dasar hukum, seperti yang terdapat dalam sistem trias politika, melainkan suatu badan musyawarah tempat membicarakan segala urusan baik yang disampaikan oleh rakyat maupun yang timbul dari para anggota majlis syuro yang nantinya dikonsultasikan dengan Kepala Negara atau Khalifah.

Nah, inilah yang dimaksud dengan "dalam Daulah Islamiah itu tidak ada lembaga pembuat undang - undang"

Kalau kalian dengan Daulah Islam kalian, melakukan pembuatan undang-undang yang nantinya merupakan dasar hukum dalam daulah Islam kalian, apalagi dengan memakai cara pemungutan suara, sebagaimana yang berlaku di DPR dan MPR di Negara RI, atau dengan istilah lain menurut cara demokrasi, maka jelas cara yang demikianlah, yang telah melanggar dan menyimpang dari apa yang dicontohkan Rasulullah saw dalam Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib. Dan cara itulah yang sesat dan menyesatkan umat Islam.

Jadi, fungsi dan tugas Majlis Syuro, dalam Daulah Islamiyah yang mengacu kepada Daulah Islamiyah Rasulullah saw adalah mengangkat dan menegakkan aturan, hukum, undang undang yang telah diturunkan Allah SWT dan dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw, bukan membuat dan menetapkan dasar hukum.

Sedangkan tugas dan fungsi Kepala Negara atau Khalifah dengan stafnya adalah menerapkan dan melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah.

Nah, misalnya fungsi dan tugas dari para anggota Majlis Syura adalah apabila urusan-urusan yang disampaikan oleh rakyat atau yang timbul dari para anggota Majlis Syuro tidak ada nas-nya (dasar Al Qur'an dan hadist) yang kuat, maka para mujtahid dan para akhli dalam bidang masing-masing dari anggota Majlis Syuro melakukan ijtihad untuk mencari hukum dengan membandingkan dan meneliti ayat-ayat dan hadist-hadist yang umum serta menyesuaikan dan mempertimbangkan dengan perkara yang sedang dibicarakan kemudian diqiaskan dengan hukum yang sudah ada yang berdekatan dengan perkara yang sedang dibicarakan itu.

Kemudian, apabila dalam melakukan ijtihad ini timbul beberapa pendapat yang berbeda, dimana masing-masingnya memiliki ayat-ayat dan hadist-hadist yang umum yang kuat, maka jalan keluarnya adalah sebagaimana yang difirmankan Allah "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An Nisaa',4:59).

Artinya, berdasarkan surat An Nisaa',4: 59 diatas menggambarkan salah satu peranan Pimpinan Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah sebagai kepala pimpinan (yang harus ditaati) diatas ulil amri dan semua rakyat yaitu menentukan dan mengambil suatu keputusan dari beberapa pendapat yang berbeda dari para anggota Majlis Syuro untuk diputuskan berdasarkan keyakinannya dengan ditunjang oleh dasar nas yang kuat.

Jadi apabila sampai ke jalan buntu dalam mencapai keputusan, maka penyelesaiannya bukan melalui pemungutan suara, sebagaimana yang biasa terjadi dalam lembaga legislatif, dengan menggunakan aturan main demokrasi, tetapi diserahkan kepada Kepala Negara atau Khalifah untuk memutuskan pendapat mana yang akan dipakai dan ditetapkan yang nantinya akan diterapkan di Daulah Islamiyah atau Khilafah Islam untuk ditaati oleh seluruh rakyat termasuk Kepala Negara atau Khalifah dan seluruh penguasa di Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah.

Nah, itu fungsi dan tugas anggota Majlis Syura ini, jelas bukan membuat dan menciptakan aturan, hukum, undang-undang, yang tadinya tidak ada menjadi ada, melalui cara pemungutan suara terbanyak, sebagaimana yang biasa dilakukan dalam lembaga Legislatif, misalnya di DPR dan MPR di Negara kafir RI, melainkan tugas dan fungsi Majlis Syura adalah mengangkat dan menegakkan aturan, hukum, undang undang yang telah diturunkan Allah SWT dan dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw, bukan membuat dan menetapkan dasar hukum.

Nah, masalah pembuatan undang-undang inilah yang masih belum dipahami dan belum dimengerti oleh saudara Hediyanto dengan Daulah Islamiyah-nya model RI dengan lembaga DPR dan MPR-nya sebagai pembuat undang-undang.

Selanjutnya, yang harus dibedakan, antara membuat dan menetapkan aturan-aturan, hukum-hukum, undang-undang dengan penerapan, pelaksanaan, administrasi hukum (aturan-aturan, undang-undang).

Sebagai suatu ilustrasi atau contoh biar mudah untuk dipahami tentang musyawarah dalam penerapan, pelaksanaan, administrasi hukum yang pernah dilakukan Rasulullah saw yaitu, dimana Rasulullah pada tahun ke tiga hijrah, ketika kaum kaffir Mekkah akan menyerang Madinah, membuat musyawarah dengan para sahabatnya untuk mengambil keputusan dalam menghadapi serangan kaum kaffir Mekkah itu. Dimana dalam musyawarah itu sebagian berpendapat bahwa sebaiknya mempertahankan Yatsrib dan berperang dari dalam dan pendapat ini lebih disenangi Rasulullah saw, sedangkan sebagian besar atau mayoritas berpendapat untuk pergi keluar dan berperang di medan terbuka. Karena dengan adanya desakan dan keinginan mayoritas dari para sahabatnya, maka Rasulullah saw memutuskan untuk mengikuti keinginan mereka yang mayoritas itu (Ibnu Sa'd, Ath-Thabaqat al-Kubra, Beirut, 1960).

Nah itu hasil keputusan mayoritas yang diambil dalam musyawarah Rasulullah saw dengan para sahabatnya ketika menentukan strategi dan taktik menghadapi musuh Kaum Kafir Quraish Mekkah dalam perang Uhud pada tahun ke tiga hijrah itu semuanya adalah menyangkut masalah penerapan, pelaksanaan, administrasi hukum dari hukum Jihad yang telah diperintahkan Allah yaitu "Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas" (Al Baqarah: 190).

Dari hasil musyawarah tersebut menggambarkan pengambilan suara terbanyak atau mayoritas yang menyangkut masalah taktik dan strategi perang (yaitu penerapan atau pelaksanaan dari hukum jihad yang diperintahkan dalam surat Al Baqarah,2:190). Jadi bukan pembuatan dan pemutusan hukum jihad kuffur itu sendiri.

Kemudian bagaimana hasil keputusan suara mayoritas mengenai taktik dan strategi perang Uhud ini ?. Ternyata hasilnya, konsepsi taktik dan strategi perang Uhud ini tidak memuaskan, sehingga mengakibatkan kekalahan dari pihak kaum Muslimin. Ini sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan taktik dan strategi dari sebagian besar para sahabat yang bertentangan dengan pendapat Rasulullah sendiri.

Nah sekarang, coba bayangkan, apabila keputusan mayoritas ini adalah untuk membuat dan menetapkan peraturan, hukum dan undang undang dalam Daulah Islamiyah yang mengikat seluruh rakyat Daulah Islamiyah, jelas akibatnya akan
menghancurkan Daulah Islam itu sendiri.

Jadi, saudara Hediyanto, kalian dengan Daulah Islamiyah kalian masih dibingungkan dengan teori gombal trias politika yang berisikan lembaga legislatif pembuat undang- undang dengan model demokrasi-nya ciptaan Montesquieu dari Perancis itu.

Karena itu, saran Ahmad Sudirman kepada kalian Hediyanto, sebelum kalian memberikan tanggapan kepada Ahmad Sudirman tentang Daulah Islamiyah yang mengacu kepada Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw, maka kalian harus mempelajarinya dahulu lebih dalam, jangan hanya bercuap yang isinya gombal tidak punya arti yang akhirnya ngawur tidak menentu. Kalian hanya berputar-putar tidak tentu ujung pangkalnya. Kalian diskusikan dulu dengan pimpinan kalian, baru berdebat lagi dengan Amad Sudirman.

Seterusnya itu menyinggung masalah perjanjian Hudaibiyah atau yang dikenal dengan nama Baitur Ridhwan yang berlangsung pada bulan Zulkaedah 6 H / Maret 628 M dan berlaku selama sepuluh tahun. Dimana isinya adalah, kaum Muslimin tahun ini harus pulang tanpa melaksanakan ibadah umrah. Mereka boleh datang tahun depan untuk melaksanakan haji, tetapi tidak boleh tinggal di Mekkah lebih dari tiga hari. Mengunjungi kota suci tidak boleh membawa senjata, hanya pedang yang boleh dibawa, tetapi harus tetap disarungnya. Orang Islam Madinah tidak boleh mengambil kembali orang Islam yang tinggal di Mekkah, juga tidak boleh menghalangi siapapun dari orang Islam yang ingin tinggal di Mekkah. Bila ada orang Mekkah yang ingin tinggal di Madinah, kaum Muslimin harus menyerahkannya kembali kepada mereka, tetapi bila ada orang Islam yang ingin tinggal di Mekkah, pihak Mekkah tidak harus mengembalikannya ke Madinah. Suku-suku bangsa di Arab, bebas untuk bersekutu dengan kelompok manapun yang mereka kehendaki.

Nah itulah isi dari perjanjian Hudaibiyah ini. Apa yang terjadi kemudian, ternyata itu pihak Penguasa Quraisy melanggar isi perjanjian Hudaibiyah ini setelah perjanjian itu berjalan selama dua tahun. Alasannya adalah suku Arab Khuza'ah memihak Rasulullah saw, sedangkan suku Arab Bani Bakr memihak kepada Penguasa Quraisy. Kemudian itu Penguasa Quraisy membujuk pemimpin Bani Bakr supaya menyerang suku Khuza'ah. Setelah Bani Bakr terpancing bujukan Penguasa Quraisy, maka Bani Bakr menyerang dan merampok harta benda suku Khuza'ah. Kemudian Rasulullah saw mengirimkan pesan kepada pihak Penguasa Quraisy dengan tiga piliha. Pertama, Quraisy harus membayar tebusan darah bagi suku Khuza'aah yang terbunuh. Kedua, Quraisy tidak berbuat apa-apa terhadap segala hal yang menimpa Bani Bakr. Ketiga, Quraisy menyatakan perjanjian Hudaibiyah tidak berlaku lagi.

Ternyata, pihak Penguasa Quraisy memilih alternatif nomor tiga, yaitu menyatakan perjanjian Hudaibiyah tidak berlaku lagi.

Setelah perjanjian Hudaibiyah tidak diakui lagi oleh pihak Penguasa Quraisy, maka sudah jelas, pihak kaum muslimin dibawah pimpinan Rasulullah saw dengan semua perlengkapan persenjataannya berhasil menguasai dan membebaskan Mekkah pada bulan Ramadhan 8 H.

Nah sekarang, yang kalian Hediyanto kemukan adalah apa yang terjadi pada masa berlakunya gencatan sejata menurut hasil perjanjian Hudaibiyah yang berjalan selama dua tahun sampai dibatalkannya perjanjian Hudaibiyah oleh pihak Penguasa Quraisy, dimana kalian Hediyanto menyatakan: "Paska Hudaibiyah, Rouslullah SAW memerintahkan para sahabat dan umatnya untuk berdakwah kembali berniaga (membangun kekuatan SDM dan ekonomi) ke Mekah, sehingga warga Mekah banyak yang ber-Hijrah aqidahnya / dinn-nya ke Islam / Madinnah / tempat Dinn-nya atau sistimnya Allah meskipun fisiknya tidak pindah ke Yastrib (Madinah secara fisik)"

Ternyata apa yang kalian tamsilkan pada masa gencatan senjata berlangsung itu dengan cara melakukan dakhwah, berniaga ke Mekkah, banyak warga Mekkah berhijrah ke Madinah.

Saudara Hediyanto, berdasarkan isi perjanjian Hudaibiyah tidak dibenarkan siapapun yang dari Mekkah datang dan minta perlindungan kepada pihak Rasulullah saw di Madinah. Kalau ada yang meminta perlindungan orang dari Mekkah harus dikembalikan lagi ke Mekkah. Contohnya, Abu Jandal, dari Mekkah yang meminta perlindungan Rasulullah saw untuk diterima di Madinah, tetapi ditolak oleh Rasulullah saw, karena takut melanggar perjanjian. Akhirnya Abu Jandal ditangkap kembali dan dibawa ke Mekkah.

Hanya jelas bagi orang-orang dari Madinah dapat bebas masuk Mekkah, karena sesuai dengan isi perjanjian Hudaibiyah.

Nah sekarang, sejak kapan kalian Hediyanto dengan Daulah Islamiyah kalian mengadakan gencatan senjata atau perjanjian Hudaibiyah dengan pihak musuh Negara kafir RI ?

Kalian, jangan hanya mengada-ada cerita untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan kalian.

Itu, menurut sejarah Negara Islam Indonesia yang diproklamasikan oleh Imam SM Kartoseowirjo 7 Agustus 1949, tidak pernah dilakukan gencatan senjata melalui semisal perjanjian Hudaibyah dengan pihak Soekarno atau pihak Soeharto atau pihak BJ Habibie, atau pihak Abdurrahman Wahid atau pihak Megawati atau pihak Susilo Bambang Yudhoyono. Yang ada sekarang, itu wilayah kekuasaan NII sedang diduduki dan dijajah oleh pihak musuk Negara kafir RI.

Jadi, atas dasar apa kalian mengklaim bahwa Daulah Islamiyah kalian Hediyanto telah melakukan gencatan senjata melalui semisal perjanjian Hudaibiyah ini, sehingga kalian mengklaim bahwa kalian sedang membangun kekuatan pada masa gencatan senjata ini ?

Kalian Hediyanto, hanya mengada-ada cerita gombal alias kosong saja, dengan membawa-bawa nama Negara Islam Indonesia, apakah kalian sudah bertemu dengan Imam NII de-jure yang sekarang masih wujud di daerah yang diduduki dan dijajah pihak RI ?.

Kalian Hediyanto memang hanya melakukan akal bulus saja, dan kalian tidak mengikuti apa yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah saw dalam membangun Daulah Islamiyah pertama di Yatsrib. Begitu juga sewaktu masa gencatan senjata berlangsung berdasarkan perjanjian Hudaibiyah. Dan kalian memang hanya menafsirkan menurut seenak udel sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan kalian.

Bagaimana tidak, kalian tidak pernah menyatakan kapan itu terjadinya gencatan senjata Negara Islam kalian berdasarkan semisal perjanjian Hudaibiyah dengan pihak musuk dan penjajah RI ?. Dari sini saja kalian telah melakukan kebohongan besar dan penipuan umat Islam dengan cerita gombal pada masa perjanjian Hudaibyah.

Kalau kalian Hediyanto ingin membuat kias atau permisalan atau pengibaratan, maka kalian harus mengkiaskan kepada hal yang benar dan jelas sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Bukan hanya menafsirkan seedak perut kalian.

Kalian juga terus menerus menampilkan istilah tauhid mulkiyah yang kalian tafsirkan untuk menyatakan kepada teritorial. Adakah itu Rasulullah saw menyatakan bahwa membangun Daulah Islamiyah di Yatsrib itu merupakan tauhid mulkiyah ?. Justru dengan definisi tauhid mulkiyah yang dimaksudkan dengan teritorial adalah salah kaprah. Kalian memang mengada-ada. Kalau kalian maksudkan dengan teritorial itu adalah wilayah kekuasaan Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah secara de-facto dan de-jure, itu bukan tauhid mulkiyah, melainkan sunnah Rasullah yang memberikan contoh kepada umat pengikutnya untuk mencontoh dan mengacu dalam usaha membangun dan mengembangkan Daulah guna dipakai sebagai alat perlindungan umat Islam, agama Islam dan harta ummat Islam dibawah Pemerintah Islam yang dasar dan sumber hukumnya mengacu kepada apa yang diturunkan Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad saw. Dimana penerapan, pelaksanaan apa yang telah dicntontahkan Rasulullah saw dalam bentuk Daulah ini adalah merupakan keyakinan yang berdasarkan kepada tauhid meng-Esa-kan Allah SWT yang dinamakan tauhid uluhiyah dengan membenarkan kerasulan Muhammad saw dan mengikuti segala contoh dan perbuatannya.

Jadi jangan kalian mengada-adakan sendiri tauhid mulkiyah hanya untuk dipakai sebagai alat penafsir teritorial.

Itu teritorial adalah termasuk kedalam negara atau daulah atau khilafah. Tidak ada itu tauhid yang memberikan pengertian untuk percaya kepada teriorial. Itu salah kaprah dari kalian menafsirkan dan menghayati contoh atau sunnah Rasulullah saw dengan Daulah Islamiyah pertamanya di Yatsrib.

Coba kalian diskusikan dulu dengan pimpinan kalian mengenai masalah tauhid mulkiyah yang menekankan kepada masalah keyakinan kepada teritorial. Apa hubungannya teritorial dengan Daulah.

Itu, kalau kalian Hediyanto, menyatakan: "Jika karena kondisi ASNLF dengan kejumudannya tidak sejalan dengan Daulah Islamiyah Madinnah Indonesia karena ASNLF tidak bertauhid secara Mulkiyah (tidak punya territorial kekuasaan), maka sampai kapanpun tidak akan punya territorial."

Inilah pernyataan saudara Hediyanto yang gombal dan konyol. Mengapa ?
Karena kalian sendiri tidak bisa membuktikan dimana wilayah teritorial yang de-facto dari Daulah Islamiyah kalian. Kalian hanya menampilkan dalam bentuk keyakinan saja. Kalian tidak memiliki wilayah yang jelas dan nyata yang bisa diakui secara bersama, baik oleh pihak Musuh RI ataupun oleh anggota kalian. Kalau kalian hanya menampilkan keyakinan akan teritorial atau istilah menurut kalian tauhid mulkiyah, maka jelas itu kalian hanya mimpi saja. Sehingga ketika menjabarkan gencatan senjata hasil perjanjian Hudaibiyah menjadi salah kaprah dan ngaco.

Itu ASNLF memiliki teritorial di Acheh, tetapi itu teritorial yang diklaim ASNLF di Acheh sedang dijajah RI. Nah sekarang, mana itu teritorial Daulah Islamiyah kalian coba tunjukkan peta atau gambarnya. Jangan hanya menurut keyakinan dalam otak kalian saja.

Saudara Hediyanto apa yang kalian katakan: "Kalo Madinnah Indonesia berhasil mengelabuhi musuhnya (RI) dengan membangun struktur dan infrastrukturnya di RI, bahkan membangun bidang Ekonomi-pendidikan dan pendidikan-ekonomi dan bidang-bidang lainnya di depan hidung musuh ... apakah menyalahi sunnah rosul? Bukankah itu membuktikan kecerdasan / kelebihan dari sistim Madinnah Indonesia? ini bisa berjalan dengan sukses Jika dan Hanya Jika Sistimnya / dinnya TAUHID 100% dan dengan usaha yang Jahada / sungguh-sungguh dengan sistim Kahfi yang Total (baca surat 18:16) untuk menjaga AMNU / KEAMANAN agar dapat berprogram dengan lancar, menghancurkan aqidah orang- orang jahiliah RI dengan mau berhijrah ke Madinnah Indonesia dan sanggup mendukung risalah dengan mentegakkan Negara Karunia Allah?"

Kalian memang asal saja kalau bicara di mimbar bebas ini. Mengapa ?

Karena contohnya, kalian memang sudah salah kaprah dalam mengibaratkan atau mengkiaskan atau memisalkan kejadian waktu atau periode Daulah Islamiyah kalian dengan kejadian waktu atau periode Daulah Islamiyah pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw ketika masa gencatan senjata hasil perjanjian Hudaibiyah. Kemudian kalian memang tidak memahami dan tidak mengerti itu Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw di Yatsrib. Seterusnya kalian memang salah kaprah menafsirkan teritorial sebagai suatu keyakinan atas ketauhidan padahal itu tidak dicontohkan Rasulullah saw apalagi ada dalam nashnya yang kuat. Kalau itu hanya mendasarkan pada dalil naqli "maaliki yaumiddin" (QS Al Fatihah, 1: 4) dan "maliki an nas" (QS An Naas, 114: 2). Jelas itu dasar nash yang tidak menunjang kepada pengklaiman tauhid mulkiyah kalian yang menekankan kepada teritorial. Mengapa ? Karena itu pengertian "maaliki" QS Al Fatihah, 1: 4 dan "maliki" dalam QS An Naas, adalah menggambarkan kepada Yang Menguasai atau Yang memiliki atau Yang mempunyai, dan Penguasa atau Raja. Pengertian Yang memiliki didalam QS Al Fatihah, 1: 4 itu tidak mengarah kepada teritorial, melainkan kepada subjeknya, yaitu Allah SWT bukan kepada objeknya, yaitu yaumiddin atau hari kemudian, atau kalau kalian contohkan dengan sebutan teritorial.

Saudara Hediyanto, pertama kalian memang terus saja mengekor kepada sejarah gombal Soekarno tentang Acheh. Kedua, kalian memang buta tentang Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw. Ketiga, kalian memang tidak mengetahui bagaimana itu mekanisme pengangkatan, penegakkan, pelaksanaan, penerapan, aturan, hukum, undang-undang yang mengacu kepada dasar dan sumber hukum Islam.

Nah, akibat dari kegombalan saudara Hediyanto dalam masalah Acheh, karena hanya menjiplak dan hanya mempokuskan kepada kelompoknya sendiri yang sok mengikut contoh Rasulullah saw, tetapi gombal. Akhirnya, ketika melihat konflik Acheh, jadi ngaco. Karena itu Hediyanto hanya melihat perang pisiknya saja yang dikobarkan oleh pihak TNI/Polri atas Perintah Susilo Bambang Yudhoyono, Endriartono Sutarto, dan Ryamizard Ryacudu.

Itu sekarang rakyat Acheh sedang berjuang untuk membebaskan wilayah atau teritorial atau negeri, agama, dan harta yang dirampas dan dijajah oleh RI.

Nah, kalian tidak mau mengerti dan tidak mau memahami tentang akar utama masalah konflik Acheh ini. Mengapa ? Karena kalian menganggap bahwa kalian telah benar dengan daulah kalian yang penuh dengan pemalsuan itu. Kalian tafsirkan tauhid dan bagi menurut metodologis sesuai dengan keinginan dan kepentingan kalian.

Kalau dikatakan di daulah kalian sedang mengaktualisasikan pendidikan, pembangunan insfra struktur, dengan memalsukan atau mencatut perjanjian Hudaibiyah, itu namanya bukan membangun Daulah Islamiyah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah ketika masa gencatan senjata perjanjian Hudaibiyah. Kalian hanya mengada-adakan saja perjanjian model Hudaibiyah. Padahal kalian hidup dalam daulah kafir RI secara de-facto, secara teritorial yang nyata, yang kelihatan. Bukan dalam mimpi kalian dalam bentuk keyakinan teritorial kalian.

Ya, jelas, karena kalian hidup bersama dalam tubuh dan wilayah teritorial Negara kafir RI, maka jelas kalian bisa buat bisnis dengan pihak penguasa RI. Buat sekolah, buat jalan, buat rumah, semuanya nampak oleh intelijen RI. Kalian tutupi dengan propaganda kedok masa pasca perjanjian Hudaibiyah. Itu kedok gombal saudara Hediyanto.

Bagaimana kalian Hediyanto bisa berbicara: "Aqidah yang lurus dan haq akan membuktikan secara kasap mata akan keberhasilanya menghadirkan Perubahan dan Manfaat yang luar biasa di tengah kering kerontangnya rakyat/ umat, bahkan di dalam mempertahankan hidupnya dari pakaian kelaparan dan ketakutan. Islam itu memberikan solusi bukan janji/ propaganda dan sejenisnya."

Padahal sebenarnya kalian mengutak atik tauhid itu sendiri dengan penafsiran yang gombal apalagi sampai dihubung-hubungkan dengan teori kekuasaan Montesquieu tentang trias politika, agar supaya bisa diterima atau dilihat ilmiah, padahal itu isinya kosong molongpong, alias gombal, dan menyesatkan.

Memang Islam memberikan solusi, tetapi kalau cara kalian membuat pemecahan dengan dasar yang penuh penipuan, maka jelas, itu bukan cara solusi menurut Islam. Tetapi menurut keinginan dan hasil kocekan kalian sendiri. Kemudian kalian jual dengan memakai nama Islam dan tauhid.

Mana ada orang muslim yang mukmin yang mengetahui tentang tauhid dan mencontoh Rasulullah saw dalam hal Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw bisa tertipu oleh akal bulus daulah kalian saudara Hediyanto yang hidup dan mengisap udara didalam daulah kafir RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono yang membunuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Selanjutnya, kalau kalian Hediyanto menyatakan: "Madinnah Indonesia tidak pernah merasa dijajah oleh siapapun, kecuali dijajah atas akalnya untuk lebih maju dari pada musuh (RI dan Isme lainnya) untuk tujuan mengalahkan musuh dan untuk bersetrategi menghadapi hambatan dan tantangan yang semakin imajiner bagi yang tidak menggunakan akalnya."

Nah disinilah akal bulus Hediyanto yang mencatut nama NII Imam SM Kartoseowirjo. Inilah pikiran gombal dan mengada-ada cerita sejarah yang dikarang sendiri. Karena memang otak gombal kalian, sehingga kalian tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa itu wilayah atau teritorial de-facto NII dari sejak Imam SM Kartoseowirjo tertangkap, dan sejak banyak petinggi NII menyerah, maka dari sejak itu wilayah teritorial NII berada dibawah jajahan RI. Tetapi tentu saja, secara de-jure itu Pemerintah NII masih wujud sampai detik ini. Coba kalian Hediyanto bertemu dulu dengan Imam NII de-jure yang sekarang, sebelum terus melantur tanpa isi di mimbar bebas ini.

Kalian Hediyanto memang diberi akal oleh Allah SWT, tetapi akal kalian hanya dipakai untuk menelan dan menafsirkan seenak udel sendiri tanpa ditunjang oleh nas dan contoh Rasulullah saw yang jelas dan benar, terutama dalam hal Daulah Islamiyah pertama Rasulullah saw di Yatsrib.

Memang, itu keinginan dari pihak Susilo Bambang Yudhoyono adalah model-model kalian, yang bisa ditarik hidungnya, walaupun kalian mengatakan menentang kepada pihak RI dan isme-nya, tetapi kenyataannya kalian memang mengekor buntut Susilo Bambang Yudhoyno, khususnya dalam ikutan menyerang dan menghancurkan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menetukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Jelas, kalian Hediyanto, yang telah tertipu oleh angan-angan sendiri mau membangun daulah Islamiyah, tetapi kenyataannya ikut terlibat dalam kancah dan lumpur hitam sistem thaghut pancasila, tetapi kalian tidak menyadarinya. Dan kalianlah yang benar-benar bodoh.

Itu soal kembali ke Acheh adalah mudah. Tetapi yang menjadi persoalan antara pihak RI dan ASNLF adalah masalah konflik Acheh yang masih belum bisa diselesaikan.

Pihak ASNLF bukan seperti pihak kalian Hediyanto, kalian memang telah ditarik hidung kalian oleh Susilo Bambang Yudhoyono, sehingga kalian tidak merasa bahwa wilayah teritorial NII sedang dijajah oleh musuh RI dibawah Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi karena kalian memang membangun daulah-daulahan yang gombal model Susilo Bambang Yudhoyono, maka kalian aman-aman saja membangun infra struktur dan berbuat bisnis dengan pihak Susilo Bambang Yudhoyono.

Jadi, sebelum di Negeri Acheh bisa diselesaikan dan dipecahkan apa yang menjadi penyebab timbulnya konflik Acheh, maka selama itu tidak akan bisa terjadi, sebagaimana kalian yang mengekor kepada Susilo Bambang Yudhoyono.

Rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan pancasila tidak sama dengan kalian Hediyanto. Itu rakyat Acheh mana mau terus dijajah dan ditarik hidungnya seperti hidung kalian ditarik Susilo Bambang Yudhoyono.

Karena kalian memang sudah menjadi kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono, maka jelas kalian bisa bersama-sama Susilo Bambang Yudhoyono membangun "pendidikan, ekonomi, politik, social, budaya, Hankam, ilmu pengetahuan" dalam daulah model kalian atau model Susilo Bambang Yudhoyono.

Atau model itu yang kalian Hediyanto jadikan contoh seperti model Az Zaytun, yang bisa membangun infra struktur bergandengan dengan Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Hediyanto, kalian memang terus-terusan makin ngaco saja. Kalian karena memang tidak memahami dan tidak mengerti Daulah Islamiyah yang dibangun Rasulullah saw di Yatsrib, maka akhirnya terus-terusan saja berbual dengan menghamburkan hasil kocekan otak sampah kalian yang beisikan: "Daulah Islamiah harus mempunyai dasar Hukum/ Al-quran/ Rububiyah, harus memiliki wilayah/ territorial/ Mulkiyah dan harus memililki pelaksana/ umat/ Uluhiyah/ Ubudiyah, karena secara ilmu telah dibuktikan oleh Montesqui bila kita melek terhadap adanaya lebih dari 200 negara di dunia ini."

Kalian tidak paham dan tidak mengerti apa itu teori pembagian kekuasaan yang dibuat oleh Montesquieu dengan sebutan trias politika-nya ini. Karena memang kalian Hediyanto gombal dalam memahami teori pembagian kekuasaan Montesquieu, maka jadi salah kaprah ketika membiacarakan Daulah Islamiyah. Kalian utak-atik pengertian dan pemahaman tauhid yang berbunyi "dasar Hukum/ Al-quran/ Rububiyah, harus memiliki wilayah/ territorial/ Mulkiyah dan harus memililki pelaksana/ umat/ Uluhiyah/ Ubudiyah". Kemudian kalian hubungkan dengan teori Montesquieu. Ternyata akhirnya, itu Hediyanto kelihatan ngaconya. Apalagi itu melihat dan membaca penafsiran dan pemahaman tauhid yang dibagi dan artikan seenak udel sendiri, jelas-jelas itu menyesatkan umat Islam. Dan jelas kalian Hediyanto memang benar-benar ekornya Susilo Bambang Yudhoyono, yang sudah terkena hasil racun pancasila hasil kocekan otak sampah Soekarno.

Apalagi dengan ditambah pernyataan gombalnya Hediyanto: "Bagaimana anda menyatakan sebuah negara tetapi tidak punya territorial? Cacad bukan? dan itu bukanlah kalimat yang baik, dikarenan cacad, sebuah negara tanpa wilayah, tanpa Mulkiyah. Jadi tidak ada tauhid tanpa Mulkiyah (Trinitas) hayooo jangan sempit lagi"

Lihat, dengan seenak perutnya menafsirkan dan mengada-ada pembagian tauhid dengan nama mulkiyah, apalagi dengan disusupi kata trinitas, lalu diartikan dengan teritorial. Betapa gombal dan bodohnya, dasar otak udang, pengekor buntut Susilo Bambang Yudhoyono.

Nah sekarang dari apa yang dikemukakan Hediyanto diatas, Ahmad Sudirman sudah bisa melihat bahwa itu Hediyanto sebenarnya adalah kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono untuk dijadikan alat gombal guna menghancukan perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Silahkan Hediyanto, kalian pertahankan daulah kalian yang gombal model Susilo Bambang Yudhoyono untuk ikut bersama TNI berperang melawan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila. Tidak perlu kalian berlindung dibalik nama daulah Islamiyah model madinnah Indonesia.

Saking budeknya itu Hediyanto, tidak jemu-jemunya dengan mempermainkan akal bulusnya. Mengapa ?

Coba saja perhatikan apa yang ditulis oleh Hediyanto ini: "Tahukah anda Jihadul Akbar? Yaitu Jihad melawan hawa nafsu, paska hudaibiyah dikenal juga sebagai medan Jihadul Akbar. Kita harus menahan diri untuk tidak memerangi secara fisik terhadap musuh yang ada di hadapan kita meskipun tengkuk musuh dalam gapaian senjata di tangan. Kita harus bisa menahan diri dari kebutuhan-kebutuhan yang berlebihan meskipun kita mampu karena harta kita sebagian besar diwakafkan kepada Daulah. Kita harus bisa menahan syahwat di tengah tengah auratnya orang kafir."

Nah, lagi-lagi kelihatan gobalnya jalan pikiran Hediyanto ini. Karena memang dia ini tidak mengerti dan tidak memahami apa itu isi perjanjian Hudaibiyah yang merupakan gencatan senjata, akhirnya ditafsirkan dengan penafsiran yang gombal.

Diatas Ahmad Sudirman telah menampilkan isi perjanjian Hudaibiyah, dan menjelaskan bagaimana sikap Rasulullah saw dalam mematuhi isi perjanjian Hudaibiyah ini. Dan siapa yang membatalkan isi perjanjian Hudaibiyah ini.

Jadi, kalau membaca apa yang ditulis oleh Hediyanto ini, jelas, menggambarkan itu Hediyanto, orang yang tidak membaca, pandainya hanya menjiplak dan menumpahkan sampah-sampah otaknya saja yang sudah keracunan sistem thaghut pancasila dan sudah ikut-ikutan TNI/Polri untuk bersama-sama menghancurkan ASNLF dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Coba makin jelas siapa itu sebenarnya Hediyanto ini, kalau bukan kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono. Perhatikan apa yang ditulisnya itu; "Tahukah kalian, cukup sering mujahid di Madinnah Indonesia tertangkap oleh aparat RI ketika sedang berjihad membangun program daulah, tetapi Program secara keseluruhan tetap berjalan tanpa mendapatkan pengaruh yang berarti, dan mereka yang tertangkap selalu bisa mengelabuhi aparat RI yang jahil itu, sebentar kemudian dibebaskan. Anda akan tau kalo sering baca majalah atau Koran local Indonesia. Jadi Madinah Indonesia itu kuat, yang lemah adalah mereka yang harus mengungsi ke negara kafir meminta perlindungan, padahal negara kafir itu setali tiga uang, sama saja, sami mawon. Orang kafir itu dimana-mana sama, bahkan saudara bisa menjadi serupa dengan mereka."

Lihat, ketika ada anggota daulahnya Hediyanto yang ketahuan oleh intel, lalu ditangkap, tetapi dengan cara menipu atau membohongi aparat, lalu dibebaskan. Jadi, ditangkap, membohongi atau menipu aparat, lalu dibebaskan.

Taktik maling yang konyol. Tidak perlu itu taktik maling diceritakan di mimbar bebas ini Hediyanto, menyampah saja di mimbar bebas ini.

Nah, untuk menutupi taktik malingnya, lalu itu Hediyanto membuat argumentasi dengan menulis: "Di tempat lain serdadu ASNLF di kejar-kejar masuk Lumpur dan rawa oleh aparat RI."

Coba perhatikan, jelas, itu taktik maling anggota daulahnya Hediyanto jauh berbeda mental dan kwalitasnya dibanding dengan para pasukan Tentara Negara Acheh. Perjuangan rakyat Acheh tidak berhasil disapu bersih oleh TNI/Polri, tetapi itu anggota daulahnya Hediyanto, gampang saja dicomot oleh pihak keamanan, lalu disekap sebentar, kemudian ditanya, lalu dijawab dengan cara taktik bohong dan penuh tipuan, lalu ia dibebaskan. Dasar gombal.

Hediyanto, itu akibat tsunami, adalah setengah lumpuhnya roda pembangunan RI. Tidak ada menguntungkan pihak RI, baik secara politis, maupun secara ekonomi. Coba saja itu perhatikan, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla begitu kelabakan untuk minta dipotong hutang-hutang luar negerinya yang sampai per desember 2003 mencapai 81,665 miliar dollar AS (760.709.475.000.000,00 rupiah), dimana didalamnya termasuk utang biletaral yang berjumlah 29,883 miliar dolar AS (278.360.145.000.000,00 rupiah) dan khusus utang biletaral kepada Jepang saja mencapai jumlah 21,646 miliar dollar AS (210.632.490.000.000,00 rupiah).

Kalian memang budek, mana kalian Hediyanto tahu itu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pusing tujuh keliling untuk meminta ditunda pembayaran cicilan utangnya dan diberikan potongan keringanan utangnya kepada pihak Paris Club, IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia. Mana kalian Hediyanto bisa lagi berbisnis untuk membangun infra struktur dengan pihak Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, kalau itu ekonomi Negara RI amburadul dan ditumpuki utang.

Yang jelas, itu pihak Tentara Negara Acheh masih tetap kuat, dan TNI/Polri ribuan anggotanya ditelan tsunami. Apalagi sekarang itu pihak TNI/Polri tidak berkutik di Banda Acheh dan Meulaboh, karena didominasi oleh pasukan angkatan perang Amerika, Australia, Jepang, Singapur dan Negara-Negara lainnya. Itu Susilo Bambang Yudhoyono mati kutu, dan kalianpun Hediyanto terus mencoba membantu mendorong buntut Susilo Bambang Yudhoyono agar terus maju menghantam ASNLF dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Terakhir, itu soal referendum atau plebisit, adalah penentuan sikap bagi seluruh rakyat Acheh, dan ini ada dasar hukumnya, yaitu sebagaimana yang telah dijalankan oleh Rasulullah saw ketika akan menentukan taktik dan strategi perang Uhud. Jalan ceritanya telah dijelaskan Ahmad Sudirman diatas. Jadi, itu masalah referendum atau plebisit adalah bukan sistem thaghut, tetapi mencontoh apa yang telah dijalankan oleh Rasulullah saw.

Kalau kalian Hediyanto masih budek tidak mengetahui proses dan pertumbuhan Daulah Islamiyah pertama Rasulullah saw di Yatsrib, kalian jangan sok pandai.

Walaupun kalian mengaku: "Wacana yang saya sharring, saya berupaya sebagai sebuah dialektika yang punya dasar nash Al-quran, bukan semata seenak udel orang-orang yang tidak punya udel dengan mempertimbangkan fakta dan kaidah hukum alam / fitrah. Semoga membangun jiwa-jiwa dan pikiran-pikiran yang jumud untuk menjadi Mustaghfir di hadapan Dinnulah Madinnah Indonesia. (pakai istilah Madinnah karena wacananya umum)."

Tetapi, sebenarnya, kalian Hediyanto telah terjerumus kedalam pikiran kalian yang budek. Mengapa ? Karena kalian memang buta atau tidak melihat dan tidak memahami itu jalur proses pertumbuhan dan perkembangan Daulah Islamiyah Rasulullah saw. Akhirnya, terbukti Hediyanto terbelenggu oleh kebudekan jalan pikirannya sendiri. Dan memang kalian Hediyanto adalah kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
----------

Date: Tue, 11 Jan 2005 06:39:18 -0800 (PST)
From: Bambang Hediyanto heda1912@yahoo.com
Subject: Re: SDR HEDIYANTO ITU ASNLF WADAH UNTUK MEMBEBASKAN NEGERI, AGAMA, HARTA YANG DIJAJAH RI
To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Pertama
Ada pandangan yang menyempit ketika saudara Akhmad Sudirman mengatakan bahwa dalam Daulah Islamiah itu tidak ada lembaga pembuat undang - undang bila mengacu kepada Rosulullah. Di sini jelas sekali pola pikir sempitnya yaitu di dalam menggali dan mengaplikasikan sunnah rosul yang difahami secara fisik sejarah, sedangkan yang seharusnya adalah secara sifat atau prinsip yang diturunkan dari semesta wacananya yaitu DINN sebagai sebuah sistim (Daulah Islamiyah) dimana dia akan berkembang memenuhi kebutuhannya pada zamannya dengan satu syarat tidak bertentangan dari sumber hukumnya Al-quran. Apakah kalau Rosulullah dahulu tidak membuat lembaga pembuat undang-undang berarti kita menyalahi sunnah rosul bila mana di saat sekarang Daulah Islamiah membuat undang - undang? Meskipun secara ilmu pengetahuan selayaknya dibuat undang - undang? Apakah kalau Rosulullah dahulu naik unta maka kita tidak boleh naik mobil dalam berjihad dan ber-dinn? Hal begini inilah yang menjauhkan orang islam dari sifat universal yang mengedepankan ilmu, melainkan bebal dalam memandang permasalahan yang esensi sekalipun tentang sifat / prinsip dalam menjabarkan sunah rosul.

Al-quran sebagai kalam Allah itu sebagai sumber dari segala sumber hukum, sehingga dalam bernegara perlu dijabarkan lagi oleh aturan hukum dibawahnya yang wajib tidak bertentangan dengan Al-quran misalnya berupa Qonun Asasi, Qonun Uqubat, Qoror - qoror , dsb. yaitu di dalam rangka aktifitas ber-Daulah agar semakin terang hak dan kewajiban umat / warga negara dalam rangka beribadah kepada Allah. Jika tidak demikian, maka kita akan dibingungkan oleh sistematika Al-Quran yang dirancang sedemikian rupa oleh Allah agar manusia menggunakan akalnya, untuk dapat mengaplikasikan surat-surat MUKTAMAT dan MUTAYSABIHAT.

Kedua
Paska Hudaibiyah, Rouslullah SAW memerintahkan para sahabat dan umatnya untuk berdakwah kembali berniaga (membangun kekuatan SDM dan ekonomi) ke Mekah, sehingga warga Mekah banyak yang ber-Hijrah aqidahnya / dinn-nya ke Islam / Madinnah / tempat Dinn-nya atau sistimnya Allah meskipun fisiknya tidak pindah ke Yastrib (Madinah secara fisik), hingga akhirnya Mekah bisa dikondisikan / di bawah kondisi Madinnah sampai titik FUTUH MEKAH / PENAKLUKAN MEKAH tanpa melalui perang fisik/ kekerasan. Siasat / setrategi paska Hudaibiyah ini mendulang keberhasilan bukan karena perang fisik itu FAKTA dikarenakan barisan dari sistim/ dinn yang sangat rapi dan kokoh yang tidak mengandalkan PROPAGANDA ataupun AGITASI yang dipegang teguh oleh ASNLF dewasa ini. Sekali lagi saudara Akhmad Sudirman, Islam itu membuat bukti dengan kecerdasannya, bukan emosionalnya melalui perang fisik, sebab perang fisik itu pada prinsipnya hanya menanamkan benih dendam yang berkepanjangan bagi pihak yang bermusuhan.

Kalo kita kaji mendalam, semua langkah Rosulullah dari hari ke hari semakin mempertimbangkan sisi manfaat dari pada mudhorotnya. Arab itu dulunya apa? Hanya sekumpulan kabilah - kabilah, coba anda bandingkan dengan kekuatan Romawi dan Persia pada saat itu tidaklah ada apa-apanya. Namun di bawah Dinn yang canggih (Madinnah - Daulah Islamiyah), maka menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa. Jika karena kondisi ASNLF dengan kejumudannya tidak sejalan dengan Daulah Islamiyah Madinnah Indonesia karena ASNLF tidak bertauhid secara Mulkiyah (tidak punya territorial kekuasaan), maka sampai kapanpun tidak akan punya territorial.

Kalo Madinnah Indonesia berhasil mengelabuhi musuhnya (RI) dengan membangun struktur dan infrastrukturnya di RI, bahkan membangun bidang Ekonomi-pendidikan dan pendidikan-ekonomi dan bidang-bidang lainnya di depan hidung musuh ... apakah menyalahi sunnah rosul? Bukankah itu membuktikan kecerdasan / kelebihan dari sistim Madinnah Indonesia? ini bisa berjalan dengan sukses Jika dan Hanya Jika Sistimnya / dinnya TAUHID 100% dan dengan usaha yang Jahada / sungguh-sungguh dengan sistim Kahfi yang Total (baca surat 18:16) untuk menjaga AMNU / KEAMANAN agar dapat berprogram dengan lancar, menghancurkan aqidah orang- orang jahiliah RI dengan mau berhijrah ke Madinnah Indonesia dan sanggup mendukung risalah dengan mentegakkan Negara Karunia Allah?

Ketiga
Dalam dunia kebebasan berfikir sekarang ini, siapapun akan melihat aktualisasi / uswatun hasanah dari pada sekedar PROPAGANDA dan AGITASI. Bahkan dua aqidah yang berseberangan pun dapat berkompetisi untuk membuktikan siapa yang terbaik dan terbenar dalam menghadirkan bukti. Kalo kita sibuk perang secara fisik, bagaimana kita bisa menyiapkan generasi yang tidak lemah (KUAT) di belakang hari dengan bekal pendidikan yang cukup bahkan melebihi pendidikan generasinya musuh (RI) ?, bisakah generasi yang sedang berperang secara fisik dapat menciptakan transistor ? dapat menciptakan kumparan trafo lampu neon sekalipun? dikarenakan sistim yang batil sekalipun dalam zaman yang transparan ini tidak akan secara sembarangan menghancurkan musuh akidahnya kecuali dengan dasar tindakan makar, criminal / pidana dsb oleh musuhnya, di mana hukum mereka mempunyai landasan aksi atas ekses yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut dalam jangkauan wilayah hukum mereka, dan oleh sebab jika kita membicarakan dukungan rakyat/ umat juga tidak serta merta dengan PROPAGANDA dan AGITASI. Aqidah yang lurus dan haq akan membuktikan secara kasap mata akan keberhasilanya menghadirkan Perubahan dan Manfaat yang luar biasa di tengah kering kerontangnya rakyat/ umat, bahkan di dalam mempertahankan hidupnya dari pakaian kelaparan dan ketakutan. Islam itu memberikan solusi bukan janji/ propaganda dan sejenisnya.

Keempat
Madinnah Indonesia tidak pernah merasa dijajah oleh siapapun, kecuali dijajah atas akalnya untuk lebih maju dari pada musuh (RI dan Isme lainnya) untuk tujuan mengalahkan musuh dan untuk bersetrategi menghadapi hambatan dan tantangan yang semakin imajiner bagi yang tidak menggunakan akalnya. Bahkan Madinah Indonesia itu pun sering disebut sedang bermimpi, dan kebetulan Rosulullah dahulu juga disebut demikian, tapi tahukah saudara beda antara orang yang mengetahui (menggunakan akalnya) dengan orang yang tidak mengetahui? dimana orang yang tidak mengetahui dan tidak tau apapun menyebutnya sebagai mimpi. Barang kali anda merasa pintar, tapi bisakah anda memintarkan rakyat aceh dengan hanya berPROPAGANDA dan AGITASI ? dan hanya pintar mengajarkan bagaimana menggunakan bedhil / senjata? Sekali lagi anda akan ketinggalan zaman dan ditinggalkan zaman, sekalipun anda bermukim di negara maju sebagus kotanya di Stokholm Swedia.

Kelima
Kalo mau benar-benar memperjuangkan rakyat Aceh, kembalilah ke Aceh, bangun struktur dan infra struktur Daulah Islam di Aceh, sampaikan risalah kepada rakyat Aceh agar mereka berhijrah secara kaffah ke Daulah Islam, bangun pendidikan, ekonomi, politik, social, budaya, Hankam, ilmu pengetahuan dsb dalam wadah Daulah Islam, dengan syarat jangan diketahui musuh, karena menyampaikan risalah dengan terang-terangan buka (QS, Al-Hijr, 15: 94) bukan berarti berkoar-koar di depan musuh yang dapat mendatangkan bencana/ mudharat kepada umat yang tidak terlindungi. Risalah secara terang-terangan dapat bermakna sebagai Proklamasi berdirinya Daulah Islamiyah yang telah diproklamirkan memang disengaja disebarluaskan ke seluruh dunia pada proses awal pembangunan aqidah. Namun menghadapi musuh kafir adalah dengan setrategi yang diamanahkan dalam Al-quran dengan memperhatikan manfaat dan mudharatnya, namun tidak boleh berseberangan dengan Al-quran. Islam tidak berdiri hanya untuk kalah.

Keenam
Kalo terjadi banyak pemahaman tentang tauhid oleh ulama-ulama sekalipun, ulama- ulama itu juga manusia, maka kembalilah ke Al-Quran. Prinsip tiga dalam menopang Daulah Islamiyah tidak boleh cacad, karena kalo hilang salah satunya, maka unsur penegaknya pun akan cacad pula. Daulah Islamiah harus mempunyai dasar Hukum/ Al-quran/ Rububiyah, harus memiliki wilayah/ territorial/ Mulkiyah dan harus memililki pelaksana/ umat/ Uluhiyah/ Ubudiyah, karena secara ilmu telah dibuktikan oleh Montesqui bila kita melek terhadap adanaya lebih dari 200 negara di dunia ini. Kalo saudara mengatakan kalimatan toyibah sesuai surat 14:24-25 adalah syahadatain, bisakah anda menerangkan apa itu akar, batang dan buah sebagai amtsal dalam surat tersebut dalam kaitanya dengan syahadatain? Memang betul syahadatain itu kalimatan toyibah, tapi apakah kalimatan toyibah itu hanya syahadatain? Bagaimana anda menyatakan sebuah negara tetapi tidak punya territorial? Cacad bukan? dan itu bukanlah kalimat yang baik, dikarenan cacad, sebuah negara tanpa wilayah, tanpa Mulkiyah. Jadi tidak ada tauhid tanpa Mulkiyah (Trinitas)------ hayooo jangan sempit lagi -----

Ketujuh
Tahukah anda Jihadul Akbar? Yaitu Jihad melawan hawa nafsu, paska hudaibiyah dikenal juga sebagai medan Jihadul Akbar. Kita harus menahan diri untuk tidak memerangi secara fisik terhadap musuh yang ada di hadapan kita meskipun tengkuk musuh dalam gapaian senjata di tangan. Kita harus bisa menahan diri dari kebutuhan-kebutuhan yang berlebihan meskipun kita mampu karena harta kita sebagian besar diwakafkan kepada Daulah. Kita harus bisa menahan syahwat di tengah tengah auratnya orang kafir. Kita harus tidak tergiur oleh bantuan dari kafirin yang lain kecuali mereka tunduk dan atau dalam samaran atas peran kita masing masing untuk memanfaatkan harta mereka laksana fai, itu jika memungkinkan, dan kalo mau lebih aman berupaya secara wajar, sebab tidak ada larangan berniaga dengan orang kafir. Sebab pada dasarnya hukum orang kafir itu juga mengajak kepada kebaikan, tidak menganjurkan korupsi, kriminal maupun sejenisnya, hanya saja hukum thogut itu tidak benar dan tidak fitrah, itulah yang harus diperangi. Jadi akan baik juga bagi mujahid tidak melakukan hal-hal uang tidak baik tersebut, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari menahan hawa nafsu, yang kadang dapat saja dilanggar karena kita mengatasnamakan kebenaran.

Delapan
Tahukah kalian, cukup sering mujahid di Madinnah Indonesia tertangkap oleh aparat RI ketika sedang berjihad membangun program daulah, tetapi Program secara keseluruhan tetap berjalan tanpa mendapatkan pengaruh yang berarti, dan mereka yang tertangkap selalu bisa mengelabuhi aparat RI yang jahil itu, sebentar kemudian dibebaskan. Anda akan tau kalo sering baca majalah atau Koran local Indonesia. Jadi Madinah Indonesia itu kuat, yang lemah adalah mereka yang harus mengungsi ke negara kafir meminta perlindungan, padahal negara kafir itu setali tiga uang, sama saja, sami mawon. Orang kafir itu dimana-mana sama, bahkan saudara bisa menjadi serupa dengan mereka. Jadi siapa yang RAPUH ?? tentu kalian sedang tertidur atau sedang minum wiskie ketika kami siang dan malam sedang berjihad di depan SBY dan aparatnya, karena sebagian aparatnya (pentolannya) juga sudah banyak yang taslim, layaknya seperti taslim-nya panglimanya Abu Sofyan. Di tempat lain serdadu ASNLF di kejar-kejar masuk Lumpur dan rawa oleh aparat RI. Maka kembalilah ke Aceh, bangun Aceh, lalu bersama-sama hijrah ke Madinah Indonesia menghancurkan musuh aqidah bersama. Kata orang, orang yang mengasingkan diri itu hina, apalagi di negara kafir pula.

Sembilan
Artikel-artikel saudara yang emosional menandakan keputusasaan dan perbudakan anda di bawah berhala PROPAGANDA dan AGITASI yang semakin tidak popular. Tsunami Aceh sangatlah menguntungkan pihak RI dari sudut politik maupun aktualisasi akan apa yang dibutuhkan rakyat Aceh, artinya seolah-olah Tuhan memberi angin RI atas ASNLF, meskipun RI rugi luar dalam.

Sepuluh
Referendum itu hadiah buat perjuangan sistim thogut, karena yang mengabulkan juga sistim thogut yang lain. Sebagai contoh Timor Leste dikabulkan referendumnya oleh sistim thogut RI dan dibantu oleh negara-negara thogut lainya. ASNLF perjuangannya berbau Islam, jangan harap dapat bantuan dari negara thogut lainnya, kecuali ASNLF menggadaikan aqidahnya, seperti sinyalemen saya mengamati ASNLF di tengah-tengah pengaruh negara-negara thogut. Tidakkah saudara perhatikan bahwa dilarang mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi ini (mayoritas di atas minoritas) karena itu akan menyesatkanmu.(6:116).

Sepuluh
Wacana yang saya sharring, saya berupaya sebagai sebuah dialektika yang punya dasar nash Al-quran, bukan semata seenak udel orang-orang yang tidak punya udel dengan mempertimbangkan fakta dan kaidah hukum alam / fitrah. Semoga membangun jiwa-jiwa dan pikiran-pikiran yang jumud untuk menjadi Mustaghfir di hadapan Dinnulah Madinnah Indonesia. (pakai istilah Madinnah karena wacananya umum).

Terima kasih bung Sudirman.
Semoga anda sedang tidak ditandu seperti Panglima Jenderal Sudirman (RI-punya)

Hedaya

heda1912@yahoo.com
Jakarta, Indonesia
----------