Stockholm, 20 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PERUNDINGAN HELSINKI II UNTUK GENCATAN SENJATA GUNA PERDAMAIAN BUKAN OTONOMI DENGAN UU NO.18/2001
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

PIHAK SUSILO BAMBANG YUDHOYONO JANGAN TERLALU MENGGANTUNGKAN DIRI KEPADA OTONOMI DENGAN UU NO.18/2001 DALAM PERUNDINGAN HELSINKI II KARENA YANG PALING UTAMA ADALAH PERDAMAIAN DI ACHEH MELALUI GENCATAN SENJATA

"'Our first concern is, and always has been, for the Achehnese people. The ASNLF enters the second round of these historic talks in a spirit of cooperation and goodwill. If we can have peace, we then expect to be able to work towards a negotiated political settlement." (The Prime Minister-in-Exile of Acheh, Mr Malik Mahmood, Stockholm, Sweden, 19 February 2005)

Apabila pihak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama tim juru rundingnya Menteri Koordinator Hukum, Politik dan Keamanan Laksamana (Purn) Widodo Adi Sutjipto, Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil, dan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin masih tetap dalam angan-angan bahwa otonomi atau otonomi khusus yang tertuang dalam UU No.18/2001 bisa dicapai dan diputuskan dalam perundingan Helsinki II Senin, 21 Februari 2005 adalah terlalu mengada-ada.

Perundingan Helsinki II adalah perundingan untuk mencari pemecahan damai dalam konflik Acheh yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad ini.

Setelah pasca tsunami ini yang dijadikan landasan perdamaian oleh pihak ASNLF adalah kemanusiaan dan keselamatan seluruh rakyat Acheh, dengan melalui jalur perdamaian politik yang diaplikasikan kedalam bentuk gencatan senjata, dengan tujuan untuk memberikan kebebasan kepada pihak relawan militer dan sipil asing dan nasional untuk bisa menjalankan tugas dan kerja mereka dengan aman dan bebas diseluruh wilayah Acheh.

Dalam perundingan Helsinki II inipun tidak akan ditandatangani suatu kesepakatan atau perjanjian apapun tanpa terlebih dahulu disepakati perjanjian gencatan senjata. Tanpa perdamaian melalui gencatan senjata terlebih dahulu dicapai di Acheh, maka pembicaraan masalah politik lainnya, termasuk masalah otonomi dengan UU No.18/2001 tidak akan pernah disentuh.

Jadi yang paling utama dari pihak Susilo Bambang Yudhoyono melalui kepala juru rundingnya Hamid Awaluddin adalah mencari kesamaan jalur untuk menuju terciptanya perdamaian di Acheh melalui titian batu gencatan senjata. Inilah dahulu yang perlu dijadikan sebagai batu landasan menuju perdamaian di Acheh. Apabila pihak Susilo Bambang Yudhoyono masih tetap dalam posisinya dengan menyodorkan terus kartu otonomi bersama UU No.18/2001, maka jelas pihak Susilo Bambang Yudhoyono akan kehilangan dua hal yang sangat penting. Pertama, perdamaian di Acheh. Kedua, perjanjian politik yang bisa dijadikan landasan damai seterusnya.

Kesalahan taktik dan strategi yang dijalankan oleh pihak Susilo Bambang Yudhoyono apabila tetap dalam posisi yang kaku yang tidak ada ruang gerak untuk tawar menawar. Inilah kesalahan total yang sangat fatal dalam mencapai perdamaian yang abadi di Acheh.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

THE STATE OF ACHEH
MINISTRY OF INFORMATION
P.O. BOX 130, S-145 01 NOSBORG SWEDEN
TEL : +46 8 531 83833 FAX: +46 8 531 91275
www.asnlf.net
Statement by the Government in Exile of Acheh On the Second Round of the Helsinki Peace Talks

Ahead of the Second Round of the Helsinki Peace Talks, the Government-in-Exile of Acheh (ASNLF) has announced its two principal goals for the talks.

The Prime Minister-in-Exile of Acheh, Mr Malik Mahmood, said that the first principal goal is the facilitiation of and support for the international humanitarian aid effort in Acheh to assist victims of the recent tsunami.

'Our first concern is, and always has been, for the Achehnese people,' Mr Malik said.

In order to facilitiate the international humanitarian relief effort, Mr Malik said the ASNLF's second principal goal for the Helsinki talks is to reach an agreement with the Government of Indonesia on a sustainable ceasefire that is the basis of a lasting peace.

Mr Malik said: 'The ASNLF enters the second round of these historic talks in a spirit of cooperation and goodwill'.

He said that in order to achieve a lasting peace, the ASNLF would consider a range of possible political resolutions to the Acheh conflict.

But, Mr Malik said, the talks will begin with no agreement on, or acceptance of, any particular position.

'If we can have peace, we then expect to be able to work towards a negotiated political settlement,' the Prime Minister said.

Stockholm, Sweden, 19 February 2005
Bakhtiar Abdullah

Information Officer
----------