Stockholm, 27 Februari 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

GEUREUDOENG, JANGAN TERTIPU PROPAGANDA YUDHOYONO, DPR & TNI YANG MENYAMAKAN ACHEH SELF-GOVERNMENT DENGAN OTONOMI
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

GEUREUDOENG, JANGAN TERTIPU OLEH PROPAGANDA MURAHAN YUDHOYONO, DPR & TNI YANG MENYAMAKAN ACHEH SELF-GOVERNMENT DENGAN OTONOMI KHUSUS DAN UU NO.18/2001

"Terimakasih sdr Ahmad Sudirman. Penjelasan saudara sungguh sangat memuaskan, tapi sayang saya tidak cukup waktu untuk membaca tetek bengek saudara. " (Guenoeng Geureudoeng , apalambak2000@yahoo.ca , Sat, 26 februari 2005 22:39:21)

"Saudara semua! perlu kita ingat yang bahwa Self Government, NAD, Otonomi, sama juga tidak ada beda yang itu semua harus ada di bawah bingkai penjajah NKRI. Para pegecut dan yang tidak berani berdepan dengan kesusahan selalu mendengung-degungkannya seakan nama yang tertulis di atas boleh megubat luka lama dan baru di jantung hati bangsa Aceh menyetujui merancangan mengekori buntut NKRI bermakna menyerah kalah kepada penjajah." (Guenoeng Geureudoeng , apalambak2000@yahoo.ca , Sun, 27 Feb 2005 05:15:30 -0500 (EST))

Baiklah saudara Geureudoeng di Huddinge, Swedia.

Terimakasih saudara Geureudoeng atas tanggapan balik saudara terhadap tulisan Ahmad Sudirman yang menanggapi pandangan dan pendapat saudara tentang self-government.

Membaca semangat Geureudoeng yang menggebu-gebu memang wajar itu pihak Susilo Bambang Yudhoyono, Djoko Santoso KASAD baru akan kewalahan menghadapi perjuangan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara pancasila.

Permasalahannya untuk menghadapi pihak penjajah RI, tidak cukup dengan modal semangat, tetapi harus dibarengi dengan kemampuan intelletual dan kemampuan menyusun taktik dan strategi dalam perang modern di Acheh ini.

Semangat juang yang tinggi dikombinasikan dengan kemampuan intelektual yang tinggi ditambah dengan menjalankan taktik dan strategi yang disesuaikan dengan perang modern di Acheh ini, maka pihak penjajah RI akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perjuangan dan semangat tinggi rakyat Acheh yang sedang memperjuangkan pembebasan negeri Acheh dari cengkraman penjajah RI.

Taktik dan strategi perjuangan dari awal yang mendasarkan kepada tuntutan mutlak diserahkan Negeri Acheh yang telah dicaplok Soekarno dengan RIS-nya, tanpa persyaratan apapun, dan dengan melalui jalur kekuatan senjata telah dilancarkan dari sejak Acheh diproklamasikan Teungku Hasan Muhammad di Tiro 4 Desember 1976 sampai detik sekarang ini. Kemudian, perjuangan jihad membela negeri, agama dan harta serta rakyat dari penjajah RI, diperjuangkan bukan hanya melalui kekuatan senjata saja, tetapi juga melalui jalur politik, diplomasi, perundingan dan melalui hubungan internasional, sehingga adanya usaha kombinasi ini bisa melahirkan hasil diraihnya kembali Negeri Acheh yang telah diduduki dan dijajah RI sejak lebih dari setengah abad yang lalu.

Kemudian, dalam usaha diplomasi dan perundingan di medan politik inilah adu kekuatan pikiran dan kecerdasan adalah sangat diperlukan dan sangat dituntut agar supaya sasaran dan tujuan untuk meraih kemerdekaan bisa dicapai.

Dengan telah berlangsungnya perundingan RI-ASNLF di Helsinki dan Koningstedt, Finlandia ini memberikan ruang gerak bagi pihak ASNLF dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri, untuk bergerak dan menampilkan taktik dan strategi politik guna mencapai posisi-posisi pertahanan politis dan militer yang bisa dijadikan sebagai basis untuk pijakan perjuangan kedepan.

Dari apa yang telah dibicarakan secara tatap muka, yang berlum pernah terjadi dalam perundingan-perundingan sebelumnya, baik itu di Geneva ataupun di Tokyo, Jepang, maka perundingan yang dijalankan di Helsinki dan Koningstedt ini telah memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk memeras otak dan pikiran guna dipakai sebagai peluru-peluru yang bisa diarahkan dan ditembakkan kearah lawan.

Nah, disaat situasi dalam pemerasan otak yang diharapkan hasil perasan ini bisa dijadikan sebagai peluru yang bisa menjatuhkan pihak penjajah RI, perlu ada dukungan dan dorongan yang penuh dari seluruh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri.

Kita mengetahui, membaca, mendengar, mempelajari bahwa sampai detik ini belum ada satupun keputusan dari hasil perundingan di Helsinki dan Koningstedt ini yang diterima oleh kedua belah pihak dan ditandatangani. Jadi, adalah suatu kekeliruan besar kalau ada yang menyimpulkan bahwa keputusan hasil perundingan telah diraih.

Memang kita harus memahami, bahwa dalam perang modern ini, propaganda adalah salah satu metode atau cara yang dipakai, karena itu wajar kalau dari pihak RI melambungkan salto-saltonya kearah ASNLF dengan isi propaganda yang diharapkan bisa melemahkan posisi ASNLF dalam perundingan, seperti gembar-gembor bahwa pihak ASNLF telah meninggalkan tuntutan kemerdekaan.

Yang jelas, bahwa pihak ASNLF tidak meninggalkan atau melemparkan tuntutan kemerdekaan, tetapi yang ada adalah mengatur taktik dan strategi guna melangkahkan kaki ke posisi depan, supaya usaha untuk mencapai sasaran dan tujuan perjuangan penentuan nasib sendiri bisa diraih dengan mudah dan baik.

Nah, dengan adanya sodoran taktik self-government adalah bukan merupakan penerimaan kartu yang disodorkan pihak Susilo Bambang Yudhoyono dengan melemparkan tuntutan kemerdekaan, melainkan usaha taktik dan strategi politis, guna mencapai dan mengarah kejalur yang sama. Karena dari pihak Susilo Bambang Yudhoyono pun telah merobah taktik dan strategi posisinya, dari bentuk penekanan otonomi khusus berpindah ke jalur self-government.

Jalur self-government inilah yang sedang ditempuh oleh kedua belah pihak RI dan ASNLF guna membicarakan masalah lainnya yang sangat penting dan mendesak seperti gencatan senjata, sistem pengawasan gencatan senjata, penarikan 50.000 pasukan non-organik TNI dari Acheh, pembebasan anggota ASNLF dan TNA dari LP-LP di Jawa dan di Acheh, amnesti, pencabutan Darurat Sipil dan pencabutan larangan bagi jurnalis asing dan orang asing masuk ke Acheh.

Nah, dengan terbukanya jalur untuk membicarakan masalah-masalah tersebut diatas, akan memudahkan bagi pihak ASNLF untuk memasangkan dan menancapkan posisi kekuatan politik dan militernya di Acheh.

Tentu saja, masalah self-government ini adalah merupakan penjelmaan dari kehendak seluruh rakyat di Acheh melalui jalur yang bebas, rahasia, aman, jujur, dan adil. Dimana jalur ini bisa ditempuh melalui cara atau metode plebisit atau referendum. Karena melalui jalur inilah yang diserahkan dan dilaksanakan oleh seluruh rakyat di Acheh yang bisa memberikan legalisasi dan kedaulatan bagi pemerintah sendiri di Acheh atau Acheh self-government bisa berjalan dengan baik, lancar dan diterima oleh sebagian rakyat Acheh di Acheh.

Jadi kalau saudara Geureudoeng menganggap bahwa Acheh self-government disamakan dengan NAD, Otonomi, yaitu masih berada dalam bingkai penjajah NKRI. Jelas, itu pandangan saudara Geureudoeng adalah keliru.

Kalau memang benar itu pandangan saudara Geureudoeng bahwa Acheh self-government sama dengan otonomi khusus dengan UU No.18/2001. Maka tidak mungkin itu pihak Susilo Bambang Yudhoyono dan para mantan jenderal TNI bercuap seperti cacing kepanasan, dengan tetap mendekap otonomi khusus dan UU No.18/2001-nya.

Hal itu terjadi, karena memang dari pihak Susilo Bambang Yudhoyono, menganggap bahwa Acheh self-government adalah tidak sama dengan bentuk otonomi khusus dengan UU No.18/2001.

Nah, kalau saudara Geureudoeng menganggap sama, maka jelas itu suara saudara Geureudoeng adalah suara yang bisa dipakai oleh pihak Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjerat pihak ASNLF. Apalagi saudara Geureudoeng adalah orang Acheh, dan karena saudara orang Acheh kemudian meluncurkan pernyataan yang menguntungkan Susilo Bambang Yudhoyono, maka jelas, itu pihak Susilo Bambang Yudhoyono akan tertawa, dan kemungkinan saudara akan dikontaknya oleh para kacungnya Susilo Bambang Yudhoyono untuk diajak berunding bagaimana untuk menjatuhkan kekuatan ASNLF ini.

Sekarang, tinggal dari pada kemampuan saudara Geureudoeng untuk memilih apakah akan bersama pihak Susilo Bambang Yudhoyono dengan terus mengkapanyaken bahwa Acheh self-government itu sama dengan otonomi khusus dan UU No.18/2001-nya, atau tidak. Dan kalau saudara Geureudoeng terus mengkapanyekan Acheh self-government adalah bentuk otonomi khusus, maka sebenarnya saudara Geureudoeng adalah telah masuk kedalam golongan kaki tangan mbah Susilo Bambang Yudhoyono dan TNI-nya.

Silahkan saudara Geureudoeng berpikir dan merenunginya dengan lebih dalam, agar supaya saudara tidak terperosok akibat akal licik dan tipu daya taktik licik Soekarno dan para penerusnya yang banyak berkeliaran bukan saja di RI tetapi juga di Swedia.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

Date: Sun, 27 Feb 2005 05:15:30 -0500 (EST)
From: Guenoeng Geureudoeng apalambak2000@yahoo.ca
Subject: Re: GUENOENG GEUREUDOENG PERLU BELAJAR KEMBALI BAGAIMANA BELANDA MENYERAHKAN KEDAULATAN KEPADA RIS BUKAN RI To: Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se

Saudara semua! perlu kita ingat yang bahwa Self Government, NAD, Otonomi, sama juga tidak ada beda yang itu semua harus ada di bawah bingkai penjajah NKRI. Para pegecut dan yang tidak berani berdepan dengan kesusahan selalu mendengung-degungkannya seakan nama yang tertulis di atas boleh megubat luka lama dan baru di jantung hati bangsa Aceh menyetujui merancangan mengekori buntut NKRI bermakna menyerah kalah kepada penjajah.

Hidup Merdehka
Mati syahit

Guenoeng Geureudoeng

apalambak2000@yahoo.ca
Huddinge, Swedia
----------

From: Guenoeng Geureudoeng <apalambak2000@yahoo.ca>
Date: Sat, 26 februari 2005 22:39:21
To: Ahmad Sudirman ahmad_sudirman@hotmail.com
Subject: Re: GUENOENG GEUREUDOENG PERLU BELAJAR KEMBALI BAGAIMANA BELANDA MENYERAHKAN KEDAULA

Terimakasih sdr Ahmad Sudirman. Penjelasan saudara sungguh sangat memuaskan, tapi sayang saya tidak cukup waktu untuk membaca tetek bengek saudara.

Guenoeng Geureudoeng

apalambak2000@yahoo.ca
Huddinge, Swedia
----------