Stockholm, 5 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PERMADI MERINDUKAN SOEKARNO YANG INGIN CAPLOK SERAWAK & SABAH TETAPI KENA GETUK TEUNGKU ABDUL RACHMAN
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

ITU PERMADI ANGGOTA DPR KOMISI I DARI FPDIP MERINDUKAN SOEKARNO YANG INGIN MENCAPLOK SERAWAK & SABAH TETAPI KENA GETUK TEUNGKU ABDUL RACHMAN & TERSUNGKUR LUMPUH MASUK LOBANG

"Saya sangat merindukan sekali keberanian Bung Karno untuk berkonfrontasi dengan Malaysia. Pemerintah harus berani konfrontasi dan bersikap tegas dengan Malaysia, karena itu wilayah kita. Setelah Sipadan dan Ligitan kini mereka mau caplok Amabalat. Pemerintah harus bersikap tegas, TKI kita dipukuli di Malaysia pemerintah tidak bisa apa-apa. Kalau perlu kirim kapal kita sebanyak-banyaknya. Itu perairan kita kok, mereka (Malaysia) seenaknya masuk wilayah Indonesia. Kalau saya KSAL-nya, saya akan tembak pesawat Malaysia dan kapal-kapalnya" (Anggota DPR Komisi I, Permadi, Jum'at, 4 Maret 2005)

Membaca komentar Permadi anggota DPR Komisi I, memang seperti membaca komentar burung beonya Soekarno, yang hanya ceplas-ceplos persis seperti tuannya Soekarno penipu licik. Mengapa ?

Karena itu Permadi memang tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ada dibalik Soekarno melakukan konfrontasi dengan Malaysia dibawah Teungku Abdul Rachman.

Tentu saja bagi orang-orang budek yang bisa ditipu oleh kelicikan Soekarno, akan merindukan Soekarno untuk melakukan konfrontasi dan mengganyang Malaysia, seperti itu angggota DPR Komisi I Permadi dari Fraksi PDIP yang sekuler.

Nah, kita gali apa itu dibalik Soekarno melambungkan ganyang Malaysia. Walaupun sebagian besar isi tulisan ini telah dilambungkan Ahmad Sudirman setahun yang lalu di mimbar bebas ini, tetapi tidak mengapa sekarang diulang kembali untuk mengingatkan kita semua tentang kebodohan Soekarno ketika melakukan propaganda ganyang Malaysia untuk menutupi ambisi Soekarno untuk mencaplok Sabah dan Serawak.

Setelah Soekarno pada tanggal 15 Agustus 1950 selesai menelan dan melebur 15 Negara/daerah Bagian RIS kedalam Negara Bagian RI-Jawa-Yogya, lalu menjelma menjadi NKRI. Kemudian Soekarno yang juga menjadi Presiden NKRI, menghitung berapa banyak Negara-Negara dan Daerah-Daerah bekas Negara Bagian RIS serta Negeri-Negeri di luar RIS yang telah dicaploknya. Rupanya setelah dihitung-hitung, berapa Negara, Daerah dan Negeri yang sudah masuk kedalam perut negara RI-Jawa-Yogya yang sudah menjelma menjadi NKRI ini, dan selanjutnya menjelma kembali jadi RI melalui jalur Dekrit Presiden 5 Juli 1959, ternyata masih ada yang ketinggalan, yaitu itu Pulau Kalimantan masih kurang lengkap.

Bagaimana bisa itu terjadi Kalimantan tidak lengkap ?. Soekarno pusing tujuh keliling. Seperti biasa Soekarno memutar akalnya, biar bisa menguras habis dan keluar saripati akal bulus tipunya.

Rupanya ada orang yang bernama A.M. Azhari, seorang penduduk Brunai yang telah memproklamasikan berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang meliputi Serawak dan Sabah. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234)

Proklamasi Negara Kesatuan Kalimantan Utara ini terjadi ketika dalam tahun 1961 lahir rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia, yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunai, dan Sabah yang didengungkan oleh Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu.

(Catatan: gelar Teungku di Tanah Melayu adalah gelar keturunan Raja atau bangsawan, jadi bukan seperti Teungku di Negeri Aceh. Panggilan Teungku di Negeri Aceh adalah panggilan penghormatan yang tinggi, sama seperti Ustad, Ulama, Kiai. Sedangkan gelar Teuku di Negeri Aceh itu adalah gelar keturunan Raja atau bangsawan)

Ketika Soekarno mencium dan mendengar bahwa Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu ingin membentuk Negara Federasi Malaysia, yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunai, dan Sabah, cepat-cepat Soekarno menyatakan sikap mendukung A.M. Azhari proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang daerah de-factonya Serawak dan Sabah, dan menentang keras akan dibentuknya Negara Federasi Malaysia oleh Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu.

Disini, ternyata bukan Soekarno saja yang menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia, melainkan juga dari pihak Pemerintah Filipina yang merdeka sejak 4 Juli 1946 dari penjajahan Amerika menentang pembentukan Negara Malaysia dengan alasan daerah Sabah menurut dasar hukum dan sejarah Sabah adalah milik Sultan Sulu yang disewakan kepada Inggris.

Tetapi yang paling geram memang dari pihak Soekarno, sehingga pada tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 1963 diadakan pertemuan di Tokyo, Jepang, yang sedikitnya bisa meredakan ketegangan antara Soekarno dengan Teungku Abdul Rachman.

Karena pihak Pemerintah Filipina juga mengklaim Sabah, maka makin ributlah mengenai rencana akan dibentuknya Negara Federasi Malaysia oleh Teungku Abdul Rachman ini. Sehingga pada tanggal 7 Juni sampai tanggal 11 Juni 1963 para menteri luar Negeri dari RI dan dari Fipilina juga wakil dari pihak Teungku Abdul Rachman bertemu di Manila, Filipina untuk membicarakan masalah- masalah yang ditimbulkan dengan adanya rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia. Masalah bagi Filipina karena Sabah , sedangkan bagi pihak Soekarno karena masalah Serawak dan Sabah adalah merupakan daerah bagian klaiman RI. Dan dalam pertemuan tersebut telah disepakati untuk diadakan Konferensi Tingkat Tinggi.

Rupanya Teungku Abdul Rachman, memang lebih cerdik dibanding dengan Soekarno, sebelum diadakan KTT sebagaimana hasil pertemuan Manila, pada tanggal 9 Juli 1963, sebulan lebih setelah menyetujui akan adanya KTT, ternyata Teungku Abdul Rachman cepat-cepat pergi ke London untuk menandatangani dokumen persetujuan dengan Pemerintah Inggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1963. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234-236)

Nah, sebelum 31 Agustus 1963 tiba dan walaupun Teungku Abdul Rachman telah menandatangani dokumen persetujuan dengan Pemerintah Inggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia, itu KTT antara RI, Filipina dan Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu sesuai dengan hasil pertemuan Manila, tetap dilangsungkan KTT antara bulan Juli-Agustus 1963 di Manila. Dimana dalam Konferensi Tingkat Tinggi ini menghasilkan tiga dokumen yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunike Bersama. Mengenai pembentukan Federasi Malaysia , ketiga Negara mufakat untuk meminta Sektretaris Jenderal PBB U Thant menyelidiki keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia. Pihak RI dan Filipina akan menyambut baik pembentukan Negara Malaysia apabila dikehendaki oleh rakyat-rakyat bersangkutan.

Untuk pelaksanaan penyelidikan rakyat di daerah Serawak dan Sabah pihak Sekjen PBB U Thant membentuk tim yang dipimpin leh Michelmore seorang diplomat dari Amerika. Dimana tim ini mulai bekerja pada bulan Agustus 1963.

Rupanya, pihak Teungku Abdul Rachman ini, yang lebih cerdik daripada Soekarno, sebelum tim PBB mengumumkan hasil penyelidikannya, itu Negara Federasi Malaysia dinyatakan berdiri pada tanggal 16 September 1963 dengan Naskah Penggabungan Empat Negara bagian, yang ditandatangani oleh Wakil-Wakil dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, dan Sabah, sedangkan Brunai tidak jadi bergabung.

Nah, dari pihak Soekarno yang sebelumnya merasa pandai menipu, ternyata ketika menghadapi kelihaian tipu muslihat Teungku Abdul Rachman dari Negara Persekutuan Tanah Melayu, dibuat tidak berkutik.

Akhirnya jalan keluar yang dipakai dan dilaksanakan Soekarno adalah dengan cara memutuskan hubungan diplomatik dengan Kualalumpur.

Nah, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi bila sudah diputuskan hubungan diplomatik antara Jakarta dengan Kualalumpur ?.

Jelas, itu Soekarno membuat propaganda dihadapan rakyat RI. Dan akibatnya pada tanggal 18 September 1963 lahirlah demonstrasi anti Malaysia , dengan spanduk-spanduk yang berbunyi "ganyang Malaysia", "gantung Teungku Abdul Rachman", "gantung Teungku Abdul Rachman antek Nekolim (Neokolonialisme/Imperialisme)". Gedung Kedutaan Besar Inggris di Jakarta pun jadi sasaran para demonstran, hancur berantakan, yang tersisa hanya puing-puing nya saja.

Memang Soekarno yang licik itu, ternyata kena tipu juga oleh Abdul Rachman dari Negara Persekutuan Tanah Melayu, soal Serawak dan Sabah. Karena Serawak dan Sabah sudah masuk menjadi Negara Bagian Federasi Malaysia, maka itu proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara A.M. Azhari, suaranya tidak kedengaran lagi. Daripada jatuh ketangan Soekarno lebih baik tetap menjadi Negara bagian Federasi Malaysia.

Dan memang betul dan tepat keputusan proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara A.M. Azhari, coba pikirkan kalau pada saat itu tetap ngotot menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia dan mau bergabung dengan Soekarno dengan RI hasil leburan RIS, wah, habislah.

Seterusnya mengenai ganyang Malaysia yang direalisasikan dengan nama Dwikora atau Dwi Komando Rakyat.

Dimana Komando itu berisikan: "Perhebat ketahanan revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk menggagalkan Negara Boneka Malaysia". (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.247)

Nah, disini kelihatan bagaimana itu Soekarno penipu ulung ini, ketika akan mencaplok Negara-Negara dan Daerah-Daerah bagian Negara RIS disebutlah itu itu Negara Boneka Belanda. Begitu juga ketika akan menelan dan mencaplok Serawak dan Sabah di Kalimantan Utara disebutlah Negara Boneka Malaysia.

Jelas, Soekarno itu telah mengklaim itu Sabah dan Serawak. Mengapa ?

Karena, coba pikirkan sedikit lebih dalam, kalau memang Soekarno hanya mendukung A.M. Azhari, proklamator berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang meliputi Serawak dan Sabah. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234), tidaklah Soekarno begitu geram dan begitu bernafsunya sampai harus berunding segala dengan pihak Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu pada tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 1963 di Tokyo, Jepang. Juga diteruskan pada tanggal 7 Juni sampai tanggal 11 Juni 1963 oleh para Menteri Luar Negeri dari RI dan dari Fipilina juga wakil dari pihak Teungku Abdul Rachman untuk bertemu di Manila, Filipina guna membicarakan masalah- masalah yang ditimbulkan dengan adanya rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia.

Jadi jelas, itu Soekarno bukan hanya mendukung Negara Kesatuan Kalimantan Utara, melainkan telah mengklaimnya, dimana taktik dan strategi Soekarno ini telah diketahui benar oleh pihak Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Soekarno melakukan operasi Dwikora dasarnya adalah "untuk menggagalkan Negara Boneka Malaysia dengan cara perhebat ketahanan revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai"

Nah kan, kelihatan jelas, istilah negara boneka ini memang permainan khas Soekarno untuk menipu rakyat RI.

Kemudian, Soekarno untuk merealisasikan komando Dwikora ini, pada tanggal 16 Mei 1964 dibentuk Komando Gabungan untuk wilayah Indonesia bagian barat yang diberi nama Komando Siaga. Sebagai Panglima Komando Siaga ditunjuk Men/Pangau Laksamana Madya Udara Omar Dhani, sebagai Wakil Panglima I Laksanaman Muda Laut Muljadi, dan Wakil Panglima II Brigadir Jenderal Achmad Wiranatakusumah. Dengan meningkatnya operasi-operasi militer, Komando Siaga kemudian disempurnakan menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga membawahi dua Komando Mandala, yaitu Komando Mandala I dan Komando Mandala II. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.247).

Disamping Soekarno menjalankan Komando militernya, juga dilakukan perundingan-perundingan. Pada bulan Juni 1964 diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ketiga negara bersengketa, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina di Tokyo, Jepang, tetapi tidak menghasilkan suatu penyelesaian.

Soekarno mengomandokan Gerakan Sukarelawan pada Konferensi Presidium Kabinet dengan Catur Tunggal seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 11 sampai tanggal 16 Maret 1964.

Pada tanggal 28 April 1964 diadakan sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI) di Istana Merdeka. Dimana KOTI dibentuk pada tanggal 19 Juli 1963. Dengan tugas pokok: Operasi pengamanan terhadap pelaksanaan program Pemerintah pada umumnya, khususnya dibidang konfrontasi terhadap unsur-unsur kolonialisme/imperialisme dalam segala manifestasinya serta pengamanan terhadap pelaksanaan program ekonomi. KOTI dipimpin oleh Presiden/Pangti ABRI dengan seorang Kepala Staf yang membawahi Staf Gabungan (G) yang terdiri dari: G-I (Intelijen), G-II (Operasi), G-III (Pengerahan Tenaga), G-IV (Logistik), G-V (Politik, Ekonomi dan Sosial).

Pada tanggal 3 Mei 1964 Soekarno mengeluarkan Komando Pengganyangan Malaysia pada Apel Besar Sukarelawan yang diselenggarakan di depan Istana Merdeka. Guna pengerahan/penggunaan sukarelawan/sukarelawati untuk tugas-tugas di bidang militer dubentuk "Brigade Sukarelawan Bantuan Tempur Dwikora" dibawah pimpinan Kolonel Sabirin Mochtar. Sasaran gerakan Sukarelawan ini adalah sepanjang garis perbatasan Kalimantan Utara dan di Semennanjung Malaya/Riau. Operasi-operasi perembesan dilakukan ke daerah lawan sampai ke Singapura dan daratan Semenanjung Malaya. Pada tanggal 30 Mei 1964 diberangkatkan satu batalyon Sukarelawan Dwikora ke daerah perbatasan. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.248-249).

Pada tanggal 27 Agustus 1964 dibentuk Kabinet Dwikora menggantikan Kabinet Kerja IV. Pada bulan September 1965 Kabinet Dwikora diperbesar dan ditambah anggota menterinya menjadi 99 orang menteri, yang terbagi dalam 14 kompartemen, 47 departemen, dan 11 jabatan. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.252).

Coba perhatikan oleh seluruh rakyat di RI dan di Negeri Acheh.

Bagaimana itu Soekarno yang dengan sekuat tenaga mengerahkan seluruh pasukan ABRI ditambah Sukarelawan/Sukarelawati ditunjang oleh Kabinet yang begitu besar anggota menterinya untuk mencaplok daerah Sabah dan Serawak, yang dinamakan Negara Boneka Malaysia.

Tetapi, apa yang terjadi, taktik dan strategi pencaplokan Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang terdiri dari daerah Serawak dan Sabah, ternyata gagal. Apalagi setelah Kabinet Dwikora yang telah kedodoran itu disempurnakan pada tanggal 24 Februari 1966 oleh Soekarno menjadi lebih kedodoran lagi dengan nama Kabinet Seratus Menteri (99 menteri + 1 menteri).

Disamping timbulnya Gerakan 30 September 1965, sehingga memperlemah kedudukan dan kekuatan Soekarno. Apalagi setelah Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966, maka berakhirlah kekuasaan Soekarno, dan berakhirlah taktik dan strategi Soekarno untuk mencaplok daerah Serawak dan Sabah.

Pada tanggal 11 Agustus 1966 ditandatangani persetujuan untuk menormalisasi hubungan antara Malaysia dan Republik Indonesia di Ruang Pancasila, gedung Departemen Luar Negeri di Jalan Penjambon.

Dimana Persetujuan normalisasi hubungan tersebut merupakan hasil perundingan di bangkok pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1966 antara Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Tun Abdul Razak dan Menteri Utama/Menteri Luar Negeri Adam Malik yang telah menghasilkan persetujuan yang dikenal dengan nama "Persetujuan Bangkok", yang mengandung tiga hal pokok:

1. Kepada rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Malaysia.
2. Kedua Pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatik.
3. Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan.
(30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.111).

Nah dengan telah ditandatanganinya Persetujuan Bangkok ini, maka berakhirlah taktik dan strategi Soekarno untuk menelan dan mencaplok daerah Serawak dan daerah Sabah. Dimana kedua daerah tersebut menjadi Negara bagian Negara Federasi Malaysia.

Soekarno memang penipu licik, tetapi akhirnya kena getuk Teungku Abdul Rachman. Dan inilah yang dirindukan oleh Permadi dari Komisi I DPR yang salah kaprah dan gombal itu.

Apakah Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan taktik dan strategi model Soekarno yang dirindui oleh Permadi ?

Hanya orang-orang budek yang tidak mau belajar kepada sejarahnya sendiri yang akan jatuh tersungkur kedalam lobang yang sama dua kali.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

Permadi: Caplok Wilayah Kita, Konfrontasi Saja dengan Malaysia
Reporter: Maryadi

detikcom - Jakarta, Anggota Komisi I DPR Permadi menilai sikap Malaysia yang mengklaim wilayah perairan Indonesia sebagai wilayahnya, bahkan telah memberikan konsesi eksplorasi minyak kepada Shell di Laut Sulawesi merupakan bentuk neo kolonialisme. Dia mendesak kepada pemerintah untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia.

"Saya sangat merindukan sekali keberanian Bung Karno untuk berkonfrontasi dengan Malaysia. Pemerintah harus berani konfrontasi dan bersikap tegas dengan Malaysia, karena itu wilayah kita," kata Permadi saat dihubungi detikcom melalui telepon di Jakarta, Jumat (4/3/2005).

Permadi menilai, langkah Malaysia dinilainya sudah tidak dapat ditolerir lagi karena selama ini mereka ingin terus memiliki wilayah Indonesia. "Setelah Sipadan dan Ligitan kini mereka mau caplok Amabalat. Pemerintah harus bersikap tegas, TKI kita dipukuli di Malaysia pemerintah tidak bisa apa-apa," katanya.

Permadi sangat setuju dengan langkah TNI AL yang mengirimkan 3 kapal perangnya di wilayah Laut Sulawesi atau wilayah Timur Kalimantan atau tepatnya di Ambalat. "Kalau perlu kirim kapal kita sebanyak-banyaknya. Itu perairan kita kok, mereka (Malaysia) seenaknya masuk wilayah Indonesia. Kalau saya KSAL-nya, saya akan tembak pesawat Malaysia dan kapal-kapalnya," tandas Permadi.

Dia sangat heran dengan sikap pemerintah Indonesia yang kurang tegas dalam mengatasi konflik di perairan Ambalat.(mar)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/03/tgl/04/time/8713/idnews/308791/idkanal/10
----------