Stavanger, 10 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SOFYAN DJALIL, PENJAJAH INDONESIA JAWA DAN THAIB DJALIL, IRANIA MALAYSIA
Omar Puteh
Stavanger - NORWEGIA.

 

SEKILAS MENYOROT SOSOK SOFYAN DJALIL, PENJAJAH INDONESIA JAWA DAN THAIB DJALIL, IRANIA MALAYSIA

Sofyan Djalil, sudah mengunjungi abangnya Thaib Djalil, di Kula Lumpur, Malaysia, tentu saja dia masih dapat mengenangkan kembali, bagaimana kesengsaraan yang pernah dialami abangnya ketika coba melarikan diri dari kejaran ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa yang akan menyembelihnya.

Abangnya, Thaib Djalil terselamat dari percobaan penyembelihan, yang akan dilakukan oleh Kopassus ketika itu, di tahun 1991 atau dengan kata lain, tersisihlah Thaib Djalil dari barisan nama-nama 50.000 (lima puluh ribu) lebih bangsa Acheh yang tersembelih sewaktu Daerah Operasi Militer (DOM) yang sangat menakutkan itu, yang dilakukan oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa di Acheh, siang dan malam.

Keadaan serupa "nightmare" pernah terjadi di Acheh ketika ABRI-TNI/POLRI,Tentara Teroris Nasional Indonesia Jawa, dipimpin oleh BrigJen Ishak Juarsa, anak Sunda-Jawa itu, yang berkoalisi dengan seorang anak Sunda-Jawa yang lain BrigJen Sarwo Edhi (bapak mertua Susilo Bambang Yudhoyono), yang dipindahkan ke Propinsi Sumatra Utara, setelah berhasil menenteng kepala Dipo Negoro Aidit ke Istana Merdeka untuk diserahkan kepada Suharto Kleptokracy. Diwaktu itu sejak akhir tahun 1965 hingga sepanjang tahun 1966 mereka menyembelih habis sisa-sisa pentolan DI/TII atau keluarga mereka, dengan tuduhan terlibat dengan Komunis, karena disebabkan nama-nama mereka ada dalam barisan nama-nama yang akan menerima cangkul percuma (free). Suatu cara yang dilakukan Kodim-Kodim seluruh Acheh, untuk menghalalakan cara mereka bertindak, setelah tidak berhasil melakukan pembersihan Genocida, sebelumnya ditahun 1958-1959 yang dilakukan oleh Letkol Suharto Kleptokracy (Diponegoro), Kolonel Ali Sadikin (Marinir), Letkol (Pol) Sumampouw (Pelopor-Gegana), Letkol Kemal Idris dan Ibrahim Adji (RPKAD-Kopashanda-Kopassus).

Setiap malam tuhan, ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, memenggal kepala korban-korban dengan menggunakan pedang samurai, peninggalan Jepang yang disediakan oleh Kodim-Kodim, seluruh Acheh. Malahan dibeberapa kejadian ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, terus melakukan penyembelihan dengan menggunakan sekop dan cangkul yang baru saja digunakan oleh bakal korban-korban itu, sebagai penggali lobang kubur mereka sendiri.

Jadi kalau sejak 1989-1998, sejak masa Daerah Operasi Militer (DOM), bangsa Acheh disembelih lebih dahsyat lagi: Siang dan Malam tuhan juga!!! Korban yang telah dibunuh dilorikan dan kemudian dengan dump truck jack, dilemparkan ke Sungai Tamiang, Sungai Pelawi-Berandan, kedalam lembah-lembah bukit di Halaban Block dan Halaban Jati, ke Sunagai Bayeun, ke Sunagai Arakundo ke lembah-lembah bukit di Acheh Tengah, atau kedalam lobang-lobang besar, kuburan-kuburan massal jauh kedalam hutan-hutan, ataupun di perkebunan karet dan kelapa sawit

Maka bersyukurlah Thaib Djalil, terlepas dari kejaran Kopassus yang dikenal biadab dan tidak berprikemanusiaan itu, dan selamatlah beliau menyeberang ke Malaysia, kemudian atas bantuan seorang teman, diberikanlah kepadanya sebuah pekerjaan sebagai Satpam (Securicor) dipintu gardu jaga Kedutaan Besar Irania, di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kemudian kita tidak tahu pasti apakah Thaib Djalil, seorang bekas guru Madrasah Sanawiyah, telah menukarkan dirinya dari Sunni menjadi Si'ah ataupun Si'ahnya masih lagi setakat di gardu jaga itu saja. Yang tahu pasti mungkin Sofyan Djalil dan Thaib Djalil itu sendiri, karena sebelum dia dipilih dan dilantik menjadi Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Penjajah Indonesia Jawa, mereka telah bertemu langsung dikediaman Thaib Djalil, di Kuala Lumpur, Malaysia, disana.

Begitu juga kita tidak tahu pasti , apakah Thaib Djalil, masih lagi sebagai seorang nasionalis Acheh, yang pernah ikut sama pejuang-pejuang nasionalis Acheh lainnya, sebelum dikejar Kopassus yang akan menyembelihnya dan kemudian telah menjadi "tidak loyal" lagi setelah dikunjungi adiknya Sofyan Djalil, Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Penjajah Indonesia Jawa itu? Tentu rakan-rakan di Kuala Lumpur, akan tahu juga, tetapi itu bukan menjadi persoalan, karena GAM tidak pernah memaksa siapapun bangsa Acheh untuk menjadi GAM, menjadi nasionalis Acheh!

Karena menjadi GAM atau menjadi nasionalis Acheh, semata-mata karena kesadaran yang datang dari sanubari setiap bangsa Acheh itu sendiri.

Nasionalis Acheh sejati, sesungguhnya tidak akan mengubah dan membelokkan garis cita-cita perjuangannya, dengan begitu mudah, apakah dia telah menjadi: Singaporean, Malaysian, Norwegian, Swedish, Danish, Canadian, American, Australian ataupun New Zealand dengan cita-cita untuk mengembalikan kedaulatan Negara Acheh Sumatra atau dalam kasus Thaib Djalil walaupun dia telah menjadi Shi'ah Irania ataupun karena Sofyan Djalil, adiknya telah menjadi Sofyan Djalil Indonesian, anak si Belanda Hitam, Penjajah Indonesia Jawa.

Jadi kalaulah Thaib Djalil telah melemparkan baju nasionalis Achehnya setelah dikunjungi oleh Sofyan Djalil dari Penjajah Indoneisa Jawa, maka refleksinya, dari yang demikian itu, akan menjadi ukuran pada dirinya, karena dulunya, dengan "nasionalis Achehnya" itu, dia telah terselamat dari kejaran Kopassus, ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indoneia Jawa, yang akan menyembelihnya dan kemudian mendapatkan kerja sebagai securicor di gardu jaga Keduataan Besar Irania, Kuala Lumpur Malaysia.

Kemudian datang sebuah pertanyaan: Sejak kapankah Sofyan Djalil telah berubah dan kemudian mebangun dirinya menjadi nasionalis Indonesia Jawanya, sehingga dia begitu mudah bisa melupakan sejarah tragis bangsa Acheh, bahwa Penjajah Indonesia Jawa dengan Belanda Hitamnya, telah menyembelih 100.000 lebih jiwa bangsa Acheh dari 1946-2005, hari ini?

(Bersambung Plus I + Sofyan Djalil, Penjajah Indonesia Jawa Dan Thaib Djalil Irania Malaysia)

Wassalam

Omar Puteh

om_puteh@hotmail.com
Norway
----------