Stockholm, 23 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

SAKU KURATA DI YOGYAKARTA, ITU ACHEH DIJAJAH RI-NYA MBAH SOEKARNO DARI YOGYAKARTA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

SAKU KURATA PERLU MENDALAMI JALUR SEJARAH ACHEH & RI YANG BENAR, BUKAN HANYA MEMBACA REFERENSI MBAH SOEKARNO SAJA

"Hal-hal yang ingin saya sampaikan buat saudara saya Ahmad Sudirman, diantaranya: Saya yakin beliau orang sangat terpelajar,dan berwawasan yang luas, tetapi anehnya didalam setiap argumen saudara selalu mengeluarkan kata-kata yang sangat berlebihan seperti "Penjajah Hindunesia Jawa Munafiq" yang ingin saya tanyakan kata Jawa, menurut saya melambangkan suku, terlalu berani saudara mengatakan begitu, sebab cuma pemerintahan Indonesia yang saudara lawan yang menurut anda itu Dzalim, kenapa anda bawa-bawa nama Jawa (walaupun di pemerintahan mayoritas didalamnya orang Jawa). Anda mungkin lupa atau khilaf didalam suku Jawa mungkin tidak terhitung jumlahnya hambah-hamba ALLAH yang benar-benar menegakkan syariat Islam dan hamba-hamba Allah yang beriman, amin." (Saku Kurata , kuratasaku@yahoo.com ,22 mars 2005 22:17:49)

Baiklah saudara Saku Kurata di Yogyakarta, Indonesia.

Kelihatannya saudara yang datang dari Kutaraja ini sekarang sedang berhijrah di Yogyakarta, bekas Ibu Kotanya Negara RI-mbah Soekarno, bekas Negara Bagian RIS yang menelan dan mencaplok Acheh memakai secarik kerta yang bertuliskan PP RIS No.21/1950 14 Agustus 1950 dan secarik kertas yang bertuliskan Perppu No.5/1950 hasil kocekan sepihak mbah Soekarno dari RIS.

Kemudian, itu soal nama Penjajah Hindunesia Jawa Munafiq. Memang nama itu ditujukan dan dialamatkan kepada Pemerintah RI yang tetap menduduki dan menjajah Acheh, dan kepada mereka yang mendukung kebijaksanaan politik penjajahan RI di Acheh. Apakah itu orang Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Madura, bukan masalah. Siapa yang mendukung dan menyokong penjajah RI di Acheh, maka itulah mereka yang termasuk Penjajah Hindunesia Jawa Munafiq.

Jadi, kalau saudara Saku Kurata merasa bukan orang Jawa dan tidak mendukung dan tidak menyokong penerus mbah Soekarno yang menjajah Acheh, maka saudara Saku Kurata tidak tergolong kaum Penjajah Hindunesia Jawa Munafiq, walaupun sekarang sedang berada dan tinggal di Yogyakarta.

Kemudian yang terjadi di Acheh, bukan hanya baru satu atau dua tahun, melainkan telah berlangsung lebih dari setengah abad. Jadi, itu pembunuhan yang dilakukan oleh TNI terhadap rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri, yang diperintahkan oleh oleh pihak Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono melalui Panglima TNI dan Kasad-nya, kalau sekarang, itu Panglima TNI adalah Jenderal TNI Endriartono Sutarto dan Kasad Letjen Djoko Santoso, keduanya adalah orang Jawa.

Jadi itu TNI membunuh, membantai, menculik, memperkosa, semuanya adalah makanan sehari-hari TNI yang diperintahkan oleh Kasad Letjen Djoko Santoso dan Mayjen Endang Suwarya di Acheh. Itu TNI mana ada diberi bekal dengan dasar dan aturan yang dicontohkan Rasulullah saw, paling yang diajarkan adalah itu hasil perasan pancasila saja. Seperti Sumpah Prajurit, Sapta Marga, 8 wajib TNI. Mana diajarkan itu dasar dan akhlak Islam, syariat Islam, tauhid, aqidah. Itu semau yang diajarkan kepada TNI adalah hasil endapan dan perasan pancasila dan bhineka tunggal ika-nya mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma, peninggalan kerajaan hindu Majapahit.

Adapun dari pihak TNA, itu mereka bertahan untuk mempertahankan diri, membela negeri Acheh yang telah dicaplok dan dijajah RIS dan diteruskan oleh RI, dan membela rakyat Acheh yang negerinya telah dijajah Soekarno sejak lebih dari setengah abad yang lalu, serta membela Islam dari pengaruh ampas pancasila hasil perasan mbah Soekarno. Misalnya itu racun UU No.18/2001 di Acheh.

Selanjutnya itu Saku Kurata menanyakan: "mengapa beberapa GAM terdahulu ada yang membelot ke MPGAM yang mereka rata-rata lepasan Libya.".

Itu masalah pembelotan orang-orang ASNLF kepada pihak luar, itu hak mereka, hanya kalau sudah komitment dengan perjuangan kemerdekaan Acheh, dan tetap berada dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro, itu harus ada kesamaan gerak dan langkah. Dalam usaha menentang penjajah RI.

Seterusnya, itu soal "Ulama-ulama besar di Aceh belum pernah mengatakan perang syahid terhadap Indonesia, sedangkan pihak GAM telah mengklain melawan kafir { itu yang kita dengar dari GAM-GAM dilapangan), atau Ulama-ulama Besar Aceh mengeluarkan pernyataan tertentu, tetapi itu juga tidak ada (jangan Ahmad Sudirman katakan ulama besar di Aceh juga perpanjangan penjajahan Indonesia Jawa)"

Ulama-ulama di Acheh itu memang sudah ditekan oleh Kasad yang lama, Jenderal Ryamizard Ryacudu, dan oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Itu sudah terang-terangan pihak RI setelah Soeharto jatuh, diteruskan BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid dengan deklarasi perangnya terhadap rakyat Acheh yang tela sadar untuk menentukan nasib sendiri, yang tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 tentang langkah-langkah komprehensif dalam rangka penyelesaian masalah Acheh yang dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 April 2001 yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid. Kemudian disusul oleh deklarasi perang oleh Megawati, yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2001, Instruksi Presiden Nomor Nomor 1 tahun 2002, Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Acheh, Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003 Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Jurnalis di Acheh, Keputusan Presiden No.43/2004 tentang Pernyataan Perubahan Status Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Militer menjadi Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Acheh yang ditetapkan 18 Mei 2004. Dan terakhir dilanjutkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dengan Peraturan Presiden No 2/2004 Tentang Pernyataan Perpanjangan Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di Acheh yang ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 November 2004.

Nah, itulah dasar hukum atau payung hukum yang dipakai pihak Pemerintah RI untuk menyatakan perang dan pembunuhan terhadap rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan negara pancasila.

Jadi, kalau ulama-ulama di Aceh belum pernah mengatakan perang syahid terhadap Indonesia, itu disebabkan karena memang ulama-ulama di Acheh sudah dikelabui dan ditipu oleh pihak Penguasa Darurat Militer Acheh dan sekarang Darurat Sipil Acheh dan pihak Pengusa Darurat Sipil Pusat. Disamping ulama-ulama di Acheh merasa ketakutan terhadap TNI dibawah komando mang Endang Suwarya orang Sunda dan mas Djoko Santoso orang Jawa itu. Kalau ulama-ulama di Acheh sudah merasa ketakutan, dan ditekan, mana mereka ulama ulama Acheh berani menyatakan perlawanan terhadap penjajah RI dengan TNI-nya yang telah menduduki Acheh dengan kekuatan pasukan non-organik TNI yang melebihi 50.000 pasukan itu.

Adapun pihak TNA, sudah jelas, telah mengetahui taktik dan strategi pihak RI dengan TNI-nya di Acheh, bahwa pihak RI dan TNI-nya itu mau terus menduduki dan menjajah Acheh dengan ditunjang oleh payung-payung hukumnya seperti yang dijelaskan diatas itu. Pihak RI mendeklarkan perang, kemudian dari pihak TNA siap bertahan dan membela agama, negeri, dan rakyat.

Seterusnya, soal perbedaan pendapat itu soal biasa, tidak ada sampai harus terjadi pembunuhan. Kecuali kalau ada pihak atau orang yang membela dan mendukung penjajah RI dan TNI-nya untuk bersama-sama menghancurkan TNA dan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri. Itu orang tersebut memang sudah masuk kedalam golongan penjajah RI.

Selanjutnya, itu soal yang dilambungkan saudara Saku Kurata: "pembuhuhan terhadap ulama (tidak saya sebutkan nama) karena mengharamkan mengambil Zakatfitrah. Pembuhuhan sebagian Masyarakat Aceh Atas Dalih "Cuak" padahal masalah Pribadi (ini bukan fitnah)"

Karena ini soal menyangkut tindakan kejahatan pidana pembunuhan, maka jelas harus disebutkan secara jelas, fakta dan buktinya di mimbar bebas ini. Kalau hanya menyebutkan ulama yang mengharamkan zakat fitrah, kemudian dibunuh. Ini perlu ada penjelasan lebih lanjut. Karena ini menyangkut masalah hukum Islam menyangkut zakat fitrah. Dan siapa-siapa saja yang berhak untuk mendapatkan zakat fitrah itu. Jadi, kalau sampai diharamkan pengambilan zakat fitrah, perlu dijelaskan disini. Orang yang diharamkan mengambil zakat fitrah dalam masalah yang disampaikan saudara Saku Kurata ini siapa ?. Dan dengan alasan apa ulama itu sampai mengharamkan pengambilan zakat fitrah ?. Coba jelaskan secara terperinci di mimbar bebas ini, jangan hanya asal main tuduh saja.

Begitu juga itu soal "cuak". Memang dalam kedaan perang sekarang di Acheh, itu berkeliaran para cuak dan para intel gadungan yang bekerja sama dengan BIN-nya Syamsir Siregar, kalau dulu AM Hendropriyono. Jadi, kalau orang itu terbukti cuak dan bekerjasama dengan penjajah RI, ya, bisa dianggap sebagai musuh rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan negara pancasila.

Seterusnya, itu soal referendum, memang dalam langkah perjuangan ASNLF dari sejak awalnya yang dideklarasikan ulang oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro pada tanggal 4 Desember 1976, tidak ada istilah referendum. Melainkan penentuan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan asing dan kontrol pemerintah pusat Jakarta. Tetapi, dalam proses pertumbuhan dan perkembangan perjuangan rakyat Acheh ini terus melaju dan makin memuncak terutama dengan melalui jalur politis, seperti referendum di Timor Timur pada tanggal 30 Agustus 1999, maka jelas, langkan kebijaksanaan politik melalui jalur plebisit atau referendum ini adalah juga menjadi salah satu jalur perjuangan kemerdekaan rakyat Acheh dibawah pimpinan Teungku Hasan Muhammad di Tiro dengan ASNLF dan TNA-nya. Jadi dalam perjuangan melalui jalur politis dalam bentuk referendum ini tidak dikesampingkan oleh pihak ASNLF, karena memang itu adalah salah satu jalur dari jalur-jalur lainnya dalam usaha mencapai kemerdekaan Acheh.

Kemudian, soal melarang anak-anak Acheh (Sekolah Dasar) belajar bahasa Indonesia. Memang itu adalah hak bagi rakyat Acheh khususnya anak-anak Acheh untuk tidak belajar bahasa Indonesia, melainkan bahasa Acheh. Itu bahasa merupakan ciri budaya rakyat Acheh. Justru yang celaka, adalah pihak Pemerintah RI, yang menghapuskan ciri budaya rakyat Acheh dengan melarang dan menghilangkan pelajaran bahasa Acheh digantikan dengan bahasa Indonesia yang datangnya baru saja beberapa puluh tahun, yaitu setelah RI diproklamasikan, hasil comotan dari bahasa melayu saja. Tidak ada itu yang namanya bahasa Indonesia sebelumnya, yang ada adalah bahasa Melayu.

Jadi, adalah wajar kalau itu anak-anak Acheh dilarang belajar bahasa Indonesia, kalau bahasa Acheh tidak diajarkan di Sekolah Dasar. Itu namanya penjajahan melalui bahasa. Kan licik itu pihak RI dibawah mbah Soekarno, BJ Habibie, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono. Kalau mau adil di Acheh, beri pelajaran bahasa Acheh di Acheh. Jangan hanya bahasa campur-aduk Indonesia saja.

Seterusnya, itu soal "mengancungkan senjata sembarangan sesama bangsa Aceh padahal cuma masalah kecil (bukan fitnah)"

Mengacungkan senjata itu ada sebab-sebabnya. Kalau itu ditujukan kepada para cuak dan penyokong penjajah RI, memang wajar saja. Kalau mau jadi cuak dan penyokong penjajah RI, ya itulah resikonya, dalam perang di Acheh yang dikobarkan oleh pihak penjajah RI ini. Jadi, jangan disalahkan pihak rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan negara pancasila.

Kemudian, itu saudara Saku Kurata mempertanyakan: "mengapa anda selalu membangkang dan membenarkan tentara2 asing yang ada di Aceh yang seolah-olah hadirnya mereka masalah Aceh akan lebih baik, mungkin meraka saat ini baik di Nanggroe kita, tapi bagaimana tingkah laku meraka di Afganistan, Irak, dan mengklaim dirinya Polisi Dunia. Bukankah dengan begitu menjadikan Karakter anda "asal Aceh dibantu atau merdeka persetan dengan negara2 Islam yang dijajah sama mereka (Amerika & sekutunya)"

Itu soal para relawan militer dan sipil dari Negara-Negara asing datang ke Acheh bukan untuk perang, melainkan untuk membantu penyelamatan, pemulihan, rehabilitasi para korban gempa dan tsunami. Hanya orang-orang yang ketakutan diambil tugasnya oleh para relawan militer dan sipil asing inilah yang bercuap-cuap dengan melambungkan propaganda murahan, bahwa tentara asing akan menguasai Acheh. Seperti yang dikoar-korakan oleh pihak TNI termasuk itu Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Itu bagus, dan kita harus berterimakasih, dengan datangnya bantuan dan para relawan militer dan sipil dari Negara-Negara asing untuk membantu penyelamatan, pemulihan dan rehabilitasi korban gempa dan tsunami di Acheh. Bukan harus diusir dan dibatasi waktunya. Karena tanpa bantuan relawan militer dan sipil dari Negara-Negara asing, mana sanggup itu Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kala, Endriartono Sutarto, Ryamizard Ryacudu menyelamatkan, memulihkan, dan merehablitasi korban gempa dan tsunami ini. Jadi, tidak perlu saudara Saku Kurata, ikut-ikutan itu TNI yang terus mau bisnis militernya di Acheh, dan terus untuk menduduki serta menjajah Acheh.

Pihak ASNLF tidak meremehkan para cendekiawan muslim Acheh, yang dipertanyakan dan dipersoalkan adalah kalau ada orang Acheh yang hanya mengekor dan mengembek kepada mbah Soekarno dan para penerusnya saja, termasuk kepada mbah Susilo Bambang Yudhoyono dan mas Djoko Santoso dengan TNI-nya.

Kalau itu para cendekiawan muslim Acheh bangkit menyuarakan tentang Acheh dijajah mbah Soekarno dengan RIS dan RI-Asaatnya, maka sudah jelas, itu para cendekiawan muslim Acheh ini telah memahami bahwa pihak Soekarno dan para penerusnya telah menipu seluruh rakyat Acheh. Tetapi, kalau para cendekiawan Acheh ini hanya enggeh saja kepada mbah Susilo Bambang Yudhoyono dan mas Djoko Santoso dengan TNI-nya, mana itu para cendekiawan Acheh bisa dipercaya oleh pihak rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri.

Soal referendum di Timor Timur, jelas rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri dalam menjalankan kebijaksanaan politik kemerdekaannya, menempuh jalur plebisit dan referendum ini, sebagaimana yang telah dilakukan di Timor Timur pada tanggal 30 Agustus 1999. Kemudian, itu kalau ada perbedaan bagaimana cara memimpin perjuangan dan pembebasan kemerdekaan antara pimpinan pembebasan Timor Timur dengan pihak ASNLF, itu bukan masalah yang penting dan utama. Yang penting adalah setiap pergerakan untuk kemerdekaan mempunyai taktik dan strategi perjuangannya sendiri-sendiri. ASNLF mempunyai taktik dan strategi perjuangan kemedekaan sndiri. Pihak Timor Timur mempunyai taktik dan kebijaksanaan politik perjuangan kemerdekaannya sendiri.

Terakhir, bencana alam seperti gempa dan tsunami, itu ada ditangan Allah SWT, setiap manusia tidak akan sanggup untuk melawan dan membendungnya. Tetapi, kelakuan penjajahan RI di Acheh, itu adalah kelakuan dari pihak Pemerintah RI dan para pendukung dan penyokongnya. Itu perilaku mereka sudah bisa dilihat dan bisa dihadapi. Jadi, korban rakyat muslim Acheh yang dibunuh penjajah RI dengan TNI-nya itu adalah korban rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri bebas dati pengaruh kekuasaan negara pancasila. Adapun korban gempa dan tsunami, itu rahasianya ada di tangan Allah SWT. Yang bisa kita lakukan adalah hanya berdo'a semoga arwah para korban gempa dan tsunami ditempatkan di sisi Allah SWT dan diterima semua amal ibadahnya. Amin. Begitu juga bagi para rakyat Acheh yang telah menjadi korban pembunuhan pihak TNI, semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah mereka dan menempatkan mereka disisi-Nya, amin.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

From: saku kurata kuratasaku@yahoo.com
Date: 22 mars 2005 22:17:49
To: ahmad_sudirman@hotmail.com
CC: PPDI@yahoogroups.com, oposisi-list@yahoogroups.com, mimbarbebas@egroups.com, politikmahasiswa@yahoogroups.com, fundamentalis@eGroups.com, Lantak@yahoogroups.com, kuasa_rakyatmiskin@yahoogroups.com, achehnews@yahoogroups.com, asnlfnorwegia@yahoo.com

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

Syukur Alhadullillah kepada Allah atas segala nikmat & rahmatnya kepada kita semua, selawat & salam kepada Rasulullah nabi besar Muhammad SAW.

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada saudara saya Ahmad Sudirman, karena setelah saya membaca baik artikel maupun argumen yang beliau paparkan (Ahmad Sudirman) didalam mimbar bebas alhadulillah banyak menambah wawasan saya wauapun tentunya tidak semuanya saya ambil yang mungkin belum sesuai dengan pikiran saya, terimasih dari saya buat beliau.

Hal-hal yang ingin saya sampaikan buat saudara saya Ahmad Sudirman, diantaranya:

1. Saya yakin beliau orang sangat terpelajar,dan berwawasan yang luas, tetapi anehnya didalam setiap argumen saudara selalu mengeluarkan kata-kata yang sangat berlebihan seperti "Penjajah Hindunesia Jawa Munafiq" yang ingin saya tanyakan kata Jawa, menurut saya melambangkan suku, terlalu berani saudara mengatakan begitu, sebab cuma pemerintahan Indonesia yang saudara lawan yang menurut anda itu Dzalim, kenapa anda bawa-bawa nama Jawa (walaupun di pemerintahan mayoritas didalamnya orang Jawa). Anda mungkin lupa atau khilaf didalam suku Jawa mungkin tidak terhitung jumlahnya hambah-hamba ALLAH yang benar-benar menegakkan syariat Islam dan hamba-hamba Allah yang beriman, amin.

2. Mari kita lihat kebelakang berapa banyak sudah orang Aceh telah meninggal (terima mareka disisiMu ya Allah di SurgaMu ya Allah). Walaupun meninggalnya mereka karena tibanya ajal bagi mereka, tetapi sebabnya kan ada, baik itu dibantai oleh Pihak TNI/POLRI maupun GAM (ini dalam konteks Antara TNI/POLRI dan GAM): dari yang pernah saya tahu: kekejamam TNI/POLRI Tidak beda dengan Kekejaman GAM Mari kita liat :

A. Alasan dari TNI/POLRI melakukan :"melindung masyarakat Aceh" tetapi mengapa justru membunuh masyarat Aceh, merpekosa, dan memperlakukan seperti binatang, saya sendiri pernah mengalami perlakuakuan tersebut. Pembantaian masa DOM, tgk Bantakiah, pemerasan di kampung-kampung sampai saat ini masin ada waupun mereka mengatakan tidak melakukan tetapi itu yang terjadi saat ini dilapangan.

B. Ada juga TNI/POLRI di Aceh mereka adalah hamba-hamba ALLAH yang hanya menjalankan perintah ALLAH.mekukan yang benar dan melawan yang mungkar

Sementara bagian Dari GAM: mungkin bagian ini saya lebih mendalam dikarenakan saya sendiri orang Aceh: saya melihat para petinggi GAM yang ada diluar negeri hanya mampu berbicara tetapi tidak mampu mengkoordinir bawahan yang ada dilapangan, kemudian memuliakan atau membenarkan sesuatu yang mengutungkan bagi Nanggroe Aceh walaupun itu masih belum jelas, kalau kita lihat sungguh manis mareka berbicara baik dalam tulisan maupun lisan, termasuk anda Ahmad Sudirman, sehingga timbul pertanyaan-pertanyan sebagai berikut:
1). Mengapa beberapa GAM terdahulu ada yang membelot ke MPGAM yang mereka rata-rata lepasan Libya.

2). Mengapa Ulama-ulama besar di Aceh belum pernah mengatakan perang syahid terhadap Indonesia, sedangkan pihak GAM telah mengklain melawan kafir { itu yang kita dengar dari GAM-GAM dilapangan), atau Ulama-ulama Besar Aceh mengeluarkan pernyataan tertentu,tetapi itu juga tidak ada (jangan Ahmad Sudirman katakan ulama besar di Aceh juga perpanjangan penjajahan Indonesia Jawa)

3). Mengapa GAM, perpedaan pedapat tidak mau menerima dan justru dibunuh" itu yang terjadi dari dulu sampai sekarang dan ini bukan fitnah"

4). Belum lupa peristiwa-peritiwa yang pigah Gam Lakukan :
-Pembuhuhan terhadap ulama (tidak saya sebutkan nama) karena mengharamkan mengambil Zakatfitrah.
-Pembuhuhan sebagian Masyarakat Aceh Atas Dalih "Cuak" padahal masalah Pribadi (ini bukan fitnah)
-Meremehkan Perjuangan Mahasiswa Aceh Saat pertama muncul kata "REFERENDUM" yang Akhirnya Pihak GAM juga mendukung. (itulah wawasan GAM dilapangan sampai-sampai Kata REFERENDUM Mareka tidak tahu)
-Melarang Anak-anak Aceh (Sekolah dasar) belajar bahasa Indonesia,
-Mengancungkan senjata sembarangan sesama bangsa Aceh padahal cuma masalah kecil (bukan fitnah) walaupun Almarhum Panglima Abdullah syafii selalu mengingatkan"bek sagai-sagai kaputunyo'k beude' ateuh bangsa droe teuh" kalau saya lihat seperti "sipuntong teumei jaroe"

5). Mengapa anda selalu membangkang dan membenarkan tentara2 asing yang ada di Aceh yang seolah-olah hadirnya mereka masalah Aceh akan lebih baik, mungkin meraka saat ini baik di Nanggroe kita, tapi bagaimana tingkah laku meraka di Afganistan, Irak, dan mengklaim dirinya Polisi Dunia. Bukankah dengan begitu menjadikan Karakter anda "asal Aceh dibantu atau merdeka persetan dengan negara2 Islam yang dijajah sama mereka (Amerika & sekutunya)"

6). Banyak saya dengar dan saya lihat dalam Pemaparan masalah baik tulisan maupun tulisan Pihak GAM selalu meremehkan Para Cendikiawan muslim Aceh sendiri maupun Indonesia walaupun mereka berkata benar" Hai TGK Ahmad Sudirman Minyenyan jeut keu Ileume bak babah Asei jeut tacok". Padahal mereka lulusan2 luar negeri sama seperti beberapa beliau yang ada dipihak GAM yang lulusan luar negeri juga. Dilema ini saya melihat bukan saja di para GAM2 di lapangan Tetapi juga Pada GAM2 Luar Negeri.

7). Mengapa kita tidak belajar dari Timor-timor, yang sangat menerima pendapat para Akademisi di Timor-timor yang saat itu masi belum merdeka, dengan jalan itu mereka merdeka. Dan pemimpin mereka jelas tampil mememegang peranan dilapangan yang sehingga menyuport para pejuang timor-timor.

8). Atau inikah yang udah sesuai dengan semboyan "udep saree mate sajan sikrek kafan saboh keurunda" kayaknya udah terwujud, ribuan kuburan massal di Aceh mulai dari masa DOM sampai Tsunami yang dalam satu liang lahat ribuan terdapat manyat.

Hanya ini yang dapat saya sampaikan dulu, dari ribuan masalah yang harus kita robah, harapan dari saya kepda para petinggi GAM yang ada di luar Negeri, mari kita berpikir bagi mereka yang ada di Aceh, karena sedikit perkataan anda jutaan mayarakat Aceh bahagia, sejahtera, damai dan juga sedikit pernyataan anda ribuan masyarat Aceh merana, meninggal, merusak adat Aceh yang udah dibentuk indatu kita dan pertikaian sesama Aceh. Kita tidak selamanya hidup maka buatlah yang bermanfaat dan benar di hadapan Allah, karen itu semua akan ditutut kelak di akhirat.(nyoe kon ceuramah adun2 lon tuan, ayah-ayah lontuan dan syedara-syedara lon tuan yang di lua dan didalam nanggroe).

Mohon maaf apabila ada yang menyinggung, karena ini semua kenyataan.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

SELAMAT BERJUANG UNTUK MENEGAKKAN YANG BENAR KARENA ITU PERINTAH ALLAH. JANGAN PERNAH LARI DARI PEREINTAH ALLAH
Kutaraja.24,03,2005

Saku Kurata

kuratasaku@yahoo.com
Yogyakarta, Indonesia
----------