Sandnes, 26 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

JUWONO SOEDARSONO CORONG SUARA KELOMPOK HIPOKRIT DARI NEGARA BURUNG GARUDA PANCASILA RI
Muhammad Al Qubra
Sandnes - NORWEGIA.

 

KELIHATAN DENGAN JELAS DAN TERANG ITU MENTERI PERTAHANAN JUWONO SOEDARSONO CORONG SUARA KELOMPOK HIPOKRIT DARI NEGARA BURUNG GARUDA PANCASILA RI

Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Soedarsono, sebagai corong suara kaum hipokrit sepertinya berhasil melambungkan provokasi jahatnya agar seluruh militer dan LSM Internasional yang terbukti sangat professional untuk membantu para musibah tsunami, keluar dari bumi Acheh Sumatra. Realitanya bahwa sementara ini kebanyakan militer dan LSM tersebut tidak ada lagi di kawasan yang tertimpa musibah tsunami itu, sedangkan sisanyapun nampaknya sedang bersiap-siap untuk hal yang sama.

Juwono Soedarsono juru bicara kaum hipokrit itu tentu tidak bekerja sendirian. Dia dibantu oleh "komando Jihad Gadungan", Majlis "ulama" Indonesia (baca majlis penjual agama) di seluruh Acheh khususnya Acheh Selatan sebagaimana laporan dibawah ini:

"Pihak TNI dan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) RI Acheh Selatan, memaksa masyarakat di Acheh Selatan supaya melakukan demo anti militer dan pekerja kemanusiaan international di Acheh, seluruh masyarakat akan dimobilisasi paksa untuk melakukan demo selama dua hari yaitu mulai hari Jum'at dan Sabtu (18-19 Maret 2005) ke gedung DPRD dan kantor Bupati Tapak Tuwan, Acheh Selatan. Ketua MPU RI Acheh Selatan adalah Abu Dawod Alijusupi berasal dari pesantren Madinatuddiniah Babu Sa'adah di Kampung Teupin Gajah Kecamatan Pasi Raja, Acheh Selatan."

Demikianlah persekongkolan jahat manusia Indonesia Hipokrit berhasil mengelabui pihak Internasional seolah-olah orang Acheh sendiri yang menyuruh mereka keluar dari Acheh, seolah-olah orang Islam Acheh sama seperti "komando jihad Gadongan itu" Prediksi saya pihak LSM internasional memahami sandiwara ini namun mereka tidak berdaya melawan Pemerintah Dhalim Indonesia Hipokrit.

Yang membuat saya heran justru Militer asing, terutama sekali Militer dari Amerika Serikat dan Australia, kenapa takut ? Padahal tentara-tentara itu menyaksikan sendiri bagaimana sambutan rakyat Acheh terhadap kedatangan mereka yang demikian penuh keyakinan. Orang Acheh sedikitpun tidak berprasangka buruk terhadap mereka. Dimata orang Acheh Tentara luar itu tempat mereka mengadu dari perlakuan keji Serigala-serigala haus darah (baca TNI/POLRI)

Ironisnya Justru Hizbut Tahrir juga turut mengambil bagian dari provokasi murahan itu. Mereka sepertinya tidak memahami bahwa yang berbahaya bagi orang Islam Acheh justru kaum munafiq yang bersekongkol dalam system Thaghut Indonesia sendiri, bukan orang kafir. Orang kafir yang datang itu adalah demi kemanusiaan, bukan untuk merobah agama orang Acheh.

Buruk sangkanya HT terhadap orang Kristen yang hendak membantu para musibah Acheh sungguh sangat memalukan orang Islam Sejati di Acheh. Bagaimana mungkin mereka nak mengganti keyakinan orang Acheh. Allah sendiri telah berfirman dengan "Laikraha fiddin" dan "Lakum dinukum waliadin".

Saya menyaksikan sendiri di Norwegia ini bahwa mereka memahami sekali tentang "takada paksaan" untuk merobah keyakinan, sementara orang-orang HT sendiri hanya membaca-baca saja firman Allah tersebut dengan tiorinya yang selangit sementara realitanya no-nol yang menganga pakai Istilah Dr Ali Syariati. Hal ini membuktikan persoalannya adalah "kemunafikan". Justru orang munafiqlah yang jahat dan berbahaya.

Kalau mereka berusaha untuk menarik orang-orang yang beragama lain kedalan agama mereka dengan menampilkan contoh yang menarik, itu adalah hak azasi manusia. Bukankah orang Islam juga harus berusaha untuk menarik orang-orang agama lain ke dalam agama kita dengan menampilkan aplikasi yang benar bukan dengan cara paksa. Persoalannya lagi bagaimana mungkin kita membuat orang lain tertarik ke agama kita, sementara sepak terjang kita sendiri sangat keji dan memuakkan (baca sepak terjang orang-orang yang menamakan diri Islam dalam System Thaghut Indonesia yang Hipokrit, dimana Hizbut Tahir berganding bahu dengan mereka dalam propokasi murahan terhadap orang Kristen di Acheh sekarang ini).

Pihak manapun yang terlibat provokasi murahan, pihak manapun yang bersekongkol dengan Juwono Soedarsono, juru bicara kaum Hipokrit yang telah mendhalimi kaum dhu'afa Acheh dengan cara membuat provokasi jahat, harus bertanggung jawab atas keluarnya LSM luar negeri dari bumi Acheh, ingat itu hai kaum munafiqun !

Akibat persekongkolan kalian dalam perbuatan jahat itu, serigala-serigala haus darah (baca TNI/POLRI) kembali menganianya kaum dhuafa Acheh dengan amannya tanpa diketahui pihak Internasional sebagai mana lazimnya sebelum tsunami.

Billahi fi sabililhaq

Muhammad Al Qubra

acheh_karbala@yahoo.no
Sandnes, Norwegia.
----------

Peace for Aceh
agam_chaos@yahoo.com

Saya pikir Dephan sangat dekat dengan FPI, dan pantaslah Dephan sedikit membantu menyuarakan suara hati comrade atau koleganya FPI. Dalam sebuah wawancara dengan salah board DPP-FPI pada bulan January 2005 di Banda Aceh, dia juga mengaku dirinya sebagai wakil dari ustaz Jafar Umar.

Dia mengatakan bahwa untuk datang ke Aceh, ratusan anggota FPI dibiayai oleh Dephan, dan biaya makan2 sehari di Banda Aceh (dimedan Jihad versi FPI) ditanggung oleh Satkorlak. kata dia, tsunami merupakan momentum bagi FPI untuk menginjakkan kakinya di bumi Aceh, dan FPI akan terus berada di Aceh hingga Syariat Islam ditegakkan di aceh, dan keberadaan FPI di Aceh adalah bagian dari Jihad, yakni, menjaga syariat islam agar terus dilaksankan. Dia juga mengatakan bahwa tidak pantas tanah serambi mekah para kelompok2 gereja berada lama-lama, karena akan terganggu jalannya syariat islam.

So, kalau ditarik benang merah antara pernyataan FPI dengan pernyataan Juwono kok enggak jauh bedanya, mungkin, juga antara Jakfar Umar Thalib dan Juwono pernah sama-sama mendapatkan satu dikpol (latihan bersama di sesuatu tempat di pulau Jawa).

Demikian dari saya
Samsul
----------

Ezki Suyanto
ezkis@yahoo.com

Juwono ingin memberikan stigma kepada dunia internasional bahwa masyarakat Aceh hanya mau tahu soal Islam. Juwono sipil tapi isi kepalanya lebih militer dari militer itu sendiri. Pokoknya setelah NGO non muslim keluar nanti akan ada strategi baru, ohhhh orang Aceh terganggu dengan gaya pola barat, kl gitu LSM asing silahkan keluar. Wait and see!!!

SQ
----------

De Aji
ajimuchtar@yahoo.co.uk

Saleum,
Menanggapi Pendapat Bapak Menteri Juwono Sudarsono, Apakah Hannya Karena Teman-teman Nasrani yang mau membantu Acheh Merdeka? Sehingga disuruh keluar dari Acheh? Still live in Acheh friends!!

Aji
----------

Aiyub Syah:
Pernyataan Juwono ini harus dibantah. Karena, warga masyarakat Aceh telah lama bergaul dengan komunitas internasional. Termasuk dari lembaga yang berasal dari komunitas Kristen. Dalam kultur kosmopolitanisme yang bernuansa religius keislaman, pendapat Juwono sangat bertentangan. Karena, dalam kultur Islam yang kian berkembang saat ini, tak ada alasan untuk menghambat bantuan kemanusiaan dari pihak manapun. Saya masih melihat, bantuan kemanusiaan yang disalurkan sejumlah lembaga internasional---termasuk dari LSM Kristen--- masih semata-mata demi kepentingan kemanusiaan.

Perlu disebutkan di sini bahwa, kultur Aceh pada masa lalu menunjukkan, bahwa antara komunitas sipil asal Aceh dengan komunitas dari mancanegara telah lama terjalin hubungan saling menyelamatkan lingkungan, dan saling menjaga kepentingan kemanusiaan. Dan juga saling mengembangkan nilai sosial-budaya. Sejumlah hubungan interaksi humanisme telah terjadi antara masyarakat Aceh dengan masyarakat Internasional sejak Aceh menjadi bagian dari sebuah wilayah yang damai---pada masa lalu.

LSM Kristen, Budha, Konghucu, Hindu dan Islam bisa saling bekerjasama di Aceh. Mereka semua saya yakin mencintai manusia di Aceh. Mereka kian tahu bahwa, rakyat di Aceh sangat menderita akibat bencana badai tsunami---serta berbagai tragedi kemanusiaan masa DOM dan DS.

Tak benar, jika warga masyarakat Aceh merasa tak nyaman. Dengan kehadiran sejumlah LSM Kristen dll.

Pendapat yang dikemukakan Juwono, merupakan "trik politik" untuk membuat Aceh terisolir dari dunia Internasional. Dan bagian dari skenario "mempolitisir" persoalan Aceh ke arah ---debat bersifat horizontal---padahal persoalan Aceh membutuhkan penyelesaian yang bersifat menyadarkan kekuasaan negara. Agar bertindak lebih manusiawi terhadap rakyat di Aceh. Beberapa waktu lalu, saya juga telah menyaksikan sekitar 10 tokoh pemuka agama berdoa untuk keselamatan rakyat di Aceh. Agar segera dapat hidup sejahtera dan damai, pasca tragedi tsunami. Doa mereka saya lihat begitu tulus untuk rakyat di Aceh.

Jadi kenapa Juwono mengatakan demikian?
love peace and human rights for Aceh,

Aiyub Syah
Democrasy Support Community (DSC)
----------

Aguswandi:
Dalam pernyataan Juwono di US tersebut, ia menyatakan bahwa....Kehadiran mereka ini membuat komunitas setempat yang mayoritas penduduknya Muslim merasa tidak nyaman.

Saya kira harus ada lembaga dari Aceh, terutama komunitas masyarakat Aceh yang melayangkan surat terbuka bahwa tidak ada masalah kehadiran berbagai lembaga asing tersebut pada masyarakat setempat. Karena berbagai pernyataan pemerintah dalam mengusir asing selalu dikaitkan dengan kondisi masyarakat lokal, lebih baik kalau ada kelompok lokal yangmembantahnya.
----------

http://endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=679&PHPSESSID=69243b1e7e3072669d35df9dcac43f5d

Juwono: LSM Kristen Silakan Keluar dari Aceh
Jumat, 18-Maret-2005, 23:14:43

'Penyaringan' terhadap berbagai LSM internasional yang berkiprah di Aceh terus berlanjut. Di Washington DC, Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono menyatakan bahwa LSM dan organisasi Kristen asing termasuk dalam kelompok yang telah diminta untuk meninggalkan Aceh pada 26 Maret mendatang.

Washington DC, Washington Times -- 'Penyaringan' terhadap berbagai LSM internasional yang berkiprah di Aceh terus berlanjut. Di Washington DC, Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono menyatakan bahwa LSM dan organisasi Kristen asing termasuk dalam kelompok yang telah diminta untuk meninggalkan Aceh pada 26 Maret mendatang.

''Amat banyak relawan dari gereja-gereja Australia dan Amerika Serikat yang bersemangat sekali untuk berada di Aceh dan membantu para korban tsunami. Kehadiran mereka ini membuat komunitas setempat yang mayoritas penduduknya Muslim merasa tidak nyaman,'' kata Juwono, yang tengah melawat ke AS, dalam wawancara dengan surat kabar Washington Times, Kamis.

Karena itu, terang Juwono, pemerintah Indonesia saat ini tengah meminta berbagai lembaga tersebut untuk mendaftakan diri dan memperjelas maksud kehadiran mereka. 'Keputusan final terus-tidaknya mereka hadir di Aceh akan ditentunkan oleh Menko Kesra Awlsi Shihab,'' terang Juwono kepada surat kabar lokal yang terbit di ibu kota AS

Menanggapi pernyataan tersebut, kepada harian yang sama, Bruce Campbel-Janz, direktur Christian Reformed Relief World, mengaku bisa memaklumi niatan pemerintah Indonesia itu. ''Saya sendiri memang sudah berulangkali menerima laporan adanya berbagai lembaga kristen yang memasang spanduk besar yang menandakan keberadaan mereka di sana. Hal itu memang bisa dipandang tak menghormati masyarakat setempat,'' ujar Bruce.

Meski begitu, Bruce menambahkan bahwa persoalan sebenarnya bukan hanya masalah religius belaka. Melainkan pemerintah Indonesia memang juga ingin memperketat kendalinya atas Aceh.

Catholic Relief Services, salah satu LMS Kristen besar yang aktif di Aceh, mengaku belum mendapat pemberitahuan soal niatan pemerintah Indonesia itu. ''Tapi mungkin saja kami akan segera diberitahu. Kami, sebagaimana lembaga lain, memang amat menyadari kemungkinan terjadinya hal semacam itu,'' kata Cecile Sorra, juru bicara SRS di Washington DC. (c) che
----------