Stavanger, 28 Maret 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

PLUS I + ACHEH TIDAK MEMPUNYAI HUBUNGAN SEJARAH KETATANEGARAAN DENGAN INDONESIA JAWA
Omar Puteh
Stavanger - NORWEGIA.

 

MASIH MENGUPAS TENTANG ACHEH TIDAK MEMPUNYAI HUBUNGAN SEJARAH KETATANEGARAAN DENGAN INDONESIA JAWA

Catatan: Sambil Mengingati Kembali Tahun Ke-132 ( 26 Maret, 1873-26 Maret, 2005) Tahun-Tahunnya Kekejaman dan Kebiadaban KNIL Belanda dan si Belanda Hitamnya: Anak-Anak Jawa, Pembunuh Bayaran yang menyembelih 100.000 jiwa lebih bagsa Acheh dari 26 Maret, 1873- 20 Agustus, 1942 !

Kita telah ingatkan Permadi dari PDI-P anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa dan semua mereka sejenisnya, yang juga di PDI-P atau di Komisi I DPR- Penjajah Indonesia Jawa, bahwa keberhasilan Penjajah Indonesia Jawa memaksakan penulis Acheh menuliskan naskah sejarah kemasukan Islam ke Peureulak, Darul 'Akla, dalam sebuah alenianya untuk dirangkaikan dengan cerita Majapahit pernah menyerang Pasee, akan tetap kita pandang atas tulisan naskah sejarah itu, sebagai tidak mempunyai sebarang hubungan strukturil ketatanegaraan antara Acheh dengan Jawa atau Indoneisa !

Tetapi kalaulah kemasukkan komunisme ke Pulau Jawa, sebagai kemasukkan komunisme pertama di Asia ditahun 1918 dan dihubungkan dengan naskah sejarah penemuan "Javamen" oleh van Koningsvald dan Eugine de Bois di Lembah Mojokerto dan terbisan-terbisan Kali Solo itu, bagi kami, bangsa Acheh, hal yang demikian itu, sudah tentu tidak akan menjadi persoalan dan akan membiarkannya begitu saja, karena ianya sudah pasti, akan menjadi urusan Permadi dan PDI-Pnya sebagai materi penulisan naskah propaganda: Java uber alles! Dan ini sudah pasti mempunyai hubungan strukturil dengan ketatanegaraan NKRI !

Begitu juga, dengan "misi" tertulisnya sejarah keterlibatan Raja-Raja dan Bangsawan-Bangsawan Jawa, terutama dari Surakarta dan Jokyakarta yang mengirim dan mengorganisir ribuan anak-anak Jawa pembunuh bayaran pada 26 Maret, 1873 ke Acheh, termasuk dari Jawa Timur dan paling khusus dari Bangkalan, Madura untuk membantu KNIL Belanda merampas bumi Wilayah Kerajaan (Negara) Acheh yang merdeka dan berdaulat untuk "diintegrasikan" kedalam wilayah tanah jajahan Hindia Belanda, yang hari ini telah pula bertukar nama sebagai wilayah tanah jajahan Penjajah Indonesia Jawa !

Inilah sejarah awal yang sesungguhnya masih murni dan paling authentik yang mensejarahi, susuran bagaimana proses wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat itu, telah diintegrasikan oleh penjajah Belanda untuk dijadikan wilayah integrasi tanah jajahan Hindia Belanda.

Sebagaimana kita telah ketahui bahwa Permadi dari PDI-P anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa atau mereka-mereka sejenisnya yang juga di DPD-I atau Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa, yang hari ini, masih mencoba mengklaim atas wilayah Negara Acheh yang nyata-nyata jelas dan terang sebagai hak mutlak bangsa Acheh, dan bukan sebagai wilayah integrasi tanah jajahan Penjajah Indonesia Jawa.

Acheh bukan Indonesia Jawa, sudah menjadi semakin cukup jelas, karena sejak 77 tahun yang lalu, ketika Belanda mengintegrasikan wilayah Negara Acheh menjadi wilayah tanah jajahan Hindia Belanda, sesungguhnya Indonesia Jawa itu sendiri belum pernah lagi wujud. Ia baru diketahui wujudnya oleh para ahli sejarah dipersekitaran antara tahun 1945 hingga 1949, sebagaimana kesimpulan dari sebuah ketelitian riset sejarah yang dibuat oleh para ahli sejarah terkemuka Belanda: Prof Dr W.A.L Stockhof dan rakannya Drs J.P van Kerkhoft dari International Institute for Asian Studies (IIAS), Belanda. Mengapakah Prof Dr W.A.L Stockhof dan rakannya Drs J.P van Kerkhoft dari International Institute for Asian Studies (IIAS), Belanda itu, masih berkesimpulan tidak mathematis? Apakah mungkin:

1. Karena pada pidato Soekarno si Penipu licik ketika Pancasila dilahirkan pada 1 Juni, 1945, disana, Soekarno si Penipu licik dan para audiencenya masih lagi mencari-cari bentuk struktur "Indonesia"? Sila baca hari lahirnya Pancasila.

2. Karena ketika Soekarno si Penipu licik Cs hendak melahirkan "Indonesia"-nya di tahun 1945, semata-mata untuk menyembunyikan Jawa sentris-nya, bukan sebagai eksistensi dari nasionalisme "Indonesia"-nya, sebagaimana telah diungkapkan oleh DR Pramoedya Anata Toer.

3. Karena di tahun 1948 K.H. Muso masih belum lagi memahami apa itu nasionalisme "Indonesia" dan itu sebabnya dia merencanakan pembentukkan sebuah USSR-Jawa (Indonnesia) di Jawa (Indonesia). Sila baca sejarah kemasukkan komunis di Indonesia atau Jawa.

3. Karena sewaktu Soekarno si Penipu licik, masih lagi memerintah hingga 1965, "Indonesia"-nyapun masih lagi Indonesia Nasakom! Silakan studi dengan jujur! So, "Indonesia" itu bukan diantara 1945-1949.

4. Karena di tahun 1968, Jenderal Martono, Menteri Transmigrasi, Kabinet Soeharto, masih mengatakan "Indonesia" itu lambat laun akan menjadi Jawa dan Pancasila akan dibuang ke dasar laut Jawa. "Indonesia itu indentik dengan Jawa ?! So, "Indonesia" itu bukan diantara 1945-1949.

5. Karena Prof Dr Fuad Siddiqi dari Universitas Islam Antara Bangsa, Kuala Lumpur, Malaysia, asal Ponorogo, Jawa, yang telah memilih menjadi Melayu-Malaysia, pernah mengajak Prof Dr Noercholis Madjid agar menjadi Melayu, sebagai Melayu-Indonesia? Di tahun 1995 (Tahun Jubilee Emas 17 Agustus, 1945?). Karena hingga tahun 1995 Prof Dr Noercholis Madjid terlihat, masih sebagai Jawanisme-Kejawen, tetapi dia menolak menjadi Melayu-Indonesia? karena keterangannya ke-Melayu-an itu hanya sedikit sekali dalam masyarakat Jawa. Bukankah bahasa Melayu disebut-sebut sebagai bahasa Indonesia di Kongres Pemuda Jawa di tahun 1928? Mengapakah Melayu bisa menjadi Indonesia? Tetapi mengapakah pula wilayah tanah Jajahan Hindia Belanda bisa disunglap menjadi wilayah tanah jajahan Indonesia Jawa? Atau mengapakah Hindia Belanda bisa menjadi Indonesia Jawa? So, "Indonesia" itu bukan diantara 1945-1949.

6. Karena H.C Zentgraaff telah mengatakan sebaik mengenal Acheh dengan karekteristik dan struktur kehidupan sosiologisnya sejak 1873 telah mengatakan: Bahwa Acheh itu bukan Jawa atau Acheh itu bukan Indonesia! Mengapakah Jawa-Jawa Chauvisnistis masih juga mengatakan Acheh itu sebagai Indonesia atau Indonesia Jawa sampai hari ini, yang bertentangan dengan dengan apa yang telah dikatakan oleh H.C. Zentgraaff itu. Atau hendaknya Prof Dr W.A.L. Stockhof dan Drs J.P van Kerkhoft dari International Institute for Asian Studies, mengubah kesimpulan "Indonesia" itu wujud bukan diantara 1945-1949 tetapi hingga sekarang ini. "Indonesia" itu, tidak bisa akan wujud dengan seksama, sebagaimana tidak bisa wujud dengan seksamanya USSR-Jawa, atau USSRusia yang pernah wujud, tetapi sekarang tidak lagi wujud atau sebagaimana Yugoslavia pernah wujud, tetapi sekarang juga tidak lagi wujud! Hanya wujud sebagai Serbia atau Sebia Montenegro. Insaya Allah "Indonesia" atau NKRI juga akan wujud sebagai Jawa atau Jawa Madura!

Sedangkan Pemerintah Belanda sendiri yang telah pernah menjajah Jawa dari 1596 hingga 1949 atau selama 353 tahun malahan lebih tegas, mempastikan bahwa, wujudnya Indonesia Jawa itu, baru pada tanggal 27 Desember, 1949 (walaupun masih bertentangan juga dengan beberapa fakta di atas).

Itu sebabnya pada 17 Agustus, 1995 Parlemen Belanda melarang Ratu Betrix dan Pangeran Bernhard datang menghadiri upacara ulang tahun ke-50 Jubilee Emas RI-Jawa Jokya.

Selain itu, bagi bangsa-bangsa di seluruh Nusantara, akan tetap menganggap RI-Jawa Jokya cq NKRI, sebagai negara yang tidak sah, karena Teks Proklamasi 17 Agustus,1945 yang dibuat dan Proklamsi kemerdekaan 17 Agustus, 1945 itu yang diproklamirkan, sekaligus karena sebab todongan pistol Dr Chairul Salleh, Adam Malik Nasution dan Pak Bujung Nasution kekepala Soekarno si Penipu licik, seperti yang pernah diceritakan langsung kepada kami (Omar Puteh-penulis, Yusra Habib Abdul Gani dan As-syahid Tengku Ishak Daud) oleh salah seorang dari pihak keluarga "pahlawan" yang bertiga itu: Soekarno dan orang-orang Jawa tidak mau merdeka ujarnya, atau keterangan ini, pernah termuat dalam majalah Skets Masa? yang pernah kami (penulis) baca pada tahun 1971 sehubungan penolakan Soekarno si Penipu licik, Mohammad Hatta dan Radjiman Widiodiningrat dan sekumpulan anak-anak Jawa lainnya, untuk mengambil langkah segera memproklamirkan RI-Jawa Jokya, sepulangnya dari Saigon pada 14 Agustus, 1945, setelah selesai menjumpai Laksmana Trauchi dari 8-12 Agustus, 1945.

Mengapakah Soekarno si Penipu licik menolak memproklamasikan kemerdekaan RI-Jokya sekembalinya dari Saigon?

1. Karena Jepang menghendaki Soekarno sipenipu licik Cs agar memproklamirkan segera kemerdekaannya: 19 Agustus,1945. Tetapi Jepang secara resminya telah menyerah kalah, sebelum tanggal tersebut.

2. Karena Soekarno si Penipu licik Cs bingung yang mana sebenarnya pada waktu sekarang ini, pada 15 Agustus, 1945, akan menjadi sebagai wilayah RI-Jawa Jokya, sedangkan Jepang cq Laksmana Trauchi, yang telah "menganugrahkan" wilayah tanah penaklukannya: Wilayah tanah jajahan Hindia Belanda + Semenanjung Malaya + Sabah dan Serawak yang telah diakui dan disahkan, akan menjadi wilayah tanah jajahan Indonesia Jawa, tetapi Jepang cq Laksmana Trauchi sendiri telah menyerah kalah kepada Sekutu atau otomatis semua wilayah tanah penaklukan Jepang itu cq wilayah tanah anugerah Laksmana Trauchi itu cq wilayah tanah jajahan Indonesia Jawa itu, kinipun telah menjadi wilayah Sekutu. Sila baca kembali statement Kementerian Luar Malaysia sehubungan dengan wilayah (Semenanjung Malaya, Sabah dan Serawak) tanah penaklukan Jepang cq wilayah tanah jajahan Indonesia Jawa versi Laksmana Trauchi. Lihatalah wilayah tanah jajahan Penjajah Indonesia Jawa itu, wujud bisa dari versi Hindia Belanda dan juga ada versi Laksmana Trauchi?

Dan sila susuri kembali proses Acheh menjadi wilayah tanah jajahan Hindia Belanda (menjadi wilayah tanah jajahan Jepang) kemudian menjadi wilayah tanah jajahan Indonesia Jawa sebagai bandingan dan juga kami tujukan dengan khusus kepada Permadi dari PDI-P anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa dan semua mereka yang sejenisnya.

3. Karena disini kita lihat dan kita buktikan bahwa Soekarno si Penipu licik itu bukan seorang Founding Father "Indonesia":

a. Ketika bersama Belanda dia bekerja sama dengan Belanda dalam patner "demokrasi-penjajah" di Volkskraad. Tetapi sebaik Belanda kalah dia lari merangkul Jepang.

b. Ketika bersama Jepang dia bekerja sama dengan Jepang dalam Dokoritzu Zyonbay Tyosakai, tetapi ketika Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, dia bingung dan tidak mau dulu memproklamirkan kemerdekaan "Indonesia"-nya, kecuali setelah pistol Dr Chairul Salleh, Adam Malik dan pak Bujung Nasution disandarkan kekepalanya (Soekarno si Penipu licik).

Demikianlah, pada tahun 1995 anak-anak Jawa Chauvinistis mengupahi si tukang-tukang becak-kajuh dari Jakarta DKI untuk melancarkan demonstrasi diluar pagar Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, dengan menggelar dan memampang spanduk-spanduk untuk menuntut kepada Pemerintah dan Negara Belanda agar segera mengesahkan, bahwa 17 Agustus, 1945 sebagai ulang tahun ke-50 kemerdekaan Indonesia Jawa. Mengapakah Proklamasi tanggal 17 Agustus, 1945 itu, kemudian berkontradiksi dengan 27 Desember, 1949, setelah usianya mencapai 50 tahun.

Lantas mengapkah Professor Sejarah atau ahli-ahli sejarah Indonesia Jawa, tidakpun pernah membuat kepastian, kapankah sebenarnya kata Indonesia itu, yang pertama sekali dikenal sebagai "Indonesia" (Jawa) ? Memang kita tahu ada Pendidikan Nasional Indonesianya Muhammad Hatta Cs dan memang ada pula Partai Nasional Indonesia Jawanya Soekarno Cs, tetapi ketika itu, kedua nama itu, hanya dikenal sah, sebagai sebuah nama organisasi saja, tidak lebih dari itu, tetapi tidak seperti yang dimaksudkan oleh Bastian atau Solingen?

Dengan pengungkapan fakta sejarah ini, maka ianya telah menjadi saksi yang monumental, sebagai sebuah bukti kukuh sejarah yang tidak bisa dipertikaikan lagi (undebatable) bahwa, Wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, tidak bisa diklaim oleh siapapun anak-anak Jawa Chauvinistis atau si Belanda Hitam hari ini, walaupun dengan predikat sebutan sebagai wilayah integrasi tanah jajahan Penjajah Indonesia Jawa! Sebagaimana yang telah dipahamkan oleh seluruh bangsa Acheh dan para nasionalis-nasionalis Acheh/ASNLF/GAM di seluruh dunia sekarang ini !

Permadi dari PDI-P anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia, bagaimanakah Wilayah Negara Acheh Yang Merdeka Dan Berdaulat itu bisa dengan begitu mudah disunglap, mulanya dikatakan sebagai Wilayah Integrasi tanah jajahan Hindia Belanda kemudian dikatakan pula sebagai Wilayah Integrasi tanah jajahan Indonesia Jawa?

Si Permadi dari PDI-P, anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa dan semua mereka yang sejenis dengannya, tidak merasa malu dengan mengatakan bahwa Wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat dengan pemerintahan sendiri (self governement) dan sebagai negara sendiri (self state) yang pernah dirampas oleh KNIL Belanda dengan dibantu ribuan anak-anak Jawa pembunuh bayarannya, untuk diintegrasikan kedalam Wilayah tanah jajahan Hindia Belanda, adalah sebagai wilayah integrasi NKRI (Negara Kolonialis Republik Indonesia Jawa) ?

Kapankah pernah bangsa Jawa pernah ikut membela dan mempertahankan bumi Acheh itu, dari serangan kuasa asing, sehingga kemudian berani pula mengatakan pula bahwa Acheh itu, sebagai wilayah integrasi NKRI? Yang ada keterlibatan ribuan anak-anak Jawa, yang berperanan sebagai pembunuh bayaran dan ikut membantu penjajah Belanda menyembelih 100.000 bangsa Acheh di Acheh dari 26 Maret, 1873-19 Agustus, 1942.

Kamu, Permadi dari PDI-P, anggota Komisi I DPR-Penjajah Indonesia Jawa, sebagai kamu telah ketahui bahwa Kerajaan (Negara) Acheh telah tegak sebagai negara sendiri (self state) bukan protektorat, dengan pemerintahan sendiri (self governement) bukan otonomi, sejak pemerintahan Sultan Ali Mughayat Shah (1496-1528) selama 377 tahun, sebelum Penjajah Belanda datang menyerang Acheh pada 26 Maret, 1873 atau setelah 277 tahun lamanya Belanda menjajah Jawa !

Penyerangan Wilayah Kerajaan (Negara) Acheh Yang Merdeka Dan Berdaulat pada 26 Maret, 1873 oleh KNIL Belanda, dengan bantuan ribuan anak-anak Jawa pembunuh bayaran inilah kemudian tercatat sebagai sejarah awal punca masalah dan petaka keatas bangsa Acheh hari ini! Mengapa?

a. Sebaik saja pemerintah penjajah Belanda mengintegrasikan wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat kedalam wilayah integrasi tanah jajahan Hindia Belanda, maka lenyaplah wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat itu, dalam peta baru (tanah jajahan) Hindia Belanda, sebagaimana yang dikehendaki ultimatum James Louden, yang pernah ditentang keras dengan seluruh konsweksinya oleh Sultan Mahmud, Sultan Acheh yang berdaulat.

b. Sebaik saja wilayah tanah jajahan Hindia Belanda (termasuk wilayah Negara Acheh yang merdeka dan berdaulat: Karena di Achehpun banyak kepentingan-kepentingan ekonomi: Maskapai-Maskapai Belanda yang akan dijaga oleh pemerintah RIS disana) sebagaimana yang dikehendaki oleh sidang Konfererensi Meja Bundar, Den Haag, Belanda, untuk diserahkan kepada anak-anak Jawa ex-pembunuh bayarannya ex mercenarynya, si Belanda Hitam, untuk dijadikan wilayah Republik Indonesia Serikat, maka lenyaplah Hindia Belanda kecuali hanya dikenal sebagai Wilayah Negara RIS.

Mengapakah Belanda meyerahkan juga kedaulatan Acheh di KMB, Den Haag , Belanda, kepada anak-anak Jawa ex-Pembunuh bayaran KNIL Belanda? Selain keterangan dalam point ( a) diatas, sebabnya yang lain, karena mengabaikan dengan mudah hak mutlak bangsa Acheh itu, karena masa itu, penjajah-penjajah itu sendiri, ketika itu, tidak paham adat resam hukum Internasional atas (hukum) dekolonisasi.

Belanda sebenarnya mengetahui dan menyadari bahwa Sultan Acheh tidak pernah menyerahkan kedaulatan kerajaan (negara)nya atas peta Wilayah Kuasa Daulatnya kepada Belanda, karena sebelum Sultan Mahmud mangkat, kuasa mandat sultan itu, telah dimandat atau diserahkan kepada Wali Negara ke-I, Tengku Tjhik di Tiro Muhammad Saman nenek dari Tengku Tjhik di Tiro Hasan Muhammad, Wali Negara ke VIII in exile hari ini, oleh Ketua Ahli Majelis Kerajaan (Negara) Acheh, Tuanku Hasyim.

Hal ini sudah diungkapkan kembali dalam musyawarat Reuni Acheh I dan II di Medan, Sumatera Utara dibawah pimpinan Brigader Jenderal (Pens.) Sjamaun Gaharu, ex-Panglima Kodam I, Iskandar Muda, bahwa Kerajajan (Negara) Acheh tidak pernah menyerahkan kedaulatan negaranya kepada Belanda.

Bagaimanakah Belanda masih "sanggup" juga lagi menyerahkan Wilayah Kedaulatan Kerajaan (Negara) Acheh kepada anak-anak Jawa ex-pembunuh bayarannya untuk dijadikan wilayah RIS?

Acheh itu bukan kepunyaan Belanda! Dan Acheh bukan kepunyaan anak-anaka Jawa ex-Pembunuh bayaran KNIL Belanda yang datang ke Acheh sebagai agressor, sebagai penjajah, sama seperti sekarang ini, Jawa datang ke Acheh sebagai agressor, sebagai penjajah! Wilayah Kerajaan Acheh Yang Merdeka Dan Berdaulat, setelah Belanda keluar dari Acheh seadilnya, diserahkan kembali kepada bangsa Acheh bukan kepada anak-anak Jawa ex-pembunuh bayarannya, yang menyebelih 100.000 jiwa leih bangsa Acheh.

Ex injuria jus non oritur! Right cannot originated from wrong !

Hanya bangsa Acheh yang mempunyai hak mutlak atas bumi bangsa Acheh itu sendiri !

Apakah Belanda tidak tahu atau pura-pura tidak tahu sejarah ini? bahwa bangsa Acheh dan Nasionalis-Nasionalisnya tidak mau ikut serta dalam persekutuan RIS itu?

(bersambung: Plus II + Acheh Tidak Mempunyai Hubungan Sejarah Ketatanegaraan Dengan Indonesia Jawa)

Wassalam

Omar Puteh

om_puteh@hotmail.com
om_puteh@yahoo.com
Norway
----------