Stockholm, 18 April 2005

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
 

KABAYAN, ITU SYARIAT DITURUNKAN BERSAMA HIKMAH ATAU HAKEKATNYA
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.

 

KABAYAN, ITU ALLAH SWT MENURUNKAN SYARIAT BERSAMA HIKMAH ATAU HAKEKATNYA

"Mang Ahmad, Kasimpulan Kabayan adalah bahwa syariat, pada kedalaman pemahaman tertentu berbeda dengan hakekat. Syariat sebagai jalan atau cara, tapi hakekat adalah tujuan yang ingin dicapai dari suatu syariat. Memang keduanya tidak bisa dipisahkan, artinya syariat tidak bisa berdiri sendiri. Namun, adanya syariat karena adanya hakekat. Jarang orang melakukan sesuatu tanpa tujuan." (Kabayan , kabayan555@yahoo.com , 17 april 2005 02:01:38)

Baiklah mang Kabayan di Monterey, California, Amerika.

Mang Kabayan, kelihatan masih kurang mengerti dan kurang memahami apa yang telah di Firmankan Allah SWT sebagaimana yang telah dicontohkan dalam masalah shalat dan puasa dalam tulisan yang lalu.

Itu berbicara syariat adalah berbicara hukum atau aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw.

Syariat itu bukan sebagai jalan atau cara, melainkan syariat itu merupakan patokan, hukum, norma, aturan, pagar, rambu-rambu yang telah digariskan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw. Sedangkan jalan atau cara itu adalah metode atau taktik atau strategi atau langkah.

Jadi antara syariat dan jalan atau cara adalah tidak sama, dan sangat berbeda. Dan yang benar kalau ingin menerapkan dua istilah syariat dan cara adalah seperti dalam contoh misalnya, untuk menegakkan hukum harus melalui cara atau jalan lembaga pengadilan negara dengan dipimpin oleh para hakim yang adil dengan tujuan agar supaya tegak keadilan dan kedamaian dalam kehidupan dan keamanan di masyarakat dalam satu negara yang berlandaskan hukum.

Jadi Kabayan, kalau Kabayan menyatakan: "Syariat sebagai jalan atau cara, tapi hakekat adalah tujuan yang ingin dicapai dari suatu syariat" adalah benar-benar salah. Mengapa ?

Karena sebagaimana yang dijelaskan Ahmad Sudirman diatas bahwa syariat bukan sebagai jalan atau cara. Melainkan, syariat itu merupakan patokan, hukum, norma, aturan, pagar, rambu-rambu yang telah digariskan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw. Adapun jalan atau cara itu adalah metode atau taktik atau strategi atau langkah.

Kemudian mang Kabayan mengatakan juga: "adanya syariat karena adanya hakekat". Nah, disini juga mang Kabayan salah dalam memahami apa yang di Firmankan Allah SWT.

Seperti dalam contoh shalat: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Ankabut, 29: 45)

Nah dari kata-kata "innashshalata tanhaa 'anil fahsyaa i wal munkari" (sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar) (QS Al Ankabut, 29: 45) menggambarkan bahwa shalat mencegah (perbuatan-perbuatan) dari keji dan munkar. Artinya disini adalah, diturunkannya syariat atau hukum shalat adalah untuk mencegah (perbuatan-perbuatan) dari keji dan munkar.

Nah, syariat shalat itu untuk mencegah. Mencegah apa ? Mencegah (perbuatan-perbuatan) dari keji dan munkar.

Jadi, hikmah atau hakekat atau tujuan atau inti dari syariat shalat diturunkan Allah SWT adalah untuk mencegah. Mencegah apa ? Mencegah (perbuatan-perbuatan) dari keji dan munkar.

Karena itu, tidak benar kalau mang Kabayan mengatakan: "adanya syariat karena adanya hakekat". Mengapa ?

Sebab, tidak bisa dikatakan: "karena adanya pencegahan (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar, maka diturunkan syariat shalat".

Justru yang benar menurut logika dan juga menurut apa yang di Firmankan Allah SWT adalah "karena diturunkan syariat shalat, maka pencegahan (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar bisa dilakukan".

Nah, disini menunjukkan bahwa dengan diturunkan syariat shalat, lalu dengan syariat shalat itu bisa dikerjakan pencegahan (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Atau dengan kata lain, diturunkannya syariat shalat bersama dengan hikmah atau hakekatnya sekaligus.

Jadi Kabayan, saran Ahmad Sudirman adalah, coba pelajari hukum-hukum yang ada dalam Al Quran dan hakekat atau hikmahnya, kemudian dalam penerapannya gunakan juga pikiran dan logika, agar tidak tersesat.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
www.ahmad-sudirman.com
ahmad@dataphone.se
---------

From: kabayan kabayan kabayan555@yahoo.com
Date: 17 april 2005 02:01:38
To: Ahmad Sudirman ahmad_sudirman@hotmail.com
CC: bimo_tejokusumo@yahoo.co.uk, johan_phl@yahoo.com, siliwangi27@hotmail.com Subject: Re: KABAYAN,ITU SYARIAT DENGAN HAKEKAT ATAU HIKMAH ADALAH BERSATU TIDAK BISA DIPISAH

Basmalah 3x, salam.

Mang Ahmad,
Kabayan mengucapkan terima kasih atas penjelasan dan pandangan Mang Ahmad. Memang betul kita, manusia, sudah ditakdirkan oleh Allah untuk tergolong-golong dan saling beda pendapat, sementara kita masing-masing merasa benar dan yakin dengan pendapat kita sendiri. Kabayan juga merasakan perasaan itu.

Kabayan merasa yakin bahwa antara syariat dan hakekat itu berbeda, namun ada keterkaitannya. Sebagai contoh adalah pakaian yang dipakai manusia. Syariatnya pakaian itu kain atau bahan lain yang dijahit dengan berbagai mode, tapi hakekatnya adalah penutup aurat. Dan Kabayan yakin bahwa sifat-sifat Allah itu juga dimiliki oleh manusia, maka manusia itu juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan terbatas pada penciptaan bentuk-bentuk atau mode-mode pakaian itu.

Contoh lain adalah sekolah atau kuliah. Syariatnya daftar, bayar, beli buku, belajar, ujian, wisuda, dan akhirnya dapat sertifikat. Hakekatnya adalah untuk mendapatkan pengetahuan, kemampuan dan legalitas.

Demikian juga dalam kegiatan keagamaan. Syariatnya harus begini, harus begitu, tidak boleh begini, dan tidak boleh begitu. Hakekatnya adalah mendekatkan sifat-sifat Allah yang kita miliki sedekat mungkin dengan sifat Allah yang sesungguhnya, karena, Kabayan meyakini bahwa agar kita bisa diterima dekat di sisi Allah, maka sifat-sifat kita harus sedekat mungkin dengan sifat-sifat-Nya. Jadi, semakin dekat sifat-sifat kita dengan sifat-sifat-Nya, maka semakin dekat pula tempat kita nantinya di sisi-Nya.

Sebagai contoh lain adalah kehidupan manusia ini. Kalau kita renungkan skenario besar kehidupan manusia, "Inna Lillaahi wa inna ilaihi raajiun," maka kita, karena berasal dari Allah, seharusnya kembali lagi kepada-Nya. Kita setuju bahwa Allah telah memberi petunjuk kepada semua manusia melalui para perantara-Nya (tidak langsung), dengan harapan agar semua manusia yang Allah turunkan ke dunia ini kembali lagi kepada-Nya. Bukan ke tempat lain.

Jadi, syariat ibadah yang dilakukan manusia di kehidupan dunia ini antara lain adalah melaksanakan ajaran agamanya masing-masing, tetapi pada hakekatnya adalah bahwa kita semua mencari jalan yang tepat untuk kembali kepada-Nya. Alhasil, hampir semua pengikut suatu ajaran berlomba-lomba untuk memberi contoh yang paling baik agar ditiru dan diikuti oleh sesama pengikut ajarannya.

Mang Ahmad, Kasimpulan Kabayan adalah bahwa syariat, pada kedalaman pemahaman tertentu berbeda dengan hakekat. Syariat sebagai jalan atau cara, tapi hakekat adalah tujuan yang ingin dicapai dari suatu syariat. Memang keduanya tidak bisa dipisahkan, artinya syariat tidak bisa berdiri sendiri. Namun, adanya syariat karena adanya hakekat. Jarang orang melakukan sesuatu tanpa tujuan.

Demikian, Mang, wallaahu a'lam.
Hamdalah, salam.

Kabayan.

kabayan555@yahoo.com
Monterey, California, Amerika
----------