Stockholm, 1 Juni 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
AGUNG
LAKSONO TAKUT KEBOBOLAN ACHEH HASIL RAMPOKAN SOEKARNO LEPAS KETANGAN RAKYAT ACHEH
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
KETUA
DPR AGUNG LAKSONO TAKUT KEBOBOLAN ACHEH HASIL RAMPOKAN SOEKARNO LEPAS KETANGAN RAKYAT
ACHEH MELALUI TIM MONITORING UNI EROPA
"DPR
RI menolak tegas jika masalah Aceh diinternasionalisasi. Sebab, masalah Aceh adalah
masalah dalam negeri Indonesia. Peran asing sebagai negosiator sebaiknya cukup hanya
sampai tingkat mediasi. Jangan sampai lebih jauh lagi
nantinya. Untuk hadir dalam perundingan juga sebenarnya pengamat dari Uni Eropa ikut
berpartisipasi tidak boleh. Mereka hanya bisa hadir sebagai pengamat dan bukan sebagai
faktor penentu dalam kesepahaman mengenai Aceh. Sebetulnya cukup mengecewakan juga. Kami
akan segera berkirim surat kepada Presiden untuk segera setop perundingan. Akan tetapi,
kami akan menunggu hingga tim perundingan pulang untuk melakukan rapat konsultasi dengan
Presiden terkait dengan masalah ini. Yang jadi pertanyaan, sampai kapan? DPR meminta ada batasan waktu dan target. Kalau tidak tercapai, kita
ambil langkah tegas. Kami berharap agar jalan politik atau jalan damai melalui perundingan
dengan GAM dapat diselesaikan tuntas dalam kerangka NKRI melalui otonomi khusus. Titik.
Tidak ada lagi hal-hal lain" ( Ketua DPR Agung Laksono, Jakarta, Rabu, 1 Juni 2005, www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2005060123511111
)
Agung Laksono orang Jawa satu ini memang
dari dulu adalah orang yang hanya ingin mempertahankan tanah Negeri Acheh hasil rampokan
Soekarno penipu licik saja. Dengan berbagai cara, itu Laksono berusaha agar tanah negeri
Acheh tetap dalam Negara sangkar burung garuda pancasila RI.
Bagi Laksono yang penting adalah bagaimana
itu tanah Negeri Acheh yang merupakan hasil aneksasi dan hasil rampasan Soekarno-Jawa
tetap berada dalam ikatan tali buhul bhineka tunggal ika-nya mpu Tantular dari hindu
Majapahit itu. Sedangkan rakyat Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sendiri
tidak menjadi persoalan kalau dibunuh semuanya oleh para algojo pasukan non-organik TNI
budek-Jawa-nya itu.
Coba saja perhatikan, itu Laksono ketika
mendengar bahwa pihak Presiden Martti Ahtisaari dari Crisis Management Initiative (CMI)
yang telah mengundang para akhli dari Dewan Sekretariat Uni Eropa dan Komisi Eropa sebagai
peninjau dalam perundingan ASNLF-RI yang membicarakan masalah pengaturan monitoring di
Acheh pada hari Senin, 30 Mei 2005. Ternyata itu Laksono kelihatan langsung
berjingkrak-jingkrak seperti cacing kepanasan sambil bercuap: ”Peran asing sebagai
negosiator sebaiknya cukup hanya sampai tingkat mediasi. Jangan sampai lebih jauh lagi
nantinya. Untuk hadir dalam perundingan juga sebenarnya pengamat dari Uni Eropa ikut
berpartisipasi tidak boleh. Mereka hanya bisa hadir sebagai pengamat dan bukan sebagai
faktor penentu dalam kesepahaman mengenai Aceh.”
Kan budek itu yang namanya Agung Laksono
orang Jawa dari Golkar-nya daeng Jusuf Kalla yang menjadi Ketua DPR ini.
Kalau itu Laksono menganggap bahwa konflik
Acheh adalah hanya konflik domestik alias dalam negeri saja, maka itu artinya Laksono
memang betul-betul seorang yang budek.
Memang laksono seorang yang budek dan buta,
karena ia tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat konflik Acheh yang telah menjadi
masalah internasional. Itu Laksono memang budek, karena ia tidak bisa mengerti dan tidak
bisa memahami bahwa dari sejak pertama kali pihak ASNLF melakukan perundingan dengan pihak
RI, itu perundingan sudah melibatkan dunia iternasional. Dari mulai sejak perundingan di
Geneva, Tokyo dan sekarang Helsinki, itu semuanya telah melibatkan dunia internasional.
Jadi, kalau itu Laksono masih saja
menganggap bahwa konflik Acheh adalah konflik dalam negeri, itu artinya Laksono memang
tidak pantas untuk menjadi Ketua DPR.
Bagaimana bisa ia menjadi Ketua DPR, kalau
melihat konflik Acheh saja masih budek dan gombal ?
Kalau memang benar itu Laksono sanggup
menyelesaikan konflik Acheh melalui jalur dalam negeri, itu sudah dari dulu bisa
diselesaikannya, melalui para keroco Jawa-nya yang ada di Acheh. Tetapi, kenyataannya, itu
Agung Laksono tidak sanggup menyelesaikan konflik Acheh ini dengan secara damai, paling
hanya mengerahkan kekuatan serdadu non-organik TNI budek-Jawa-nya saja ke Acheh yang
sekarang sudah lebih dari 50.000 pasukan itu.
Laksono, kalian memang salah seorang yang
tidak ingin melihat di tanah Negeri Acheh timbul perdamaian yang adil dan jujur. Karena
kalian hanyalah ingin terus menduduki dan menjajah tanah negeri Acheh dengan mengabaikan
dan membiarkan rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib sndiri dibunuh oleh para algojo pasukan
non-organik TNI budek-Jawa kalian itu.
Kalian Laksono dengan berselimut label
masalah Acheh adalah masalah dalam negeri, itu artinya kalian Laksono adalah benar-benar
salah seorang yang tidak ingin melihat di tanah negeri Acheh aman dan damai. Kalian
Laksono hanya ingin melihat rakyat muslim Acheh yang telah sadar untuk menentukan nasib
sendiri terus menderita dan dibunuh oleh para algojo pasukan TNI budek-Jawa kalian itu.
Dan memang itu Agung laksono adalah tidak
lebih dan tidak kurang seorang Jawa yang terus membeo dan mengembek kepada apa yang telah
digariskan mbah-nya Soekarno-Jawa penipu licik dan perampok tanah Negeri Acheh melalu RIS
dan RI-Jawa-Yogya-nya.
Agung Laksono kalian sudah tersungkur.
Bagi yang ada minat untuk menanggapi
silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se
agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya
yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan
lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk,
amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
----------