Stockholm, 11 Agustus 2005
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
WONG PROLETAR KOMUNIS KASIH ITU MUBA, SIMBOLON & PERMADI
JAMU SOSIALISME-PROLETARIAT MARXISME MAO TJE TUNG
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
COBA
WONG PROLETAR KOMUNIS KASIH ITU MUBA, SIMBOLON & PERMADI JAMU
SOSIALISME-PROLETARIAT MARXISME MAO TJE TUNG
"Huehehehehe
Dalam penjelasannya, Pasti mbah Sudirman akan menghubungkan. Antara penelitian tentang
kodok dihubungkan dengan Aceh-Maluku-Papua. Di mana pada saat zaman kerajaan
kodok.Wilayah kerajaan kodok tidak termasuk dalam wilayah RI. Kodok yang
terakhir tidak bisa loncat karena kakinya dicaplok RI.Gitu kan mbah.."
(Kang becak, kbecak@yahoo.com , Thu, 11 Aug 2005 08:25:36 -0700 (PDT))
"Ahmad Sudirman sedang
mengadakan penelitian tentang lompatan seekor kodok. Percobaan 1: Kodok
dikagetin dan sang kodok melompat sejauh 4 cm. Percobaan 2: Satu kaki depan
kodok dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok melompat sejauh 3 cm. Percobaan
2: Satu lagi kaki depan kodok dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok melompat
sejauh 2 cm. Percobaan 2: Satu kaki belakang kodok dipotong, lalu dikagetin,
dan sang kodok melompat sejauh 1 cm. Percobaan 2: Kaki terakhir kodok dipotong,
lalu dikagetin, dan sang kodok ternyata diam. Dengan bangga Ahmad Sudirman
mengambil kesimpulan: Tanpa kaki, seekor kodok akan budek." (Muba Zir, mbzr00@yahoo.com , Thu, 11 Aug 2005 07:14:53
-0700 (PDT))
Baiklah
Muba di Dijon, Bourgogne, Perancis dan wong proletar komunis tukang becak di
Tokyo, Jepang.
Nah,
ketika Ahmad menyodorkan argumentasi bahwa "itu Effendi Simbolon yang
juga anggota Komisi I DPR dari FPDIP menganggap Perundingan RI dengan pihak
Pemerintah Negara Acheh dalam hal ini ASNLF/GAM merupakan perundingan yang
berstatus internasional dan dengan negara lain. Sedangkan Muba Dijon menafikan
dan tidak mengakui Perundingan ASNLF/GAM – RI adalah perundingan Internasional
dan Perundingan antara dua Negara yang status politiknya sederajat, maka itu
Muba Dijon memang budek"
Rupanya,
dasar argumentasi yang disodorkan Ahmad Sudirman ini, disimpulkan oleh Muba
Dijon dengan "Tanpa kaki, seekor kodok akan budek".
Jelas,
itu kesimpulan yang salah kaprah. Tidak ada
korelasi yang signifikan antara budek dengan tidak ada kaki.
Kalau Ahmad Sudirman menyimpulkan
"Muba Dijon menafikan dan tidak mengakui Perundingan ASNLF/GAM – RI adalah
perundingan Internasional dan Perundingan antara dua Negara yang status
politiknya sederajat, maka itu Muba Dijon memang budek"
Nah, budeknya Muba ini memang dari
sejak awal, ia tidak mendengar, telinganya memang sudah pecah selaput
kendang-kendangnya, sehingga getaran gelombang suara tidak bisa dideteksi untuk
disalurkan keotak agar ditafsirkan oleh sensor penafsir getaran gelombang suara
di otak, agar suara itu bisa dimengerti.
Sedangkan itu Simbolon dan Permadi
saja menganggap Perundingan RI dengan pihak Pemerintah Negara Acheh dalam hal
ini ASNLF/GAM merupakan perundingan yang berstatus internasional. Karena itu,
mengapa kedua anggota Komisi I DPR dari FPDIP mencak-mencak seperti cacing
kepanasan, ketika Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pada tanggal 9
Agustus 2005 di Istana Negara tidak memberikan penjelasan yang lengkap tentang
isi detil Kesepakatan Helsinki yang diparaf 17 Juli 2005 di Helsinki,
Finlandia. Alasan utama mengapa Yudhoyono dan Jusuf Kalla tidak membongkar
secara bebas semua isi Kesepakatan Helsinki 17 juli 2005, karena memang terikat
perjanjian, yaitu tidak dibenarkan untuk membukakan seluruh isi Kesepakatan
Helsinki 17 Juli 2005 sebelum Kesepakatan Helsinki itu ditandatangani pada
tanggal 15 Agustus 2005.
Tetapi, karena Effendi
Simbolon menganggap Perundingan Helsinki itu merupakan Perundingan
internasional yang menghasilkan perjanjian internasional sebagaimana yang
tertuang dalam UUD 1945 Pasal 11 (2) dan UU No.24/2000 Tentang Perjanjian Internasional
Bab II Pasal 4 (1), maka itu Simbolon terus mencak-mencak agar Yudhoyono
memberikan penjelasan di Komisi I DPR atau Sidang Paripurna DPR. Hanya jelas
tidak digubris oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
Jadi, Muba Dijon budek, tidak perlu
kalian pakai penelitian kodok yang dipotong tangan dan kakinya, lalu digebrak
biar kaget segala macam. Karena, penelitian kodok kalian itu tidak ada korelasi
signifikan-nya.
Kemudian, itu wong proletar
komunis tukang becak dari Tokyo, Jepang, ikut-ikutan pula dibelakang ekor
Simbolon orang PDIP-nya mbak Mega dengan minuman obat lemah jamu gendong
pancasilanya mbah Soekarno.
Proletar komunis, kalau tidak tau
permasalahan, jangan ikut-ikutan buka mulut, mana itu nyambung hasil cuapan
kalian itu. Lebih baik kalian dalami itu ilmu sosialisme-proletariat Marxisme
Mao Tje Tung agar supaya bisa ditandingkan kembali dengan gaya marhaenisme-nya
mbah Soekarno bersama PDIP-nya mbak Mega. Agar supaya itu Permadi dan Effendi
Simbolon, termasuk juga Muba Dijon tidak berjingkrak-jingkrak seperti cacing
kepanasan.
Jadi, proletar komunis wong jawa
tukang becak, kasih air minum jamu sosialisme-proletariat Marxisme Mao Tje Tung
agar itu Permadi, Effendi Simbolon, dan juga Muba Dijon penyakit budeknya
sembuh.
Bagi yang ada minat untuk
menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada
saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu
yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan
lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon
petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
----------
Date:
Thu, 11 Aug 2005 08:25:36 -0700 (PDT)
From:
Kang becak kbecak@yahoo.com
Subject:
Kodok
To:
muba zir <mbzr00@yahoo.com>, Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se
Bismilah,
Huehehehehe
Dalam penjelasannya,
Pasti mbah Sudirman akan
menghubungkan.
Antara penelitian tentang kodok
dihubungkan dengan Aceh-Maluku-Papua.
Di
mana pada saat zaman kerajaan kodok.
Wilayah
kerajaan kodok tidak termasuk dalam wilayah RI.
Kodok
yang terakhir tidak bisa loncat karena kakinya dicaplok RI.
Gitu kan mbah.
Wassalam.
Kang
becak
kbecak@yahoo.com
Tokyo,
Jepang
----------
Date:
Thu, 11 Aug 2005 07:14:53 -0700 (PDT)
From:
muba zir mbzr00@yahoo.com
Subject:
Re: MUBA DIJON MEMANG BUTA TIDAK MELIHAT SIMBOLON CS DARI FPDIP MENGANGGAP ASNLF/GAM
SEBAGAI SATU NEGARA
To:
Ahmad Sudirman ahmad@dataphone.se
Cc:
AcehA_yoosran <a_yoosran@yahoo.com>, AcehAhmad_mattulesy
<ahmad_mattulesy@yahoo.com>, AcehAhmadGPK <ahmad@dataphone.se>,
AcehMr_dharminta <mr_dharminta@yahoo.com>, Acehmuba
<mbzr00@yahoo.com>, acehomputeh <om_puteh@hotmail.com>, AcehSap im_surya_1998@yahoo.co.id
Ahmad Sudirman sedang mengadakan
penelitian tentang lompatan seekor kodok.
Percobaan 1: Kodok dikagetin dan
sang kodok melompat sejauh 4 cm.
Percobaan 2: Satu kaki depan kodok
dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok melompat sejauh 3 cm.
Percobaan 2: Satu lagi kaki depan
kodok dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok melompat sejauh 2 cm.
Percobaan 2: Satu kaki belakang
kodok dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok melompat sejauh 1 cm.
Percobaan 2: Kaki terakhir kodok
dipotong, lalu dikagetin, dan sang kodok ternyata diam.
Dengan bangga Ahmad Sudirman
mengambil kesimpulan: Tanpa kaki, seekor kodok akan budek...
Muba
Zir
mbzr00@yahoo.com
Dijon,
Bourgogne, Perancis
----------