Stavanger, 9 Februari 2006

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


LUKMAN THAIB DAN KAIN SARUNG JAWANYA.

Omar Puteh

Stavanger - NORWEGIA.

 

 

TANGGAPAN ATAS TULISAN LUKMAN THAIB DAN KAIN SARUNG JAWANYA.

 

Ditahun 1989, Lukman Thaib, yang mendatangi saya di Meunasah Achèh, Damansara, Malaysia yang saya sifatkan kedatangannya yang pertama dan bersendirian itu, sebagai kedatangan seorang propagandis Wirit Yasin-nya atau sebagai "budak" suruhan-nya Don Zulfahri @ Habib Adam @ Habib Djahé (Jahil) @ Don Gigolo @ Don Malindo @ Don Lempap, sambil menjinjing draft tulisan untuk mengambil doktornya, yang hendak diperlihatkan kepada saya.

 

Di ahkir pertemuan itu, dia "terpaksa" pamit dan mengatakan akan berangkat ke Afrika Utara dengan kain sarung Jawa-nya.

 

Sekembalinya dari kepergiannya ke Afrika Utara itu, dia datang lagi dengan sekumpulan orang-orang bawak-annya. Dikatakannya kepada saya, (saya tidak bisa hadhir malam itu) bahwa, dia telah berhasil mendirikan sebuah perkumpulan yang diselimuti kain sarung Jawa, yang dinamakannya Achèh Meutuah, di Meunasah Achèh, Damasara. Ini sebagai kedatangannya yang kedua.

 

Kedatangannya yang ketiga, juga sebagai kedatangan terakhirnya ke Meunasah Achèh, Damansara!

 

Pada waktu kedatangan ketiga kali ini, dia sekonyong-konyong terus membuat pernyataan dengan ancaman didepan madjelis orang ramai: "Sesiapa berani menghalang-halangi penerbitan dan pengedaran buku ini(sambil mengangkat draft terjemahan buku itu) akan saya bawa kemahkamah", katanya.

 

Dengan mengambil tempat duduk selang seorang dari Lukman Tahib, tentunya menjadikan saya bagai terkepak (terpegun) mendengar ucapan ancamannya itu yang terkeluar sedemikian rupa.

 

Buku yang dimaksudkannya itu adalah terjemahan buku karangan Ibrahim Noor, menantu Abu Daud Beureuh-éh: Tengku Daud Beureuh-éh Mudjahid Agung? (saya kurang persis susunan kalimatnya) kedalam bahasa Inggeris.  Penterjemahan dan penerbitan buku itu, kedalam  bahasa Inggeris, saya pahamkan sebagai mau membodek (mencari muka) kepada Tan Sri Sanusi Juned, yang ketika itu sebagai Menteri Pembangunan Luar Bandar?, juga sebagai suami Inangda Keumala, cucunya Tengku Abu Daud Beureuh-éh, sebagai orang yang pernah memberi bantuan kepadanya, untuk mendapatkan perlindungan politik di Malaysia. Mengapakah tidak? Kalau tidak mengapakah sampai dia dengan semangat "kain sarung Jawa"-nya mau membuat ancaman sedemikian rupa didepan majelis orang ramai?

 

Saya diam saja dalam hal itu, dalam hal ancamannya yang sombong dan angkuh itu. Karena terpikir juga, ketika didepan sekumpulan orang-orang bawa-annya dia namapaknya hendak menunjukkan "action-nya.

 

Sayapun baru saja mulai angkat bicara, setelah nampaknya dia mulai diam.  Tetapi hanya membangkitkan issue Lukman Thaib dengan kain sarung Jawa-nya, telah "menjual" nama anak-anak Achèh yang 50 (lima puluh) orang (anggota wirit Yassin-nya Don Zulfahri?), yang list nama-nama mereka telah diperlihatkan kepada seorang teman, yang ditemuinya di Afrika Utara, sebagai sebahagian dari sejumlah yang 500 (lima ratus) orang, yang dikatakannya, sebagai jumlah pengikutnya di Malaysia?  Menipu, si Penipu!

 

Rupanya issue "menjual" list nama-nama dari 50(lima puluh) orang anak-anak Achèh diantara yang 500 (lima ratus) orang sebagai pengikutnya sangat lain reaksinya, sayapun tidak menduga reaksi itu bisa membawa fatal kepada mobil Honda Civic reot tahun 80-annya:  "Angin dari keempat-empat ban muka dan belakangnya terbang-melayang"!

 

Juga membawa fatal, kepada Lukman Thaib sendiri, karena dia terpaksa pulang jalan kaki dengan bersarungkan "kain sarung Jawa"-nya yang sudah kemprang-kemprong itu!

 

Maka sejak peristiwa itu, Lukman Thaib tidak pernah datang lagi ke Meunasah Achèh, Damansara, sama halnya seperti Don Zulfahri, setelah Don Zulfahri itu, saya menamakan dia sebagai "Don Lempap", kecuali mereka berdua, hanya mendatangi sebuah warung kecil, yang letaknya lebih kurang 700 meter dari Meunasah Achèh, Damansara.

 

"Kemudian Lukman Thaib datang lagi seperti Pelangi dan pergi-menghilang seperti Beuneung Radja Timoh".

 

Dia coba menghubungi salah seorang rakan saya yang tinggal di  Klang, Malaysia, ketika dia baru saja mengetahui bahwa, Wali Negara, Negara Achèh Sumatra: Dr Tengku Hasan Muhammad di Tiro sudah mulai menghadiri acara pertemuan PBB di Geneva,  dua tahun berturut-turut dan  akhirnya mendapat sokongan (voting) dari 8 negara di tahun kedua, serta sudah pula berhasil  memasukkan permohonan/tuntutan untuk diadakan segera Referendum di Achèh.

 

Itulah modalnya dia datang seperti pelangi, melangkah kembali mendekati orang-orang Achèh, walaupun tidak pernah menginjak kakinya kembali ke Meunasah Achèh, Damansara, namun dia sempat juga dua kali digandingkan dengan saya menyampaikan sedikit ucapan.

 

Dalam pendekatan ini sayapun tidak pernah mau menimbulkan apa-apa masalah dengan Lukman Thaib, yang selalu dengan "kain sarung Jawa"-nya, apalagi saya kira kedatangannya kali ini, mungkin untuk berbaik-baik kembali dengan perjuangan dan lagipun sebahagian rakan-rakan saya juga tidak pernah mengetahui hal tingkah-lakunya, yang berobah-robah seperti berobah-robah corak rupa-warna bunglon!

 

Kecuali hanya ada:

 

(1) Saya  memintakan As-syahid Ishak Daud, selaku Ketua Biro Penerangan ketika itu, ketika sebuah buku yang ditulis oleh Lukman Thaib dengan nama penanya: Dr Tengku Tjhik di Palôh sedang beredar, agar menyitanya dan juga menghubungi Tengku Halim Yassin, selaku Ketua Masyarakat Achèh Wilayah Pasèe, di Kuala Lumpur, Malaysia, agar mengambil tindakan serupa terhadap Lukman Thaib, selaku anak asal Pasèe, tentang buku Dr Tengku Tjhik di Palôh, yang sedang beredar itu.

 

(2) Menegurnya karena telah menulis tentang GAM, sebagai gerakan seperatis.  Saya katakan kepada Lukman Thaib bahwa, GAM bukan gerakan seperatis ataupun gerakan pemberontak, tetapi sebuah gerakan perjuangan kemerdekaan menentang Penjajah Indonesia Jawa, ketika sambilan berdiri didepan halaman rumah As-syahid Sjekh Yassin di Belakong,  Cheras, Kuala Lumpur................................................

 

Yang pertama sekali saya digandingkan dengannya, ketika ada sebuah acara di rumah kediaman Tengku Sulaiman Matang dan yang kedua didepan Masyarakat Achèh Selatan, di Padang Golf Saujana, yang dikoordinir langsung oleh Drs Tengku Lahmuddin Pang Teh, yang baru-baru ini telah terbaca nama beliau,  diletakkan dalam list nama yang ke 23  sebagai anggota: Komite Persiapan Achèh Merdeka Demokratik atau MB GAM gaya baru.

 

Drs Tengku Lahmuddin Pang Teh, terlantik sebagai sektaris Biro Penerangan Achèh Merdeka, di Malaysia, yang ketika itu saya sebagai ketuanya.

 

Tengku Lahmuddin Pang Teh,

 

Peue ka neupeugot njan?  Keupeue neudjak peulawok-lawok droë neuh ngôn aneuk mit-aneuk mit tjirét njan, njang bandum njan, mantong meu-ieë idöng?  Ulôn, that-that ulôn teupeuë dan ulôn peunjum peue-peue njang ka neupeugot lé Pemimpin uroê njoë.  Hana salah dengôn sumpah Éndatu atawa dengôn  sedjarah, taktis dan strategis ateuh perdjuangan politik geutanjoë uroë njoë, asal geutanjoë bandum bèk laloë, bèk meurôn-rôn ngon peureuté pengkhianat-pengkhianat dan aneuk-aneuk mit bangai atawa aneuk-aneuk seuridéng, ék kilangnyan!

 

Ulôn tanjong bak droë neuh, so njang ka tjarong that meupoliték bak peugah njan salah bak Éndatu atawa bak sedjarah, bak taktis dan bak strategis perdjuangan politik bangsa Achèh uroë njoë?  Njoë kôn perdjuangan sosial lagèe njang djikhen lé Eddy L Suhery, aneuk mit njang mantong  tjemong ngon ieë idöng,  bak djih meupoliték, dan peureutée-peureutée èk kilang laén njan.  Peue lom didjak peuteumon deungôn MP GAM dan MB GAM.

 

Meunan tjit, Ghazali  Abdul Hamid, Kubang Abèe, peu ka gadoh ingat dan peu gadoh sakét. Bak so neu deungoë dan bak so neumeureunoë njang 'khen bahwasanja, peu njang ka neupeugot lé Pemimpin njan ka hana beutoi?

 

Neu tji, peu tjèp-tjèp narit ulôn njan bahwasanja, awak MB GAM (Komite Persiapan Achèh Merdeka Demokratik),  uroë njoë, hana meubida deungôn narit njang dji ba lé Trio: dr Hussaini Hassan, Teuku Ali Didôh dan Saiman Abdullah, bak thòn 1988 'lheh awaknjan ka neupeteubit lé Tengku Hasan di Tiro, dari djeuma'ah Wali Negara di Stockholm bak thôn 1985?

 

Dan narit-narit awaknjan saban tjit, watèe lôn ban-ban teuka di Malaysia, sigoh lom dr Hussaini Hassan, Ketua MP GAM  teuka keunan.

 

Maka djih ulôn harap bak droë bandua: Tengku Lahmuddin Pang Teh dan Ghazali Abdul Hamid, Kubang Abèe,  neutinggai ladju ata sisatnjan: Komite Persiapan Achèh Merdeka Demokratik (MB GAM gaya baroë) njang hana meupeuë sapuë dan hana meufalsafah pih njan..................................!

 

Setelah kami digandingkan untuk kedua kalinya itu, sayapun tidak pernah lagi bertemu muka dengan Lukman Tahib, sehingga saya baru diberitahukan kembali oleh seorang teman, seminggu setelah ketibaan saya di Norwegia bahwa,  Lukman Thaib baru saja di wawancarai oleh sebuah majalah: Majalah Forum  dari Jakarta.

 

Karena suara dari wawancara itu agak sinis dan ironis kepada bangsa Achèh dan perjuangan, maka sayapun terpaksa memberikan respon pula, yang kebetulan bertepatan dengan waktu kehadiran Lukman Thaib ke pertemuan IFA, di Washington, USA.. Insya Allah akan saya terbitkan tulisan saya itu, yang pernah saya alamatkan kealamat As-syahid Djakfar Siddiq Hamzah (yang aslinya dalam bahasa Achèh, akan disusuli pula dalam bahasa Melayu).

 

Lukman Thaib,

 

Setelah kamu "bertiga" yang tidak bermarwah itu, gagal total,  coba menjual Achèh dengan jalan mudah dan dengan harga murah lewat Afrika Utara ke Jakarta, tiba-tiba kamu muncul dan datang lagi:  Datang lagi seperti Pelangi (dan kemudian pergi-menghilang seperti Beuneung Radja Timoh), sebaik saja kamu mengetahui bahwa, Negara Achèh Sumatra/ASNLF/GAM sedang mengaduk manisan dan belum lagi mencuci belanga manisannya (Beulangong goh lom djirah)

 

Kau coba ciplak atau plagiariskan RUU-PA, lantas kamu katakan ciplakan itu sebagai usaha kamu sedang mengambil "bahagian" tugas, selaku bangsa Achèh dengan tanggung jawabnya untuk mencuci "beulangong (manisan) njang goh lom djirah"?

 

Tetapi setelah didabrak oleh Tengku Ahmad Hakim Sudirman baru diketahui, siapa sebenarnya kamu lagi: Lukman Hakim yang "bersarung Jawa" itu, dengan kedok bunglonmu bahwa, kamu juga sedang ikut menyusup dan sedang membuat penipuan besar-besaran terhadap bangsa Achèh, yang mirip seperti yang sedang dilakukan oleh Universitas Syiahkuala, IAIN Ar-Raniry dan Universitas Malikussaleh, meng-draftkan RUU-PA mengikut model, gaya dan semangat NKRI, Negara Kolonialis Republik Indonesia Jawa! Tidakkah kalian semua tahu bahwa, Pancasila dan UUD '45 itu diciptakan oleh Soekarno si Penipu licik dengan bantuan para kolaborator-kolaborator Jepang-nya, tetapi mengapakah kalian pakai pula sebagai rujukan atau landasan uraian-uraian kalian keatas draft RUU-Pemerintahan Achèh?

 

Lukman Thaib,

 

Ketika NKRI, Negara Kolonialis Republik Indonesia Jawa, diissuekan dengan lemparan taktik: Menolak calon independen untuk Pilkada  dengan memunculkan lagi dirimu,  dengan berkainkan "sarung Jawa" dan kemudian menyepandukkan "kain sarung Jawa"-mu itu, sebagai kain rentangan spandukmu pula!

 

Mengapakah tidak kamu yang datang mengutarakan pendapat kamu sendiri, menanggapi masalah keplintat-plitutan Penjajah Indonesia Jawa itu atas bangsa Achèh dan terhadap usaha-usaha taktik atau penipuan licik, terhadap MoU Heklsinki, Findlandia?  Apakah kamu sememangnya seorang yang tidak gentlement, yang takut didabrak kembali oleh Tengku Ahmad Hakim Sudirman? Bukankan Tengku Ahmad Hakim Sudirman juga masih menggunakan "kaedah umum" untuk mengutarakan pandangan beliau itu?

 

Tetapi kalau dengan kaedah "kain sarung Jawa" yang kamu coba pakai untuk mengutarakan pandangan kamu itu maka saya anjurkan:

 

Lukman Tahib, kamu selaku "Ketua GAM Geutanjoë",

Jual saja Doktor-mu itu dengan harga runcit, laku seringgit lumayan, kalau tidak lemparkan saja kepasar malam, biar jadi pajangan diatas jalan! Tahukah kamu, di Sumatra kedai runcit itu, dikatakan kedai sampah?

 

Kemudian, bisalah kamu membelikan kain panjang Jawa, sehelai, sebagai alat baru kamu menganalisa dan mengomentari pada sebarang waktu, masalah Pilkada, yang sedang dihadapi bangsa Achèh hari ini, lagi kemudiannya?!

 

Lukman Thaib,

 

Orang Jawa sendiri tidak pernah memakai kain sarung pada adatnya, pada lumrah-kebiasaanya, tetapi memakai kain panjang yang dililitkan diatas pinggang, lantas diblankoni, selepas itu, baru dirondokkan kris diatas belakang punggungnya, walaupun tidak perlu berbaju.

 

Lukman Thaib,

 

Yang pakai kain sarung kan Madura, Kalimantan-Samarinda, Bugis-Makassar ataupun Palembang?

 

Selain itu perlu juga saya ingatkan,  apakah kamu tidak mau menoleh kembali ketulisan dan kekomentarannya Tengku Ahmad Hakim Sudirman terhadap proposal RUU-PA, yang Sira dkk draftkan, yang kamu sentilin itu bahwa, disana beliau telah membantah dengan tegas dan gamblang bahwa: proposal RUU-PA, yang Sira dkk draftkan, bukan proposal RUU-PA GAM, karena sebagaimana diketahui, GAM berada pada posisi yang cukup jelas, bukan sebagai pembuat proposal RUU-PA. RUU-PA akan dibuat oleh Pemerintah Penjajah Indonesia Jawa!

 

Lukman Thaib, sebagai sang "Ketua GAM Geutanjoë",

 

dan juga selaku anggota MP GAM (gaya baru): "Koalisi Suara Masyarakat Achèh Internasional Untuk Demokrasi", telah mendorong kuat MP GAM dan MB GAM dan telah pula mengaklrasikan pembentukan: Komite Persiapan Achèh Merdeka Demokratik, sepeti diwartakan baru-baru ini, sebaik saja membaca kata-kata sandimu: "Beulangong Gohlom Djirah" (Belanga Belum Dicuci-red), sebagai belanganya bekas mengaduk manisan, oleh bangsa Achèh, sebagai "Belanga Manisan":

 

Maka pada 15 January, 2006, menjelang kemata hari hampir terbenam, dikemerahan langit senja yang kelam itulah lagu: "Indonesia Raya, mulai dikumandangkan oleh Ibnu Sakdan Abubakaran dengan alunan syahdunya itu.

 

Setelah itu disusuli pula oleh sang Protokol Panitia Pembentukan KPAMD di Kampung Fitya, Norsborg, Swedia sendiri: Yusuf Daud @ Krungkông Pasië 'Lhok, memulakan bacaan puisi bebasnya berjudul: "Aku serdadumu, we die for Indonesia"!

 

Komite Persiapan Achèh Merdeka Demokratik inipun tidak terlepas dari dikuntat-kuntitin oleh Tengku Ahmad Hakim Sudirman, yang telah membaca yang tersurat dan tersirat itu, dengan cepatnya, secepat jari-jemari Margaret Tatcher membaca naskah buku.

 

Itulah Doktor Lukman Thaib @ Dr Lukmanul Hakim @ Dr Tengku Tjhik di Palôh, sang plagiator, sang penjiplak yang berkain "sarung Jawa", seperti si sang benalu yang mau senang hidup di pohon randu, yang berlakon sebagai sang si bunglon dirimbunan dedaun hijau, sebagai si Quisling, si Pengkhianat kepada bangsanya: "Yang datang seperti Pelangi dan pergi-menghilang seperti Beuneueng Radja Timoh", sebaik saja dia mendapat suaka politik di Malaysia, yang pernah sempat menggunakan "kereta api" yang baru-baru ini, juga diguna-pakai kembali oleh Eddy L. Suherry dan Ibnu Sakdan Abubakar Cs, setibanya di USA, sebelum mereka melompat ke "kereta express"!

 

Lukman Thaib bilangkan kepada Asnawi Ali, si Garam Briket Madura itu, bahwa,

 

(1) Di dunia dan begitu juga di Achèh tidak pernah wujud istilah: Damai positip (Positvive Peace) atau damai negatip (Negative Peace), tetapi yang ada Real Peace atau Concrete(d) Peace dan Uncertainty Peace.

 

(2a)Musuh bangsa Achèh bukan nasionalis Jawa, buat apa memusuhi nasionalis Jawa?  Yang menjadi musuh bangsa Achèh dan bangsa Jawa sendiri adalah Jawa Chauvinis, Jawa Sentris, Jawa Unitaris dan Jawa Kolonialis!

 

(2b) Dan juga bukan pemerintah Indonesia tetapi Pemerintah Penjajah Indonesia Jawa.

Selanjutnya akan saya kupas press releasnya Asnawi Ali ini, yang menggelikan itu, insya Allah!

 

(3) "Bukan Achèh di Persimpangan" tetapi "Penjajah Indonesia Jawa sedang berada dipersimpangan", sehingga terlahirlah: "Kumpulan Kambing-Kambing Congek Penjajah Indonesia Jawa", yang diketuai oleh Gusdur Abdurrahman Wahid.  Tulisan si Eddy L. Suhery, Insya Allah akan saya kupaskan juga sebagai yang melucukan dari si penumpang "kereta express" MP GAM atau MB GAM!

 

Lukman Thaib bagusnya kamu melantik saja dirimu pula sebagai: Ketua Kambing-Kambing Congek MP GAM dan MP GAM!

 

Lampiran-lampiran:

 

I - (Lukman Thaib, cottring@yahoo.com , Wed, 1 Feb 2006 10:22:00 +0000 (GMT)) menulis:

 

(1) Perjanjian Helsinki nampaknya "tidak ada peruntukan calon bebas" dalam pilkada April 2006, cuma rakyat Aceh dibenarkan memilih calonnya sahaja, mungkin dengan menggunakan " kain sarong partai yang wujud di Indonesia".

(2) Soalnya sekarang apa dasar GAM menuntut diberikan "tiket calon bebas" kalau dlm MoU sendiri tidak ditulis.

(3) Sekarang apa jalan keluar bagi GAM sama ada bertanding dalam pilkada April 2006 dengan menggunakan " Ijkrong Partai yang ada"?

(Lukman Thaib, cottring@yahoo.com , Wed, 1 Feb 2006 10:22:00 +0000 (GMT))

 

lukman thaib <cottring@yahoo.com> skrev:

 

Tgk Yusuf,

Memang awak "MZ nyan ka payah tamong lam ijakrong Jawa". Adak pih meunan neuci baca siat komen uloen ateuh draft UU-PA yang djituleih oleh GAM". Buet ka leupah pakiban tapeugot teuma. Wassalam. Geutanyo haram "Gam han meuteume lumpo yang sa ngon Sipai adak pih eh saboh bantai".

 

Dr. Lukmanul Hakim.

 

Koordinator WAFO,

 

Sekarang ini "Beulangong Gohlom Djirah" maka masa yang sesuai semua orang Aceh berjaga=jaga terhadap Rang Undang-Undang Baru. Kita pertanggung jawabkan kepada

DPR Aceh, GAM, dan kumpulan-kumpulan lain yang boleh menyumbang supaya memberikan alternati, bukan komplain saja. Undang-Undang itu akan mengikat semua orang Aceh, soal isu GAM tidak akan timbul lagi selepas 31/3/06, sebab pemerintahan baru akan wujud dan Rang Undang-Undang itu akan menjadi "Perlelmbagaan Aceh". Jika GAM memerintah dalam Pemilu 2009 nanti GAM itu akan berpandukan kepada Rang Undang-Undang yang sedang digubal sekarang. Oleh itu semua harus bangun dan kirim saran kepada PEMDA ACeh, bukan komplain saja tidak cukup.

 

Wassalam.

Lukman Thaib.

 

II-Yusuf Daud <norsborg_sweden@yahoo.se> wrote:

 

Mungkén issue GAM Malek akan habéh lheuëh tgl 31/03/06, tapi "GAM geutanjoë" kon mantong panjang ukeuë Teungku Luikman! Kiban dilèë?

 

"Aku serdadu mu, we die for you Indonesia"!

 

(Bersambung "PLUS I + LUKMAN THAIB DAN KAIN SARUNG JAWANYA")

 

Wassalam.

 

Omar Puteh

 

om_puteh@yahoo.com

Norway

----------