Stockholm, 1 Maret 2006

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.

 

 

NKRI KELUAR DARI PBB DALAM RANGKA MENGGANYANG MALAYSIA & KARENA TERPILIHNYA MALAYSIA MENJADI ANGGOTA DK PBB.

Ahmad Sudirman

Stockholm - SWEDIA.

 

 

KETIKA SOEKARNO BERUSAHA MENCAPLOK SABAH DAN SERAWAK LAHIRLAH DWIKORA DAN PENGGANNYANGAN MALAYSIA SERTA KELUARNYA NKRI DARI PBB.

 

"Assalamualaikum. Saya ingin menanyakaan bebarapa hal: 1.Apakah benar RI pernah keluar dari keanggotan PBB bagaimana proses ini  terjadi..mohon ulasannya. 2. Dan darimanakah perkataaan "indonesia" itu muncul. 3. Bagaimana Aceh memperolehi julukan "Serambi Mekkah". 4. Jika anda percaya bahwa ilmu tentang ruh itu cuma sedikit dan ilmu yang sedikit itu seperti apa?. 5. Apakah kaitan ruh dengan kejiwaan dan adakah sihir mempengaruhi jiwa dan bagaimana proses ini terjadi. 6. Soekarno dikenal dengan magic nya dan apakah itu benar atau hanya sekedar isu. 7. Bagaimana cara Soeharto merebut kekuasan Soekarno yang sebenarnya dan apakah Soeharto seorang ahli politik dan apakaah benar Soeharto itu anak haram seperti pada sebuah selebaraan yang saya baca di tahon 1997" (Faizan Yusuf, raja_banta@yahoo.com.my ,  Wed, 1 Mar 2006 13:23:31 +0800 (CST))

 

Saudara Faizan Yusuf di Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.

 

Tentang keluarnya NKRI dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 memang benar adanya. Ada dua alasan yang menyebabkan pihak Soekarno dengan NKRI-nya mengisolasi dari dunia internasional yaitu, pertama, Soekarno berkonfrontasi dengan Malaysia dalam masalah Sabah dan Serawak. Kedua, karena Malaysia terpilih menjadi anggota Dewan Keamanan PBB.

 

Usaha pencaplokan Sabah dan Serawak yang gagal.

 

Sekarang alasan Konfrontasi antara Soekarno dengan Malaysia adalah ketika Soekarno pada tanggal 15 Agustus 1950 melebur RIS menjadi NKRI. Kemudian Soekarno yang juga menjadi Presiden NKRI, menghitung berapa banyak Negara-Negara dan Daerah-Daerah bekas Negara Bagian RIS serta Negeri-Negeri di luar RIS yang telah dicaploknya. Rupanya setelah dihitung-hitung, berapa Negara, Daerah dan Negeri yang sudah masuk kedalam perut negara NKRI jelmaan RIS ini, tahu-tahu ditemukan bahwa Pulau Kalimantan masih kurang lengkap.

 

Bagaimana bisa itu terjadi ?. Ternyata Soekarno putar otak, akhirnya ditemukan orang yang bernama A.M. Azhari, seorang penduduk Brunai yang telah memproklamasikan berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang meliputi Serawak dan Sabah. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234).

 

Proklamasi Negara Kesatuan Kalimantan Utara ini terjadi ketika dalam tahun 1961 lahir rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia, yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunai, dan Sabah yang didengungkan oleh Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu.

 

Nah, ketika Soekarno mencium dan mendengar bahwa Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu ingin membentuk Negara Federasi Malaysia, yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunai, dan Sabah, maka cepat-cepat Soekarno menyatakan sikap mendukung A.M. Azhari proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang daerah de-factonya Serawan dan Sabah, dan menentang keras akan dibentuknya Negara Federasi Malaysia oleh Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu.

 

Disini, ternyata bukan Soekarno saja yang menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia, melainkan juga dari pihak Pemerintah Filipina yang merdeka sejak 4 Juli 1946 dari penjajahan Amerika menentang pembentukan Negara Malaysia dengan alasan daerah Sabah menurut dasar hukum dan sejarah Sabah adalah milik Sultan Sulu yang disewakan kepada Inggris.

 

Tetapi yang paling geram adalah memang dari pihak Soekarno, sehingga pada tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 1963 diadakan pertemuan di Tokyo, Jepang, yang sedikitnya bisa meredakan ketegangan antara Soekarno dengan Teungku Abdul Rachman.

 

Nah, karena pihak Pemerintah Filipina juga mengklaim Sabah, maka makin ributlah mengenai rencana akan dibentuknya Negara Federasi Malaysia oleh Teungku Abdul Rachman ini. Sehingga pada tanggal 7 Juni sampai tanggal 11 Juni 1963 para menteri luar Negeri dari NKRI dan dari Filipina juga wakil dari pihak Teungku Abdul Rachman bertemu di Manila, Filipina untuk membicarakan masalah- masalah yang ditimbulkan dengan adanya rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia. Masalah bagi Filipina karena Sabah , sedangkan bagi pihak Soekarno karena masalah Serawak dan Sabah adalah merupakan daerah bagian klaiman NKRI. Dan dalam pertemuan tersebut telah disepakati untuk diadakan Konferensi Tingkat Tinggi.

 

Rupanya Teungku Abdul Rachman, yang memang lebih cerdik dibanding dengan Soekarno, sebelum diadakan KTT sebagaimana hasil pertemuan Manila, pada tanggal 9 Juli 1963, sebulan lebih setelah menyetujui akan adanya KTT, ternyata Teungku Abdul Rachman cepat-cepat pergi ke London untuk menandatangani dokumen persetujuan dengan Pemerintah Inggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1963. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234-236)

 

Nah, sebelum 31 Agustus 1963 tiba dan walaupun Teungku Abdul Rachman telah menandatangani dokumen persetujuan dengan Pemerintah Inggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia, itu KTT antara NKRI, Filipna dan Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu sesuai dengan hasil pertemuan Manila, tetap dilangsungkan KTT antara bulan Juli-Agustus 1963 di Manila. Dimana dalam Konferensi Tingkat Tinggi ini menghasilkan tiga dokumen yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunike Bersama. Mengenai pembentukan Federasi Malaysia , ketiga Negara mufakat untuk meminta Sektretaris Jenderal PBB U Thant menyelidiki keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia. Pihak NKRI dan Filipina akan menyambut baik pembentukan Negara Malaysia apabila dikehendaki oleh rakyat-rakyat bersangkutan.

 

Untuk pelaksanaan penyelidikan rakyat di daerah Serawak dan Sabah pihak Sekjen PBB U Thant membentuk tim yang dipimpin leh Michelmore seorang diplomat dari Amerika. Dimana tim ini mulai bekerja pada bulan Agustus 1963.

 

Rupanya, pihak Teungku Abdul Rachman ini, yang lebih cerdik daripada Soekarno, sebelum tim PBB mengumumkan hasil penyelidikannya, itu Negara Federasi Malaysia dinyatakan berdiri pada tanggal 16 September 1963 dengan Naskah Penggabungan Empat Negara bagian, yang ditandatangani oleh Wakil-Wakil dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, dan Sabah, sedangkan Brunai tidak jadi bergabung.

 

Nah, dari pihak Soekarno yang sebelumnya merasa paling pandai menipu dalam RIS, ternyata ketika menghadapi kelihaian tipu muslihat Teungku Abdul Rachman dari Negara Persekutuan Tanah Melayu, dibuat Soekarno tidak berkutik.

 

Akhirnya jalan keluar yang dipakai dan dilaksanakan Soekarno adalah dengan cara memutuskan hubungan diplomatik dengan Kualalumpur.

 

Nah sekarang, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi bila sudah diputuskan hubungan diplomatik antara Jakarta dengan Kualalumpur ?.

 

Jelas, itu Soekarno membuat propaganda dihadapan rakyat NKRI. Dan akibatnya pada tanggal 18 September 1963 lahirlah demonstrasi anti Malaysia , dengan spanduk-spanduk yang berbunyi "ganyang Malaysia", "gantung Teungku Abdul Rachman", "gantung Teungku Abdul Rachman antek Nekolim (Neokolonialisme/Imperialisme)". Gedung Kedutaan Besar Inggris di Jakarta pun jadi sasaran para demonstran, hancur berantakan, yang tersisa hanya puing-puing nya saja.

 

Memang Soekarno yang licik itu, ternyata kena tipu juga oleh Abdul Rachman dari Negara Persekutuan Tanah Melayu, soal Serawak dan Sabah. Karena Serawak dan Sabah sudah masuk menjadi Negara Bagian Federasi Malaysia, maka itu proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara A.M. Azhari, suaranya tidak kedengaran lagi. Daripada jatuh ketangan Soekarno lebih baik tetap menjadi Negara bagian Federasi Malaysia.

 

Dan memang betul dan tepat keputusan proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara A.M. Azhari, coba pikirkan kalau pada saat itu tetap ngotot menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia dan mau bergabung dengan Soekarno dengan NKRI hasil leburan RIS, wah, habislah.

 

Nah selanjutnya apa yang terjadi, ternyata timbul usaha penggannyangan Malaysia yang direalisasikan dengan nama Dwikora atau Dwi Komando Rakyat.

 

Dimana Komando itu berisikan: "Perhebat ketahanan revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk menggagalkan Negara Boneka Malaysia". (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.247)

 

Nah kan, disini kelihatan bagaimana itu Soekarno penipu ulung dalam RIS ini, ketika akan mencaplok Negara-Negara dan Daerah-Daerah bagian Negara RIS disebutlah itu Negara-Negara Boneka Belanda. Begitu juga ketika akan menelan dan mencaplok Serawak dan Sabah di Kalimantan Utara disebutlah Negara Boneka Malaysia.

 

Disini memang kelihatan bahwa Soekarno bukan mendukung proklamator Negara Kesatuan Kalimantan Utara A.M. Azhari, melainkan memang mau mencaplok Sabah dan Serawak, Mengapa ?

 

Karena, coba pikirkan sedikit lebih dalam, kalau memang Soekarno hanya mendukung A.M. Azhari, proklamator berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang meliputi Serawak dan Sabah. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.234), tidaklah Soekarno begitu geram dan begitu bernafsu sampai harus berunding segala dengan pihak Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu pada tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 1963 di Tokyo, Jepang. Juga diteruskan pada tanggal 7 Juni sampai tanggal 11 juni 1963 oleh para Menteri Luar Negeri dari NKRI dan dari Fipilina juga wakil dari pihak Teungku Abdul Rachman untuk bertemu di Manila, Filipina guna membicarakan masalah- masalah yang ditimbulkan dengan adanya rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia.

 

Jadi kelihatan, itu Soekarno bukan hanya mendukung Negara Kesatuan Kalimantan Utara, melainkan telah mengklaimnya, dimana taktik dan strategi Soekarno ini telah diketahui benar oleh pihak Teungku Abdul Rachman dari Persekutuan Tanah Melayu. (Catatan: gelar Teungku di Tanah Melayu adalah gelar keturunan Raja atau bangsawan, jadi bukan seperti Teungku di Negeri Aceh. Panggilan Teungku di Negeri Aceh adalah panggilan penghormatan yang tinggi, sama seperti Ustad, Ulama, Kiai. Sedangkan gelar Teuku di Negeri Aceh itu adalah gelar keturunan Raja atau bangsawan)

 

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Soekarno melakukan operasi Dwikora dasarnya adalah "untuk menggagalkan Negara Boneka Malaysia dengan cara perhebat ketahanan revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai"

 

Nah sekarang kelihatan makin jelas, itu istilah negara boneka ini memang permainan khas Soekarno untuk menipu rakyat NKRI.

 

Kemudian, Soekarno untuk merealisasikan komando Dwikora ini, pada tanggal 16 Mei 1964 dibentuk Komando Gabungan untuk wilayah Indonesia bagian barat yang diberi nama Komando Siaga. Sebagai Panglima Komando Siaga ditunjuk Men/Pangau Laksamana Madya Udara Omar Dhani, sebagai Wakil Panglima I Laksanaman Muda Laut Muljadi, dan Wakil Panglima II Brigadir Jenderal Achmad Wiranatakusumah. Dengan meningkatnya operasi-operasi militer, Komando Siaga kemudian disempurnakan menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga membawahi dua Komando Mandala, yaitu Komando Mandala I dan Komando Mandala II. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.247).

 

Disamping Soekarno menjalankan Komando militernya, juga dilakukan perundingan-perundingan. Pada bulan Juni 1964 diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ketiga negara bersengketa, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina di Tokyo, Jepang, tetapi tidak menghasilkan suatu penyelesaian.

 

Soekarno mengomandokan Gerakan Sukarelawan pada Konferensi Presidium Kabinet dengan Catur Tunggal seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 11 sampai tanggal 16 Maret 1964.

 

Pada tanggal 28 April 1964 diadakan sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI) di Istana Merdeka. Dimana KOTI dibentuk pada tanggal 19 Juli 1963. Dengan tugas pokok: Operasi pengamanan terhadap pelaksanaan program Pemerintah pada umumnya, khususnya dibidang konfrontasi terhadap unsur-unsur kolonialisme/imperialisme dalam segala manifestasinya serta pengamanan terhadap pelaksanaan program ekonomi. KOTI dipimpin oleh Presiden/Pangti ABRI dengan seorang Kepala Staf yang membawahi Staf Gabungan (G) yang terdiri dari: G-I (Intelijen), G-II (Operasi), G-III (Pengerahan Tenaga), G-IV (Logistik), G-V (Politik, Ekonomi dan Sosial).

 

Pada tanggal 3 Mei 1964 Soekarno mengeluarkan Komando Pengganyangan Malaysia pada Apel Besar Sukarelawan yang diselenggarakan di depan Istana Merdeka. Guna pengerahan/penggunaan sukarelawan/sukarelawati untuk tugas-tugas di bidang militer dubentuk "Brigade Sukarelawan Bantuan Tempur Dwikora" dibawah pimpinan Kolonel Sabirin Mochtar. Sasaran gerakan Sukarelawan ini adalah sepanjang garis perbatasan Kalimantan Utara dan di Semennanjung Malaya/Riau. Operasi-operasi perembesan dilakukan ke daerah lawan sampai ke Singapura dan daratan Semenanjung Malaya. Pada tanggal 30 Mei 1964 diberangkatkan satu batalyon Sukarelawan Dwikora ke daerah perbatasan. . (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.248-249).

 

Pada tanggal 27 Agustus 1964 dibentuk Kabinet Dwikora menggantikan Kabinet Kerja IV. Pada bulan September 1965 Kabinet Dwikora diperbesar dan ditambah anggota menterinya menjadi 99 orang menteri, yang terbagi dalam 14 kompartemen, 47 departemen, dan 11 jabatan. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.252).

 

Pada tanggal 7 Januari 1965 Soekarno mengomandokan NKRI keluar dari PBB dengan alasan Malaysia terpilih menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Kemudian Soekarno bersahabat dengan Peking, yang melahirkan poros Peking-Jakarta dalam memperjuangkan The New Emerging Forces (Nefo) melawan The Old Established Forces (Oldefo) dan Neokolonialisme/Imperialisme (Nekolim). (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.19).

 

Sekarang, coba perhatikan oleh seluruh rakyat di NKRI dan di Negeri Aceh.

 

Bagaimana itu Soekarno yang dengan sekuat tenaga mengerahkan seluruh pasukan ABRI ditambah Sukarelawan/Sukarelawati ditunjang oleh Kabinet yang begitu besar anggota menterinya untuk mencaplok daerah Sabah dan Serawak, yang dinamakan Negara Boneka Malaysia. Ditambah pula keluar dari PBB untuk membentuk poros Peking-Jakarta dengan gaya Nefo-nya.

 

Tetapi, apa yang terjadi, taktik dan strategi pencaplokan Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang terdiri dari daerah Serawak dan Sabah, ternyata gagal. Apalagi setelah Kabinet Dwikora yang telah kedodoran itu disempurnakan pada tanggal 24 Februari 1966 oleh Soekarno menjadi lebih kedodoran lagi dengan nama Kabinet Seratus Menteri (99 menteri + 1 menteri).

 

Disamping timbulnya Gerakan 30 September 1965, sehingga memperlemah kedudukan dan kekuatan Soekarno. Apalagi setelah Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966, maka berakhirlah kekuasaan Soekarno, dan berakhirlah taktik dan strategi Soekarno untuk mencaplok daerah Serawak dan Sabah.

 

Pada tanggal 11 Agustus 1966 ditandatangani persetujuan untuk menormalisasi hubungan antara Malaysia dan Republik Indonesia di Ruang Pancasila, gedung Departemen Luar Negeri di Jalan Penjambon.

 

Dimana Persetujuan normalisasi hubungan tersebut merupakan hasil perundingan di bangkok pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1966 antara Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Tun Abdul Razak dan Menteri Utama/Menteri Luar Negeri Adam Malik yang telah menghasilkan persetujuan yang dikenal dengan nama "Persetujuan Bangkok", yang mengandung tiga hal pokok:

 

1. Kepada rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Malaysia.

2. Kedua Pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatik.

3. Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan.

(30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.111).

 

Nah dengan telah ditandatanganinya Persetujuan Bangkok ini, maka berakhirlah taktik dan strategi Soekarno untuk menelan dan mencaplok daerah Serawak dan daerah Sabah. Dimana kedua daerah tersebut menjadi Negara bagian Negara Federasi Malaysia.

 

Ketika  Menteri Utama/Menteri Luar Negeri Adam Malik tampil digelanggang politik, maka pada tanggal 28 September 1966 kembali secara Resmi Adam Malik masuk ke PBB untuk mengikuti Sidang Umum PBB. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.120).

 

Asal-usul perkataan indonesia yang tidak tentu juntrungnya, mengapa ?

 

Sebenarya kalau digali lebih kedalam tentang perkataan atau istilah Indonesia, maka akhirnya ditemukan bahwa perkataan atau istilah indonesia ini memang tidak jelas alias tidak tentu juntrungnya, mengapa ?

 

Karena kalau membaca kembali ke alam abad 18, maka ditemukan bahwa di wilayah Malaka, Jawa, Maluku, Acheh, telah ada bangsa-bangsa yang berkuasa diwilayah itu. Bangsa Melayu, bangsa Acheh, bangsa Sunda, bangsa Jawa, dimana mereka memiliki ciri-ciri adat, kebiasaan, budaya yang tinggi sebagai bangsa.

 

Begitu juga mengenai pulau-pulau yang ada di wilayah Asia Tenggara ini sebelum orang Eropa datang ke Asia, sering dinamakan oleh bangsa China atau Tionghoa dengan Nan-hai atau Kepulauan Laut Selatan. Begitu juga orang Arab menamakan pulau-pulau itu dengan panggilan Jaza'ir al-Jawi atau Kepulauan Jawa. Lalu bangsa India menamakan pulau-pulau itu dengan nama Dwipantara atau Kepulauan Tanah Seberang, yang diambil dari kata Sansekerta dwipa yang berarti pulau dan antara berarti luar, atau seberang.

 

Nah, ketika datang bangsa-bangsa Eropa datang ke Asia, muncul pula nama yang diberikan kepada pulau-pulau itu dengan sebutan Hindia. Untuk Asia Tenggara disebut dengan Hindia Belakang. Untuk Asia Selatan disebut dengan Hindia Muka. Untuk pulau-pulau yang dikuasai dan diduduki Belanda dinamakan Kepulauan Hindia atau Hindia Timur.

 

Kemudian orang Eropa ini yang ada di Singapura pada tahun 1847, seperti James Richardson Logan (1819-1869) orang Skotlandia, dan George Samuel Windsor Earl (1813-1865) orang Inggris menerbitkan majalah yang dinamakan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA). Dimana pernah George Samuel Windsor Earl Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74 mengajukan dua pilihan nama yaitu Indunesia atau Malayunesia. Dimana alasan Earl mengajukan nama ini karena sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidak tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Kemudian George Samuel Windsor Earl sendiri memilih kata Malayunesia atau Kepulauan Melayu daripada Indunesia atau Kepulauan Hindia, sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon atau Srilanka dan Maldives atau Maladewa.

 

Nah, dari apa yang telah dikupas diatas, ternyata yang disodorkan oleh George Samuel Windsor Earl adalah bukan istilah atau perkataan indonesia melainkan indunesia. Dan istilah yang disenangi dan dipilih oleh George Samuel Windsor Earl bukan istilah indunesia melainkan istilah atau perkataan malayunesia.

 

Jadi sekarang terbuktilah sudah bahwa perkataan atau istilah indonesia adalah perkataan atau istilah yang tidak tentu juntrungnya atau tidak tentu asal usulnya.

 

Nah, karena istilah atau perkataan indonesia saja sudah tidak tentu juntrungnya, bagaimana mungkin bisa diketahui dengan jelas dan pasti tentang muculnya bangsa Indonesia, ciri-ciri adat, kebiasaan, asal keturunan dan sejarah bangsa Indonesia.

 

Tetapi, tentu saja bagi yang mendukung kelompok unitaris RI, akan dicarikan akal bulus untuk bisa dijadikan sebagai fakta, bukti, sejarah dan hukumnya, maka diketemukanlah apa yang diucapkan oleh para kelompok unitaris dari PNI-Soekarno-sosialisnya yang mensuarakan sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Inilah alasan fakta, bukti, sejarah dan hukum tentang istilah atau perkataan indonesia yang sangat lemah dan keropos.

 

Acheh memperoleh julukan Serambi Mekkah.

 

Sebelum Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H-1341 H atau bersamaan dengan tahun 1385 M-1923 M, ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur, di dunia bagian Asia, telah muncul Kerajaan Islam Samudera-Pasai yang berada di wilayah Aceh yang didirikan oleh Mara Silu yang segera berganti nama setelah masuk Islam dengan nama Malik ul Saleh yang meninggal pada tahun 1297. Dimana penggantinya tidak jelas, namun pada tahun 1345 Samudera-Pasai diperintah oleh Malik ul Zahir, cucu Malik ul Saleh.

 

Ketika kerajaan Islam Samudera-Pasai lemah setelah mendapat pukulan Majapahit dibawah Gajah Mada-nya, maka Kerajaan Islam Malaka yang muncul dibawah Paramisora (Paramesywara) yang berganti nama setelah masuk Islam dengan panggilan Iskandar Syah. Kerajaan Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun 1511 ketika Portugis dibawah pimpinan Albuquerque dengan armadanya menaklukan Malaka.

 

Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, kembali Aceh bangkit dibawah pimpinan Sultan Ali Mukayat Syah (1514-1528). Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573). Sultan Seri Alam (1576). Sultan Muda (1604-1607). Sultan Iskandar Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan yang dilancarkan pihak Portugis dapat ditangkisnya oleh Sultan-sultan Aceh ini.

 

Ketika Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H-1341 H dan setelah Sultan Murad III (4 juli 1546 – 15 Januari 1595) putra tertua Sultan Selim II menduduki kursi Kesultanan dari tahun 1574 sampai 15 Januari 1595, disaat Sultan Murad III  memegang kedudukan Sultan inilah Acheh diberikan gelar sebagai Serambi Mekah.

 

Tentang ruh dan ilmu tentang ruh yang sedikit serta kaitannya dengan kejiwaan dan adakah sihir mempengaruhi jiwa ?

 

Mengenai ruh dan ilmu tentang ruh kalau mendasarkan kepada apa yang telah difirmankan Allah SWT, maka akan terbuka bahwa "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS Al Israa, 17: 85).

 

Yang dimaksud ruh disini adalah nyawa yaitu pemberi hidup kepada organisme fisik yang menyebabkan hidup pada manusia. Ilmu tentang pemberi hidup kepada manusia atau nyawa ini tidak banyak dikuasai atau diketahui oleh manusia. Karena ruh atau nyawa itu sendiri adalah urusan Allah SWT, hanyalah sedikit manusia mengetahuinya. Terbukti sampai detik ini manusia hanya sedikit sekali mengetahui tentang ruh atau nyawa ini.

 

Manusia sangat kesulitan untuk melakukan penelitian atau eksperimen tentang ruh ini, karena tidak mungkin dengan teknologi dan pengetahuan yang ada sekarang untuk mendeteksi atau menemukan atau mengetahui bagaimana sebenarnya bentuk dan komposisi ruh atau nyawa tersebut ketika meninggalkan jasad atau tubuh manusia.

 

Adapun kejiawaan yang lebih dikenal dalam ilmu psikologi itu tidak ada hubungannya dengan ruh atau nyawa. Dalam hal ini kejiwaan yang ada dalam ilmu psikologi dihubungkan dengan tingkah laku yang bisa dilihat dan dianalisa, atau dihubungkan dengan kesadaran, bawah sadar, dorongan atau nafsu, ingatan, sifat, kepribadian, emosi atau perasaan, kognitiv atau sering disebut intelek atau intelijen, minat dan keinginan.

 

Sedangkan sihir itu kalau dilihat dari apa yang ad dalam Al Qur’an, maka akan terbuka bahwa "…Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah…" (QS Al Baqarah, 2: 102) . "Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan." Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka" (QS Thaahaa, 20: 66) "Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang" (QS Thaahaa, 20: 69)

 

Nah, disini memang jelas, bahwa sihir itu bisa dipelajari dan bisa mempengaruhi kepada kejiawaan, seperti kepada emosi atau perasaan, sehingga kalau ditujukan antara suami istri untuk maksud jahat, maka suami istri itu bisa bercerai. Tetapi, sihir itu adalah palsu, artinya tidak benar-benar, sebagaimana digambarkan dengan tali dan tongkat yang dilemparkan tukang sihir terbayang dan terlihat oleh Nabi Musa sebagai barang-barang yang hidup dan bergerak-gerak. Tetapi, itu semuanya hanyalah tipuan belaka. Apabila sihir itu diarahkan kepada manusia, maka sihir itu tidak mempunyai daya kekuatan sihirnya, apabila orang yang dituju oleh tukang sihir itu tetap berpegang kepada Allah SWT, artinya tetap yakin kepada Allah SWT dan memohon pertolongan kepada Allah SWT, niscaya sihirnya itu tidak akan memberi mudharat sedikitpun.

 

Tidak benar Soekarno punya dan bisa main sihir atau magic.

 

Sampai detik sekarang ini Ahmad Sudirman belum pernah membaca bahwa Soekarno bisa main sihir, kalau main sulap dengan akal bulus merubah Negara-Negara Bagian RIS dan dimasukkan kedalam tubuh RI, memang itu keakhlian licik dan akal bulus Soekarno. Tetapi, untuk menghadapi Teungku Abdul Rachman dari Negara Persekutuan Tanah Melayu dalam masalah Sabah dan Serawak, itu tipu daya dan akal bulus serta kepandaian memutar balik fakta model Soekarno tidak berhasil.

 

Adapun tentang  cara Soeharto merebut kekuasan dari Soekarno.

 

Pada tanggal 14 Januari 1965 ketika Ketua Comite Central PKI DN Aidit mengatakan bahwa partainya menuntut kepada Pemerintah agar kaum buruh dan tani dipersenjatai. Yang diformulasikan kedalam bentuk kebulatan tekad yang bunyinya antara lain: "Menyerukan dan mendesak Pemerintah dan alat-alatnya yang berwenang unuk segera melatih dan mempersenjatai sokoguru-sokoguru revolusi, sebagai jaminan utama guna mencegah dan mengalahkan tiap bentuk agresi Inggris dan agresi nekolim pada umumnya" (Sekretariat Negara RI, 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, cetakan ke 7, 1986, hal. 20).

 

DN Aidit mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar 15 juta massa tani dan buruh dipersenjatai. Juga untuk mengusahakan membentuk satuan-satuan yang disebut "Angkatan ke-5" di samping keempat Angkatan Bersenjata. Untuk mempersenjatai Angkatan ke-5 ini PKI merencanakan penggunaan senjata sebanyak 100 000 pucuk yang dijanjikan akan diberikan secara cuma-cuma oleh Perdana Menteri RRC Chou En Lai. (Sekretariat Negara RI, 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, cetakan ke 7, 1986, hal. 20-21).

 

Pada hari Kamis malam, tanggal 30 September 1965 Dewan Revolusi yang diketua oleh Letkol Untung Sutopo, Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa telah menyiapkan untuk melakukan serangan terhadap Dewan Jenderal.

 

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung Sutopo dengan dibantu oleh wakil-wakil ketua Brigjen Supardjo, Letkol (Udara) Heru, Kolonel (Laut) Sunardi dan Ajun Komisaris Besar Polisi Anwas yang didukung oleh Partai Komunis Indonesia dibawah pimpinan Ketua Comite Central DN Aidit, juga didukung oleh Pimpinan Angkatan Udara serta Pasukan-pasukan Batalyon 454/Para Divisi Dipenogoro dan Batalyon 530/Para Divisi Brawijaya melakukan serangan terhadap Dewan Jenderal.

 

Sebagian korban akibat penyerbuan Dewan Jenderal pada tanggal 1 Oktober 1965 ini adalah 6 orang Perwira ABRI yaitu Letjen A Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Harjono MT, Mayjen Suwondo Parman, Brigjen DI Pandjaitan dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo yang disebut oleh Wakil Perdana Menteri I / Menteri Luar Negeri Dr Soebandrio para jenderal tersebut dengan sebutan anggota Dewan Jendral yang punya hubungan kerja sama dengan CIA berdasarkan dokumen "konsep surat Gilchrist (Dubes Inggris di Jakartra)" yang ditemukan ketika diadakan pengobrak-abrikan rumah peristirahatan William Palmer Ketua American Motion Pictures Association of Importers di Puncak oleh anggota Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat tahun 1964.

 

Deklarasi yang berisikan pembentukan Dewan Revolusi di pusat dan di daerah-daerah serta pendemisioneran Kabinet Dwikora yang dikumandangkan oleh Dewan Revolusi yang diketua oleh Letkol Untung melalui RRI yang telah dikuasainya hanya hidup beberapa jam saja.

 

Karena tidak lama kemudian Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto yang sekaligus menjadi pucuk pimpinan sementara Angkatan Darat karena beberapa pimpinan Angkatan Darat telah lumpuh yang diakibatkan oleh dibunuhnya enam Jenderal diatas telah memobilisasi kekuatan dan dalam jangka waktu 2 hari telah mampu mengamankan keadaan. (Sekretariat NRI, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965-1973, 1986. Hal. 41)

 

Guru, sarjana, mahasiswa, pelajar, buruh dan rakyat menjadi objek propaganda Soeharto.

 

Munculnya aksi-aksi pada tanggal 25 Oktober 1965 seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, KAWI (Kesatuan Aksi Wanta Indonesia, KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) merupakan suatu usaha untuk menuntut penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965. (Sekretariat NRI, 30 tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, 1986, hal. 73).

 

Dimana aksi-aksi tersebut telah dimanfaatkan oleh Letjen Soeharto dengan ABRI-nya untuk membentuk front pancasila dengan menyapu bersih semua unsur-unsur yang berbau komunis.

 

Disini Letjen Soeharto telah melakukan manipulasi politik untuk mencapai kekuasaannya dengan cara membangkitkan dan membantu usaha para Guru, Sarjana, Mahasiswa, Pelajar, Buruh, Wanita yang tergabung dalam Kesatuan Aksi untuk menghancur leburkan kekuatan Komunis yang ada di wilayah Negara Pancasila.

 

Tidak sampai disitu saja, komunis telah disamakan dengan suatu yang menjijikkan dan membahayakan kelangsungan hidup dan kestabilan politik dan keamanan NKRI, sehingga propaganda Soeharto ini telah menjadi suatu racun yang tidak mudah dibuang dari setiap pikiran rakyat NKRI.

 

Tampilnya Soeharto sebagai musuh utama orang-orang komunis di NKRI adalah ditambah dengan ketika Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran), Brigjen M Jusuf (Menteri Perindustrian Dasar) dan Brigjen Amirmachmud (Pangdam V/Jaya) dengan izin dan membawa pesan dari Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto untuk langsung menghadap Soekarno di istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.

 

Setelah diadakan diskusi dan pembahasan tentang keadaan situasi politik, ekonomi, sosial dan keamanan, maka Soekarno memutuskan untuk membuat surat perintah kepada Letjen Soeharto.

 

Dimana untuk membuat surat perintah tersebut Soekarno meminta kepada Dr Soebandrio, Dr Chairul Saleh dan Dr Leimena serta ketiga jendral utusan Letjen Soeharto itu untuk merumuskan isi surat perintah tersebut. Petang hari itu juga setelah surat perintah tersebut selesai dirumuskan dan ditandatangani oleh Soekarno, ketiga Jenderal utusan Letjen Soeharto pulang kembali ke Jakarta untuk menyampaikan surat perintah dari Soekarno untuk Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto. Dimana surat perintah tersebut dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret.

 

Kemudian Letjen Soeharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat mendapat Surat Perintah 11 Maret 1966 dari Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandatrais MPRS Soekarno, yang sebagian isi keputusan surat perintah tersebut memerintahkan kepada Letjen Soeharto untuk "Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjadinja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan mellaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi" (Sekretariat NRI, 30 tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, 1986, hal. 91).

 

Bunyi isi senjata Surat Perintah Sebelas Maret 1966 sebagai berikut:

 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PERINTAH

 

I.Menginat

1.1.Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik Nasional maupun Internasional.

1.2.Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966.

 

II.Menimbang

2.1.Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi

2.2.Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja

 

III.Memutuskan/Memerintahkan

Kepada : Letnan Djendral Suharto, Menteri Panglima Angkatan Darat

Untuk : Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi :

 

1.Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjadinja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan mellaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi.

 

2.Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan lain dengan sebaik-baiknja.

 

3.Supaja melaporkan segala sesuatu jang bersangkut-paut dalam tugas dan tanggung-djawab seperti tersebut diatas.

 

IV.Selesai

 

Djakarta, 11 Maret 1966

 

PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/PEMIMPIN BESAR REVOLUSI/MANDATARIS M.P.R.S.

 

SUKARNO

 

Satu hari berikutnya, tanggal 12 Maret 1966, 3 bulan sebelum SU IV MPRS (20 Juni-5 juli 1966) menetapkan Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), Pernyataan Organisasi Terlarang Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia, Letjen Soeharto atas nama Presiden Soekarno menetapkan pembubaran dan pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI) termasuk semua bagian-bagian organisasinya dari tingkat Pusat sampai ke daerah beserta semua organisasi yang seasas/berlindung/bernaung dibawahnya. Keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden/Panglima Tetinggi ABRI/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi No. 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 dan merupakan tindakan pertama Letjen Soeharto sebagai pengemban SP 11 Maret 1966. (Sekretariat NRI, 30 tahun Indonesia Merdeka, 1965-1973, 1986, hal. 93).

 

Jadi kalau ditelusuri secara jujur, sebenarnya bukan MPRS yang membubarkan lebih dahulu PKI dengan ideologi komunisnya diseluruh wilayah Negara Pancasila, melainkan Letjen Soeharto dengan ABRI-nya. Karena itu sebenarnya musuh utama dan yang telah membunuh ratusan ribu orang-orang komunis yang tergabung kedalam PKI dan seluruh Ormas-ormasnya dan puluhan ribu yang dijebloskan ke Pulau Buru dan Nusa Kambangan adalah Letjen Soeharto dengan ABRI-nya dan seluruh kaki tangan Penguasa Orde Baru selama 32 tahun.

 

Apakah Soeharto seorang ahli politik serta apakah benar Soeharto itu anak haram ?

 

Kalau Ahmad Sudirman membaca itu yang dinamakan otobiografi Soeharto yang dipaparkan kepada G.Dwipayana dan Ramadhan K.H. yang diterbitkan oleh Penerbit PT Citra Lamtoro Gung Persada 1988, maka didalamnya ditemukan jalur-jalur pikiran Soeharto yang mengarah kepada ide pemikirannya yang membawa ia kealam enggeh, munafik, dan pembunuhan.

 

Soeharto dilahirkan di desa Kemusuk, dusun terpencil di daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat kota Yogyakarta, pada tanggal 8 Juni 1921. Ayahnya, Kertosudiro, adalah ulu-ulu, petugas desa pengatur air, yang bertani di atas tanah lungguh, tanah jabatan selama ia memikul tugasnya. Ibunya, Sukirah. Tetapi, tidak lama setelah Soeharto dilahirkan, kedua orang tuanya bercerai. Ibunya, Sukirah menikah lagi dengan seseorang yang bemama Atmopawiro. Pemikahannya ini melahirkan tujuh orang anak. Sedangkan ayahnya, Kertosudiro pun menikah lagi dan mendapatkan empat anak lagi.

 

Nah, ketika Soeharto sedang sekolah di Wuryantoro, ditempat bibinya, adik ayahnya satu-satunya, Soeharto disamping belajar, ia mendapat latihan spiritual oleh pamannya, Kertosudiro suami bibinya, dan dipanggil juga sebagai ayah angkatnya. Dimana latihan spiritual itu dalam bentuk puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tidur di tritisan (di bawah ujung atap di luar rumah). Hanya ada satu anjuran yang belum dikerjakannya, yaitu tidur di pawuhan, di tempat bekas bakaran sampah.

 

Kemudian, disamping digembleng dengan wejengan untuk puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tidur di tritisan (di bawah ujung atap di luar rumah), Soeharto juga mendapat latihan spiritual yang dinamakan ajaran tiga "ojo", "ojo kagetan, ojo gumun, ojo dumeh", (jangan kagetan, jangan heran, jangan mentang- mentang). Ditambah dengan ramuan yang berisikan "hormat kalawan Gusti, Guru, Ratu lan wong atuwo karo", hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa, guru, pemerintah, dan kedua orang tua. Disamping Seoharto menerima ajaran tiga "ojo" dari ayah angkatnya, Kertosudiro, Soeharto juga mendapat gemblengan agama dan kepercayaan dari Kiai Darjatmo mubalig terkenal di Wonogiri.

 

Nah latihan spiritual yang dinamakan ajaran tiga "ojo", "ojo kagetan, ojo gumun, ojo dumeh" yang dicampur dengan ramuan "hormat kalawan Gusti, Guru, Ratu lan wong atuwo karo", dan gemblengan agama dan kepercayaan, yang menjadikan Soeharto dikemudian hari menyambar pancasila dan burung garuda dengan bhineka tunggal ika-nya mpu Tantular untuk dijadikan sebagai alat sakti guna dipakai sebagai tali penjerat dan penggebuk lawan-lawan politiknya.

 

Dengan bekal ajaran gado-gado tiga "ojo" inilah Soeharto masuk KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger - Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Diterima masuk ikatan Dinas Pendek, Kortverband, dan mendapat pendidikan dan latihannya diadakan di Gombong. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang, 8 Maret 1942, Soeharto masuk PETA (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) yang baru dibuka. Soeharto menyembunyikan identitas mantan KNIL, karena kalau ketahuan Jepang, ia akan ditangkap. Dalam PETA Soeharto dilatih sebagai Shodancho (komandan peleton). Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Soeharto mengumpulkan teman-teman bekas PETA-nya dan bergabung kedalam Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ketika BKR digantikan namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Kolonel Soedirman dilantik menjadi Panglima Besar TKR pada tanggal 18 Desember 1945, kemudian ketika Panglima Besar TKR, Soedirman mengadakan reorganisasi dan penyempurnaan tubuh TKR, diangkatlah Soeharto menjadi Komandan Resimen III dengan pangkat letnan kolonel.

 

Nah, kelihatan itu Soeharto setelah dibekali ajaran gado-gado tiga "ojo" dan meluncur kedalam dunia militer, dari mulai KNIL, PETA, BKR dan TKR, telah membuka jalan baginya untuk dikemudian hari ajaran gado-gado tiga "ojo" banyak mempengaruhi dalam membangun jalan pemerintahannya.

 

Dan memang terbukti, Soeharto telah menciptakan satu sistem model militer yang didalamnya dipasang jaring-jaring yang terbuat dari ikatan yang terbuat dari ajaran gado-gado tiga "ojo", tetapi dengan ditambah dengan cairan-cairan ampas pancasila yang sebelumnya telah diperas oleh mbah Soekarno dalam bentuk sila-sila pancasila, sehingga akhirnya pancasila inilah yang dijadikan sebagai satu-satunya pilihan dalam tubuh negara RI, baik dalam kehidupan masyarakat, organisasi, partai, pemerintah, dan negara.

 

Dimana pancasila merupakan satu-satunya ideologi negara yang harus dijadikan sebagai landasan kehidupan dalam masyarakat, organisasi, partai, pemerintah, dan negara. Pancasila ini hanya dijadikan sebagai alat oleh Soeharto untuk mengikat dan mengontrol semua kehidupan baik dalam masalah politik, sosial, ekonomi, pertahanan, masyarakat, organisasi, partai, pemerintah dan negara.

 

Jadi pancasila ini merupakan alat dalam rangka penerapan ajaran gado-gado tiga "ojo"-nya mbah Soeharto yang diperolehnya dari ayah angkatnya Kertosudiro dan Kiai Darjatmo.

 

Tulisan "Dibawah Belenggu Rezim Penguasa"

 

Mengenai tulisan "Dibawah Belenggu Rezim Penguasa" yang ditulis Ahmad Sudirman pada bulan Februari 1981 di Cairo, Mesir, memang tidak diterbitkan untuk umum, melainkan hanya untuk kalangan sendiri, yang isinya berisikan masalah pertama, Persekongkolan dengan Rezim Penguasa. Kedua, Rezim Penguasa berusaha menghancurkan azas organisasi. Ketiga, Rezim Penguasa yang berbuat semau gue. Keempat, Jangan menjadi kaum intellektual penjilat penguasa. Kelima, Berani menyuarakan kebenaran. Keenam, Ukhuwah Islamiyah belum dipraktekkan secara ikhlas. Ketujuh, Teguh dalam prinsip Islam. Kedelapan, Keanehan dalam satu negara beradab.

 

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

 

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

 

Wassalam.

 

Ahmad Sudirman

 

http://www.dataphone.se/~ahmad

ahmad@dataphone.se

----------

 

Date: Wed, 1 Mar 2006 13:23:31 +0800 (CST)

From: faizan yusuf <raja_banta@yahoo.com.my>

Subject: mohon diberi jawaban

To: ahmad@dataphone.se

 

Assalamualaikum...

semoga Allah Swt memanjangkan umur anda dan memelihara cahaya iman dihati anda....

 

Saya membaca artikel2 anda dan saya memahami..bahawa anda adalah seorang yang jujur...saya belum pernah membaca buku anda yang berjudul  "belenggu dibawah rezim penguasa" dan saya bekeinginan mengetahui isi buku itu melalui isi hati anda yang sebenarnya...

 

Disamping itu saya ingin menanyakaan bebarapa hal :

1. Apakah benar RI pernah keluar dari keanggotan PBB bagaimana proses ini  terjadi..mohon ulasannya.

2. Dan darimanakah perkataaan "indonesia" itu muncul.

3. Bagaimana aceh memperolehi julukan "Serambi Mekkah".

4. Jika anda percaya bahwa ilmu tentang ruh itu cuma sedikit dan ilmu yang sedikit itu seperti apa?.

5. Apakah kaitan ruh dengan kejiwaan dan adakah sihir mempengaruhi jiwa dan bagaimana proses ini terjadi....

6. Soekarno dikenal dengan magic nya dan apakah itu benar atau hanya sekedar isu.

7. Bagaimana cara Soeharto merebut kekuasan seokarno yang sebenarnya dan apakah Soeharto seorang ahli politik dan apakaah benar Soeharto itu anak haram seperti pada sebuah selebaraan yang saya baca di tahon 1997.

 

Maafkan saya yang menanyakan persoalan2 ini dan saya berharap anda tidak keberatan untuk dapat memberi penjelasan untuk memperkaya khazanah pemikiran dan ilmu...

 

Faizan Yusuf

 

raja_banta@yahoo.com.my

Petaling Jaya , Selangor, Malaysia

----------