Stavanger, 28 Maret 2006

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr wbr.


PLUS  I +  BANGSA ACHEH BERSATU UNTUK BERPEMERINTAHAN DAN MENJADI TUAN DI NEGARA SENDIRI.

Omar Puteh

Stavanger - NORWEGIA.

 

 

MASIH MENYOROT BANGSA ACHEH BERSATU UNTUK BERPEMERINTAHAN DAN MENJADI TUAN DI NEGARA SENDIRI.

 

Slogan/Motto:

"GAM nakeuh saboh geurakan njang tuntüt dan njang peunjoë Achèhnjan seubagoë saboh bansa: Bansa Achèh!"  (GAM adalah sebuah organisasi perjuangan kebangsaan Achèh, yang memperjuangkan dan mempertahankan Achèh itu sebagai sebuah bangsa: Bangsa Achèh!)

 

Menatap pada slogan/motto diatas: GAM adalah sebuah organisasi perjuangan kebangsaan Achèh, yang memperjuangkan dan mempertahankan Achèh itu, sebagai sebuah bangsa: Bangsa Achèh, maka saya menganjurkan kepada seluruh bangsa Achèh di bumi tanah airnya: Achèh, agar berusaha mendirikan dan menegakkan "partai lokal"-nya dengan berpredikatkan seperti: Partai Bangsa Achèh (PBA)....!  atau Partai Nasional Bangsa Achèh (PNBA).......!

 

Mengapakah saya mengatakan demikian kepada seluruh bangsa Achèh dan juga sekaliannya anda, saudara Ridwan M Spd dan kepada rakan-rakan anda sekalian dari KP-PRA?

 

Karena nenek moyang bangsa Achèh yang telah mendidik putra-putri-nya, yang putra-putrinya kemudian sebagai: Nenek lelaki dan nenek perempuannya bangsa Achèh, sebagai nenek lelaki dan nenek perempuan kami dan juga sebagai nenek lelaki dan nenek perempuan anda, saudara Ridwan M. Spd dan rakan-rakan anda sekalian dari KP-PRA, sejak dari buaian hingga keliang lahat,  lewat dendangan lagu pendidikan nasionalisme: Beuradjang rajeuek banta seudang, beudoh muprang bila bansa................... dan: Laila ha illallah, kalimah taibah beuna sadjan....................!

 

Demikianlah sesungguhnya GAM itu, baik yang putra dan begitupun yang putri, yang telah mendapat pendidikan sebagai anak bangsa Achèh, sebagai cucu Èndatu, tentang kehidupan kejiwaan mereka.

 

Mereka telah mengenal bagaimana struktur hidup mulia dan bagaimana struktur mati syahid. Merekalah anak bangsa yang telah sanggup mengorbankan tenaga, pikiran, jiwa raga, masa, harta-benda, darah dan sekaligus nyawa!

 

Bisakah pengorbanan mereka: GAM itu, untuk dijadikan nilai banding bagi sang Prof Dr, sang S-1, sang S-2 atau sang S-3?  Tentu saja tidak!  Nilai GAM, nilai para pejuang kemerdekaan, nilai para pejuang yang akan mendaulatkan Achèh sebagai sebuah bangsa, malahan menjadi lebih tinggi nilai timbangan spirituilnya, nilai timbangan kejiwaannya melebihi nilai timbangan dari seorang Presiden atau seorang Raja sekalipun!

 

Dalam Reuni Achèh ke II di Medan, Sumatra Utara, nilai lebih timbangan dari pengorbanan pejuang kemerdekaan yang rebah terkorban syahid, telah dianugrahi dan ditauliahi sebagai: Tengku, sebagai nilai timbangan penghargaan tertingginya dalam tata adat-istiadat bangsa Achèh!

 

Semua GAM, semua pejuang kemerdekaan, semua pejuang-pejuang yang bercita-cita kuat untuk mendaulatkan Achèh sebagai bangsa, yang kemudian telah rebah terkorban mati syahid itu, itulah yang sesungguhnya yang musti disemati keharuman Tengku, wanginya keharuman syurga!

 

Bukan Tengku sebagai gelaran-nya untuk seorang Ulama atau sebagai seseorang Pemimpin, sebagai seorang yang dihormati atau sebagai seorang Penuntut 'ilmu Islam di pesantren/diinstitusi pengajian Islam lainnya atau sebagai pengganti sebutan saudara, tetapi sebagai gelaran para pejuang pembela bangsa, agama dan negara Achèh!

 

Nah, itulah Tengku GAM, yang berharkat dan bermurtabat!

 

Maka sudah sepantasnyalah anda, saudara Ridwan M Spd dan rakan-rakan anda sekalian senantiasa mau berpikir bagaimana membentuk struktur diri anda dan diri rakan-rakan anda sama seperti strukturnya GAM, sama seperti strukturnya bangsa Achèh, bukan seperti Indonesia Jawa, karena GAM adalah organisasi murni perjuangan bangsa Achèh sejati.

 

Hari ini seluruh bangsa Achèh mengangkat salut yang tinggi kepada pemimpin Pemimpin bangsa Achèh cq GAM, karena kesanggupan beliau menandatangani MoU Helsinki, di Finlandia 15 Agustus, 2005 yang lalu, untuk ikut bersama bangsa Achèh lainnya dengan misi membangun kembali Achèh yang telah hancur dilanggar Tsunami, yang menelan korban manusia Achèh, melebihi 200.000 jiwa, selain yang telah hancur, dihancurkan oleh Penjajah Indonesia Jawa, yang menelan korban lain, yang melebihi 70.000 jiwa, akibat disembelih dengan kejamnya dan tidak berprikemanusiaan, diluar tamandun kemanusiaan oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam, ketika Achèh masa Daerah Operasi Militer (DOM), masa Darurat Militer (DM) dan masa Darurat Sipil (DS).

 

Yang mana anda, saudara Ridwan M Spd. dan rakan-rakan anda sekalian yang juga hari ini, sedang menikmatinya kedamaian dari MoU Helsinki, Finlandia itu, sekaligus sedang mengenyam keseronokaan dan kegembiraan ketika membentuk KP-PRA anda itu, yang sebenarnya mutlak dari korbananan darah syuhada kesemua bangsa Achèh.

 

Sekalipun demikian GAM tidak pernah berhenti berjuang, sehingga kewujudan bangsa Achèh itu nyata, sehingga tuntutan kemerdekaan yang sementara ini dikesampingkan tetap langgeng dan akan tetap diletakkan kembali kedepan. Tidak siapapun bisa menghalang GAM untuk terus berjuang demi kemerdekaan penuh dan nyata nantinya.

 

Bahkan tidak siapapun diizinkan menukar bangsa Achèh sebagai Indonesia Jawa!  Malahanan tidak siapapun Pemimpin GAM, akan bisa lagi merobah kewujudan Achèh itu sebagai sebuah bangsa!

 

Makanya tidaklah benar pemimpin bangsa Achèh, telah menginjak-injak atau mengoyak-ngoyak keutuhan bangsa Achèh yang telah di-Reproklamir-kan pada 4 Desember, 1976 itu, yang juga sebagai keutuhan batang tubuh Reproklamasi 4 Desember, 1976 itu, ketika Pemimpin bangsa Achèh cq GAM menyanggupi menandatangani MoU Helsinki, di Finlandia.

 

Itulah sebabnya GAM akan terus bergerak dan hidup, sehingga bangsa Achèh mencapai kemerdekaan hakikinya!

 

Lihatlah Tengku Ahmad Hakim Sudirman pengelola milis bebas ini: ahmad@dataphone.se , bagaimana beliau telah mengorbankan jiwa dan raga beliau siang dan malam demi tekad yang teguh bangsa Achèh untuk menentukan nasibnya sendiri, sebagai sebuah bangsa yang bertanah air sendiri, yang Penjajah Indonesia Jawa tidak punya hak dari sudut hukum sejarah, hukum ketatanegaraan dan hukum internasional!

 

Apakah Tengku Ahmad Hakim Sudirman juga sebagai GAM, karena bersedia mengorbankan jiwa dan raga beliau demi tekad yang teguh bangsa Achèh untuk menentukan nasibnya sendiri, sebagai sebuah bangsa?

 

Apakah Tuan Martti Ahtisaari juga sebagai GAM karena memikirkan nasib bangsa Achèh yang telah bertekad teguh untuk menentukan nasibnya sendiri, tetapi setiap hari rata-rata 12 hingga 20 jiwa disembelih siang dan malam oleh ABRI-TNI/POLRI, Tentara Teroris Nasional Penjajah Indonesia Jawa, si Belanda Hitam?

 

Nah, justru karena itu, diingatkan agar KP-PRA pun biarlah menjadi sebagai GAM agar jangan akan menjadi sebagai sebuah "model" seperti UDT atau Apodeti-nya para pengkhianat-pengkhianat bangsa Timor Leste di Timor Timur dulu, ditahun 1975, ketika GAM cq bangsa Achèh hari ini juga mau bersama anda, saudara Ridwan M. Spd dan rakan-rakan anda sekalian, dalam menentukan nasibnya sendiri, sebagai sebuah bangsa!

 

Tetapi berpelukanlah erat-erat dan berpegangan tanganlah kuat-kuat dengan GAM, dengan ke-nasionalan-nya dan dengan ke-bangsa-an Achèh!

 

(Bersambung: PLUS II + "BANGSA ACHEH BERSATU UNTUK BERPEMERINTAHAN DAN MENJADI TUAN DI NEGARA SENDIRI")

 

Wassalam.

 

Omar Puteh

 

om_puteh@yahoo.com

Norway

----------