Stockholm,
28 Agustus 2006
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.
MENGUPAS HASIL KERJA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN SOEHARTO
DALAM PENERAPAN SYARIAT ISLAM.
Ahmad Sudirman
Stockholm - SWEDIA.
SEKILAS MENGULITI HASIL KERJA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN SOEHARTO
DALAM HAL PENERAPAN SYARIAT ISLAM.
“Ahmad, aku pernah dengar bahwa Susilo Bambang Yudhoyono adalah orang
yang lebih membenci syari'at Islam dibanding mbah Soeharto. Tolong berikan penjelasannya.“ (Sugiran, sugiran_cool@yahoo.com , Thu, 24 Aug 2006 22:48:51 -0700 (PDT))
Terimakasih saudara Sugiran di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.
Membaca dari apa yang
disampaikan saudara Sugiran diatas, ternyata isinya menyangkut masalah
subjektifitas, artinya sesuatu yang ada hubungan dengan perasaan dan sikap
seseorang.
Nah, kalau membicarakan sesuatu
yang ada erat kaitannya dengan masalah subjetifitas seseorang, maka akan sulit
untuk melahirkan suatu hasil yang berupa kesimpulan yang objektif. Dengan
berdasarkan alasan tersebut, Ahmad Sudirman dalam memberikan penjelasan dibawah
ini, bukan membahas masalah subjetifitas Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto,
melainkan akan melihat pada platform dan hasil yang nampak dari adanya sikap
Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto dalam kehidupan diruang lingkup
pemerintahan dan negara.
Jadi dengan membatasi
permasalahan pada hasil yang nyata dari adanya sikap yang ditampilkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto, maka sedikitnya kita akan bisa
membandingkan apakah hasil kerja Susilo Bambang Yudhoyono lebih buruk
dibandingkan dengan hasil kerja Soeharto dalam hal penerapan syariat Islam?
Nah, dari dasar pertanyaan
diatas, sedikitnya kita bisa mengembangkan pemikiran yang ada kaitannya dengan
hasil kerja yang dibuat oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto yang
menyangkut penerapan syariat Islam.
Sekarang, agar supaya dalam
membahas hasil kerja dari Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto dalam hal
penerapan syariat Islam tidak meluas kesegala penjuru, maka disini kita perlu
membatasi pada ideologi apa yang dipahami dan dijalankan dalam kehidupan
politik oleh kedua orang itu.
Nah, dengan membatasi kepada
masalah ideologi atau masalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup yang
dihubungkan dengan segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara yang
dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto, maka akan memberikan jalan
kemudahan kepada kita untuk mengerti dan memahami hasil kerja yang dibuat oleh
kedua orang itu yang menyangkut penerapan syariat Islam.
Untuk memulainya, kita mencoba
membuka lembaran sejarah yang ada kaitannya dengan ideologi yang dipakai dan
dijalankan oleh Soeharto, maka ditemukan didalamnya untaian cerita yang
berbunyi:
"Pada masa itu saya
ditempa mengenal dan menyerap budi pekerti dan filsafat hidup yang berlaku di
lingkungan saya. Mengenal agama dan tata cara hidup Jawa. Pada masa itulah saya
mengenal ajaran tiga "ojo", "ojo kagetan, ojo gumun, ojo
dumeh", (jangan kagetan, jangan heran, jangan mentang- mentang), yang
kelak jadi pegangan hidup saya, yang jadi penegak diri saya dalam menghadapi
soal-soal yang bisa mengguncangkan diri saya. Saya ingat terus akan ajaran
leluhur, "hormat kalawan Gusti, Guru, Ratu lan wong atuwo karo",
hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa, guru, pemerintah, dan kedua orang tua.
Sampai jadi Presiden saya merasa tidak berubah dalam hal ini. Saya junjung
tinggi ajaran itu dan saya percaya akan kebenarannya. Saya merasakan mencintai
dan dicintai orang-orang tua saya, pengasuh-pengasuh saya, dan saudara-saudara
saya, baik yang seibu maupun yang sebapak atau saudara angkat saya." (Soeharto, Akar Saya dari Desa , Otobiografi Soeharto
yang dipaparkan kepada G.Dwipayana dan Ramadhan K.H. Penerbit PT Citra Lamtoro
Gung Persada 1988)
Nah, kalau diteliti lebih dalam
lagi dari apa yang dipaparkan dalam Otobiografi Soeharto tersebut akan
ditemukan sedikit jalur kehidupan yang menyangkut waktu ketika Soeharto sedang
sekolah di Wuryantoro, ditempat bibinya, adik ayahnya satu-satunya. Soeharto
disamping belajar, ia mendapat latihan spiritual oleh pamannya, Kertosudiro
suami bibinya, dan dipanggil juga sebagai ayah angkatnya. Dimana latihan
spiritual itu dalam bentuk puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tidur di
tritisan (di bawah ujung atap di luar rumah). Hanya ada satu anjuran yang belum
dikerjakannya, yaitu tidur di pawuhan, di tempat bekas bakaran sampah.
Kemudian, disamping digembleng dengan wejengan untuk puasa tiap hari Senin dan
Kamis dan tidur di tritisan (di bawah ujung atap di luar rumah), Soeharto juga
mendapat latihan spiritual yang dinamakan ajaran tiga "ojo",
"ojo kagetan, ojo gumun, ojo dumeh", (jangan kagetan, jangan heran,
jangan mentang- mentang). Ditambah dengan ramuan yang berisikan "hormat
kalawan Gusti, Guru, Ratu lan wong atuwo karo", hormat kepada Tuhan Yang
Maha Esa, guru, pemerintah, dan kedua orang tua. Disamping Seoharto menerima
ajaran tiga "ojo" dari ayah angkatnya, Kertosudiro, Soeharto juga
mendapat gemblengan agama dan kepercayaan dari Kiai Darjatmo mubalig terkenal
di Wonogiri.
Nah latihan spiritual yang
dinamakan ajaran tiga "ojo", "ojo kagetan, ojo gumun, ojo
dumeh" yang dicampur dengan ramuan "hormat kalawan Gusti, Guru, Ratu
lan wong atuwo karo", dan gemblengan agama dan kepercayaan, yang
menjadikan Soeharto dikemudian hari menyambar pancasila dan burung garuda
dengan bhineka tunggal ika-nya mpu Tantular untuk dijadikan sebagai alat sakti
guna dipakai sebagai tali penjerat dan penggebuk lawan-lawan politiknya.
Jadi dengan bekal ajaran
gado-gado tiga "ojo" inilah Soeharto masuk KNIL (Koninklijk
Nederlands-Indisch Leger - Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Diterima masuk
ikatan Dinas Pendek, Kortverband, dan mendapat pendidikan dan latihannya
diadakan di Gombong. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang, 8 Maret 1942,
Soeharto masuk PETA (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) yang baru dibuka.
Soeharto menyembunyikan identitas mantan KNIL, karena kalau ketahuan Jepang, ia
akan ditangkap. Dalam PETA Soeharto dilatih sebagai Shodancho (komandan
peleton). Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Soeharto mengumpulkan
teman-teman bekas PETA-nya dan bergabung kedalam Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Ketika BKR digantikan namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Kolonel
Soedirman dilantik menjadi Panglima Besar TKR pada tanggal 18 Desember 1945,
kemudian ketika Panglima Besar TKR, Soedirman mengadakan reorganisasi dan
penyempurnaan tubuh TKR, diangkatlah Soeharto menjadi Komandan Resimen III
dengan pangkat letnan kolonel.
Nah sekarang kelihatan dengan
jelas, itu Soeharto setelah dibekali ajaran gado-gado tiga "ojo" dan
meluncur kedalam dunia militer, dari mulai KNIL, PETA, BKR dan TKR, telah
membuka jalan baginya untuk dikemudian hari ajaran gado-gado tiga
"ojo" banyak mempengaruhi dalam membangun jalan pemerintahannya.
Dan memang terbukti, Soeharto
telah menciptakan satu sistem model militer yang didalamnya dipasang
jaring-jaring yang terbuat dari ikatan yang terbuat dari ajaran gado-gado tiga
"ojo", tetapi ditambah dengan cairan-cairan ampas pancasila yang
sebelumnya telah diperas oleh Soekarno dalam bentuk sila-sila pancasila,
sehingga akhirnya pancasila inilah yang dijadikan sebagai satu-satunya pilihan
dalam tubuh RI, baik dalam kehidupan masyarakat, organisasi, partai,
pemerintah, atau negara. Dimana pancasila merupakan satu-satunya ideologi
negara yang harus dijadikan sebagai landasan kehidupan dalam masyarakat,
organisasi, partai, pemerintah, dan negara.
Pancasila ini hanya dijadikan
sebagai alat oleh Soeharto untuk mengikat dan mengontrol semua kehidupan baik
dalam masalah politik, sosial, ekonomi, pertahanan, masyarakat, organisasi,
partai, pemerintah dan negara.
Jadi pancasila ini adalah
merupakan sebagai satu alat dalam rangka penerapan ajaran gado-gado tiga
"ojo"-nya Soeharto yang diperolehnya dari ayah angkatnya Kertosudiro
dan Kiai Darjatmo.
Nah sekarang, kalau dihubungkan
dengan penerapan syariat Islam, maka sudah jelas kelihatan bahwa yang namanya
syariat Islam memang tidak dikenal dan tidak dipakai dalam kehidupan
bepemerintahan dan bernegara oleh Soeharto. Karena Soeharto lebih mengedepankan
dan mementingkan ajaran gado-gado tiga "ojo"-nya yang dicampurkan
kedalam cairan-cairan ampas pancasila yang sebelumnya merupakan hasil perasan
Soekarno dalam bentuk sila-sila pancasila yang banyak dipengaruhi oleh
isme-isme impor-an dari luar, seperti kosmo-politanisme-nya A.Baars dan
Sosial-nasionalisme-nya Sun Yat Sen yang dinamakan San Min Chu I yang mengandung
butiran Mintsu, Min chuan, Min Sheng atau nationalism, democracy, sosialism.
Jadi kesimpulan yang dapat
diambil dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa Soeharto lebih mengedepankan
dan mementingkan ajaran gado-gado tiga "ojo"-nya dan mengenyampingkan
syariat Islam. Yang dikenal dengan Islam oleh Soeharto adalah hanya berupa
Islam versi Kiai Darjatmo.
Kemudian, kalau kita sekarang
membuka lembaran sejarah yang ada kaitannya dengan ideologi yang dipakai dan
dijalankan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, maka ditemukan didalamnya untaian
cerita yang bisa terbaca:
"Berdasarkan kondisi
obyektif dan permasalahan fundamental yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
dewasa ini, maka visi dan misi yang kami canangkan adalah lima tahun mendatang
Indonesia harus lebih aman dan damai, lebih adil dan demokratis, dan lebih
sejahtera. Dikatakan lebih aman dan damai apabila negara kita utuh, kemudian
integrasi nasional makin kokoh, berdaulat di dalam pergaulan dunia yang makin
dinamis, keamanan di seluruh tanah air dapat dipulihkan, kejahatan
terus-menerus diberantas, dan kehidupan masyarakat kita makin rukun, makin
damai dengan toleransi dan harmoni yang tinggi." (Susilo Bambang Yudhoyono, Dialog Calon Presiden 2004
yang Diselenggarakan KPU 1 Juli 2004)
Nah, sekarang kalau ideologi
yang dipakai dan dijalankan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dihubungkan dengan di
Acheh, maka akan terbaca bahwa Susilo Bambang Yudhoyono adalah salah seorang
arsitek yang membuat Keputusan Presiden RI nomor 28 tahun 2003 tentang
pernyataan keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat militer di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam yang dikeluarkan pada tanggal 18 Mei 2003 dan
diberlakukan pada tanggal 19 Mei 2003 serta telah diperpanjang sampai 18 Mei
2004 tetapi telah diganti dengan Keppres No.43/2004, dan Keputusan Presiden
Republik Indonesia selaku Penguasa Darurat Militer Pusat Nomor 43 Tahun 2003
Tentang Pengaturan kegiatan Warga Negara Asing, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
Jurnalis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dan diundangkan
di Jakarta pada tanggal 16 Juni 2003.
Selanjutnya, dari visi dan misi
yang dikemukakan oleh Susilo Bambang Yudhoyono itu tergambar bahwa Acheh yang
telah dianeksasi oleh Presiden RIS Soekarno yang diteruskan oleh RI yang
menjelma menjadi NKRI akan terus dipertahankan oleh Susilo Bambang Yudhoyono
dengan cara dan metode yang "lebih aman dan damai".
Nah, untuk melaksanakan visi dan misi yang "lebih aman dan
damai" dibuatlah kesepakatan antara pemerintah RI dan GAM yang dituangkan
dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada tanggal
15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Tetapi dalam pelaksanaan MoU tersebut,
ternyata pihak pemerintah RI dan DPR RI telah membabat dan memotong habis
sebagian yang telah disepakti dalam MoU Helsinki. (”90 % isi UU Pemerintahan
Acheh made in DPR RI harus dibuang karena bertentangan dengan MoU Helsinki”,
http://www.dataphone.se/~ahmad/060719.htm )
Inilah yang disebut model visi
dan misi yang merupakan penjabaran dari ideologi-nya Susilo Bambang Yudhoyono
yang dihubungkan dengan Acheh.
Selanjutnya, kalau ideologi-nya
Susilo Bambang Yudhoyono itu dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang RI Nomor
1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Pada Peristiwa
Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002, maka tidak jauh berbeda dengan
apa yang sudah diajarkan oleh Soeharto terhadap para bawahan militernya,
khususnya mereka yang berkecimpung dalam bidang keamanan dan intelijen. Dimana
Perpu No.1&2/2002 tersebut adalah merupakan sebagian hasil kerja Susilo Bambang
Yudhoyono yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Menko Polkam dibawah
Kabinet Gotong-Royong Megawati.
Nah, bagi orang-orang yang
matanya sudah tertutup oleh debu-debu yang keluar dari gemuruhnya suara-suara
yang berteriak teroris-teroris, jelas lobang-lobang penjerat yang dipasang oleh
Susilo Bambang Yudhoyono dalam Perpu No.1&2/2002-nya itu tidak akan
terlihat dengan jelas. Tetapi, bagi orang-orang yang bermata jeli, maka itu
tali jeratan yang dipasang Susilo Bambang Yudhoyono dalam Perpu No.1&2/2002
akan mudah terlihat dengan jelas.
Coba kita buka saja sedikit apa
yang terkandung dalam pasal-pasal yang membentuk Perpu No.1&2/2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang berisikan mesin BIN (Badan
Intelijen Nasional) alat produksi para teroris. Misalnya agar mesin BIN bisa
dipakai untuk menghasilkan para teroris yang bisa dipamerkan keseluruh dunia,
maka Susilo Bambang Yudhoyono menaburkan serbuk-serbuk pasal yang diberi nomor
26 yang berisikan ayat-ayat racun pernyataan:
(1)Untuk memperoleh bukti
permulaan yang cukup, penyidik dapat menggunakan setiap laporan intelijen.
(2)Penetapan bahwa sudah dapat
atau diperoleh bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus dilakukan proses pemeriksaan oleh Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan
Negeri.
(3)Proses pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan secara tertutup dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari.
(4)Jika dalam pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan adanya bukti permulaan yang
cukup, maka Ketua Pengadilan Negeri segera memerintahkan dilaksanakan
penyidikan.
Nah, akibat dari adanya
serbuk-serbuk pasal 26 yang berisikan 4 ayat racun pernyataan diatas itu akan
memberikan darah dan tenaga segar bagi kehidupan BIN untuk berlomba-lomba
mengejar bayang-bayang orang yang akan dijadikan korban dengan gelar teroris
untuk dipamerkan kehadapan dunia.
Jelas, usaha ini akan memberikan
keuntungan yang besar bagi BIN, khususnya badan intelijen yang ada dalam tubuh
TNI, spesial badan intelijen yang ada dalam tubuh AD binaan Soeharto.
Jadi, makin giat dan aktif para
anggota BIN ini untuk mengutak-atik informasi tentang musuh-musuh TNI dan
Susilo Bambang Yudhoyono dan musuh ORBA, maka sudah bisa dijadikan sebagai
dasar untuk mengadakan penyidikan dan tentu saja penangkapan, misalnya terhadap
kasus Bakar Ba'ashir. Itu dasar penangkapan Ba'ashir adalah sebagian besar
karena adanya sampah-sampah info yang dikutak-katik dan digali oleh BIN ini.
Dimana Ba'ashir dikaitkan dengan bom Bali, dengan penegakkan syariat Islam,
dengan jamaah Islamiyah.
Jadi sekarang, kesimpulan yang
bisa ditarik ialah ideologi yang dipahami dan dijalankan dalam kehidupan
politik dan pemerintahan serta negara oleh Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan
kearah perlawanan dan penentangan tegaknya syariat Islam yang dijabarkan
kedalam bentuk Perpu 1&2/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme.
Nah terakhir, dari uraian diatas
dapat kita sekarang memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan diatas
yaitu ”apakah hasil kerja Susilo Bambang Yudhoyono lebih buruk dibandingkan
dengan hasil kerja Soeharto dalam hal penerapan syariat Islam?”
Jawabannya adalah hasil kerja
Susilo Bambang Yudhoyono adalah sama buruknya
dibandingkan dengan hasil kerja Soeharto dalam hal penerapan syariat Islam.
Jadi antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto adalah
tidak ada bedanya, keduanya adalah penghambat dan sekaligus pemadam tegaknya
syariat Islam.
Bagi yang ada minat untuk
menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya
sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya
yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang
Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita
memohon petunjuk, amin *.*
Wassalam.
Ahmad Sudirman
http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se
----------