Stockholm, 23 mei 1998.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

PIHAK OPOSISI HARUS BERSATU
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA
 

PIHAK OPOSISI HARUS BERSATU DAN SIAP DENGAN KONSEP DAN RENCANANYA .

Saudara-saudaraku di tanah air.

Pihak oposisi, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, organisasi Muhammadiyah, Nahdatul ulama, pihak mahasiswa dan kelompok independen dan tokoh-tokoh dari utusan agama yang ada di Indonesia harus bersatu untuk mempersiapkan konsepsi dan rencana yang akan dipakai seandainya pihak Penguasa dibawah Habibie sudah tidak mampu lagi mengendalikan dan mengontrol keadaan.

Para mahasiswa yang menjadi motor dalam pergerakan dan penumbangan Suharto, harus membuat rencana gerakan yang lebih jauh. Karena kalau gerakan sekarang yang difokuskan kepada penumbangan Habibie dan semua kabinetnya, tanpa mempunyai alternatif, siapa dan dari partai atau organisasi mana yang layak menjadi pemimpin Indonesia dimasa yang akan datang, membuat bingung sebagian besar rakyat. Sekarang, saya sendiri melihat dari kalangan oposisi belum ada kebersamaan sikap, siapa sebenarnya yang akan menjadi wakil utama dan membawa suara bersama, yang ada sekarang adalah baru dari pihak Muhammadiyah yang diwakili oleh Amien Rais, dari pihak NU belum ada semacam suara yang menyetujui Amien Rais sebagai jurubicara, begitu juga dari kelompok Demokrasi Indonesia yang diwakili oleh Megawati belum ada semacam pernyataan bahwa Amien sebagai juru biacara mereka. Ini jelas menjadi penghambat dalam mencapai penyelesaian krisis.

Begitu juga saya melihat dan memperhatikan belum ada dari pihak mahasiswa secara keseluruhan sepakat, siapa yang akan menjadi calon Presiden. Sekarang mereka hanya menuntut turun Habibe dan semua kabinetnya, tetapi tidak tahu siapa yang akan menggantikan mereka itu semua. Ataukah semua para mahasiswa yang ikut demonstrasi sudah sepakat bahwa Amien Rais yang akan dijadikan pemimpin mereka dimasa yang akan datang, ataukah Megawati, ataukah Abdurrahman Wahid, ataukah orang lain, inipun saya belum mendengar dan menyaksikan dari ucapan dan sikap mereka.

Keadaan kacau balau sekarang ini, menyebabkan keadaan ekonomi, politik dan sosial makin bertambah hancur. Disini saya melihat bahwa kesadaran berpolitik dan bernegara dari kalangan pemimpin adalah nol, artinya belum ada sama sekali. Sungguh menjadi suatu tragedi yang besar. Pergantian pemimpin dan golongan dilakukan dengan cara kekerasan, pertumpahan darah dan anarki.

Sungguh disayangkan, Penguasa dibawah Habibie masih tetap berusaha mempertahankan kekuasaanya, bila perlu menggunakan kekerasan. Betapa kerdilnya mereka ini. Sungguh disayangkan, hati mereka telah dibutakan, sehingga tidak lagi mampu melihat dan menghayati keadaan yang sebenarnya. Kalaulah mereka mengetahui, sesungguhnya, negeri Indonesia sudah tenggelam kedasar laut, namun mereka tetap tidak menyadari. Betul-betul segelintir manusia yang disebut para pemimpin, mempunyai perilaku yang sama dengan binatang.

Mereka tidak menyadari bahwa selama tiga puluh dua tahun memegang kekuasaan hanya menghasilkan kehancuran ekonomi, meningkatnya korupsi dan penumpukan kekayaan. Mereka tidak menyadari mengapa para mahasiswa dan rakyat marah dan menuntut mereka untuk turun.

Kalaulah mereka itu betul-betul para memimpin yang sudah mempunyai kesadaran bernegara yang tinggi, dengan melihat keadaan yang sekarang, mereka sudah mengundurkan diri semuanya dan menyerahkan kekuasaan kepada orang lain yang kemungkinan besar mampu untuk mengembalikan keadaan yang sudah hancur ini.

Keadaan yang sudah kacau ini, janganlah dijadikan kesempatan oleh ABRI untuk mengambil alih kekuasaan. Bila ini terjadi sungguh bencana besar akan terjadi.

Saudara-saudaraku di tanah air.

Sadarilah semua ini. Ingatlah akan generasi mendatang yang akan mengisi bumi Indonesia *.*
 

Wassalam.

Ahmad Sudirman