Stockholm, 16 Februari 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

DISKUSILAH  DENGAN CARA TERUS TERANG DAN TERBUKA TETAPI JANGAN DIBARENGI DENGAN PENGHINAAN DAN EMOSI.
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA.

 

Pada tanggal 15 Februari 1999 Saudara Awang Baharuddin alias Corn Husker, mengirimkan kembali tanggapannya kepada saya dengan mengambil subject "Menghina?".

Sebenarnya saya tidak mau menanggapi surat terahir saudara Awang ini, tetapi karena dalam surat itu di dahului dengan kata maaf, maka saya berusaha untuk menanggapinya.

Sedangkan kaum muslimin yang lainnya yang telah terlanjur merasa tersayat hatinya oleh kata-kata saudara Awang yang tidak pantas diucapkan terhadap Rasulullah, saya harap saudara Awang meminta maaf kepada mereka dan berjanji tidak mengulang kembali perbuatan tersebut, semoga Allah memaafkan saudara.

Dimana saudara Awang Baharuddin mengatakan "Maaf kalo anda tersinggung dengan ucapan saya. Saya sama sekali tidak bermaksud menghina Islam. Saya cuma mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu tolol. Saya tidak terbiasa basa-basi dengan mengatakan "tidak pintar" atau "not too bad". Saya merasa lebih suka terus terang, ya kalau tolol bilang saja tolol. Untuk itulah kata tolol ada. Nah kalau kata itu tidak ada buat apa diciptakan?. Tugas andalah untuk membuktikan bahwa nabi anda itu tidak tolol, bukan malah menganggap saya tidak sopan berbicara. Dan saya juga akan berusaha meyakinkan anda memang benar nabi anda itu "tidak pintar" alias tolol. Wong dia saja buta huruf toch? Iya kan? Tapi bukan berarti orang tolol itu berdosa atau tidak baik. Belum tentu. Memang Islam tidak pernah terbuka untuk dikritik, makanya Islam sulit maju karena tidak pernah diuji. Kalau diuji langsung marah besar!".

Saudara Awang, keterus terangan saudara dikombinasikan dengan sikap saudara yang ugal-ugalan tanpa rasa respek sedikitpun, mengakibatkan yang tujuannya baik menjadi sebaliknya. Bagaimana sikap saudara dalam pergaulan sehari-hari, dalam keluarga, di tempat kerja dan dimasyarakat, apakah juga saudara tampilkan sikap saudara yang terus terang tanpa respek ini ?.

Bagaimana sikap saudara kepada kedua orang tua saudara, kepada istri saudara, kepada kawan dan atasan saudara di tempat kerja?. Karena kalau saudara bersikap seperti yang saudara tunjukkan dalam tulisan pertama saudara, saya pikir saudara hidup sendirian, walaupun dikelilingi oleh manusia lainnya.

Pernahkan saudara mengatakan kata tolol kepada kedua orang tua saudara atau istri saudara atau kawan saudara atau atasan saudara, ketika orang tua saudara atau istri saudara atau kawan saudara atau atasan saudara sebagai manusia biasa melakukan sesuatu yang menurut saudara salah dan tidak pantas dilakukan?.

Kalau saudara tidak pernah melakukan hal itu, mengapa saudara lakukan terhadap Nabi dan Rasul Muhammad saw yang saudara tidak mengenal pribadinya secara betul-betul?, atau kalaupun mengenalnya hanya melalui buku-buku yang disimpulkan menurut keinginan dan kehendak saudara sendiri tanpa adanya rasa respek.

Jadi kalau ada tindakan dan sikap dari seseorang yang menyimpang dan tidak sesuai dengan keinginan, kehendak dan logika Saudara Awang maka orang tersebut saudara Awang sebut orang tolol.

Nah, kalau dasar pemikiran yang demikian yang dijadikan sebagai landasan pemikiran saudara Awang, saya pikir di dunia ini tidak ada yang tidak tolol menurut pandangan saudara Awang.

Misalnya, salah satu kesalahan dan anggapan saudara Awang yang salah tentang Rasulullah, karena Rasulullah adalah tidak pandai membaca atau buta huruf, maka dikatakanlah Rasulullah adalah orang yang "bodoh".

Saya telah banyak bergaul dengan orang-orang dari Arab dan pernah tinggal beberapa tahun di salah satu negeri Arab, dimana saya mempunyai kesan tentang orang Arab ini adalah mereka mempunyai daya ingatan yang cukup tajam. Daya kekuatan untuk mengingat inilah merupakan anugrah dari Allah yang besar bagi orang-orang Arab ini. Sehingga tidak heran kalau di masa Rasulullah, banyak para sahabat yang hafal seluruh isi Al Qur'an diluar kepala, bahkan sampai sekarangpun banyak orang-orang Arab yang hafal seluruh isi Al Qur'an diluar kepala.

Dengan mempunyai daya ingatan yang tajam ini bukanlah menunjukkan suatu ketololan, sebagaimana yang saudara Awang katakan "Saya cuma mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu tolol". Rasulullah mempunyai daya ingatan yang cukup tajam dan bisa disebut super tajam, walaupun tidak pandai membaca, dimana ketika dibacakan ayat-ayat Al Qur'an oleh Malaikat Jibril, langsung Rasulullah ingat dan tidak lupa sampai akhir hayatnya. Saya sendiri yang bisa membaca dan menulis harus bepuluh kali bahkan beratus kali mengulang-ulang ayat-ayat Al Qur'an agar tetap melekat dalam ingatan. Saya tidak mampu sekali baca ayat-ayat Al Qur'an langsung melekat dalam ingatan saya.

Jadi orang yang tidak bisa membaca atau yang disebut dengan orang yang buta huruf, tidak berarti bahwa orang tersebut tolol. Ia masih bisa bicara dan mendengar serta mampu mengingat apa yang didengarnya itu, hanya saja tidak bisa membaca. Jadi tidak benar seperti yang saudara Awang katakan orang yang buta huruf adalah orang tolol. Saya punya saudara kakek yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi beliau tidak tolol.

Ini baru satu keistimewaan Rasulullah yang super tajam ingatannya yang oleh saudara Awang disebut dengan Nabi yang tidak bisa membaca dan bodoh.

Terakhir saudara Awang Baharuddin mengatakan "Memang Islam tidak pernah terbuka untuk dikritik, makanya Islam sulit maju karena tidak pernah diuji. Kalau diuji langsung marah besar!".

Sebenarnya saudara Awang harus membedakan antara Islam dengan penganut Islam, yang saudara maksud adalah penganut Islam yang disebut muslim. Saudara Awang boleh saja setiap waktu menguji kaum muslimin, hanya saja buatlah ujian dan kritikan itu dengan cara dan ucapan yang pantas, dan yang terpenting adalah ambillah kata-kata yang pantas untuk dijadikan bahan ujian, sebagaimana ketika saudara menghadapi ujian di sekolah atau di universitas. Adakah guru atau dosen saudara menguji dengan kata-kata yang sama dengan kata-kata saudara Awang ketika menguji kaum muslimin, sebagaimana yang saudara katakan dalam tulisan yang disampaikan kepada saya beberapa hari yang lalu yang memakai subject "TAK ADA KEBENARAN DALAM ISLAM".

Islam bukan lahir kemarin, Islam telah lahir dan diturunkan empat belas abad yang lalu. Silahkan kalau saudara Awang mau menguji dan mengkritik Islam, sampaikan dengan cara yang baik, tanpa penghinaan dan emosi, pakailah pikiran yang jernih.
 
Inilah tanggapan dari saya untuk saudara Awang Baharuddin.

Sekian.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se