Stockholm, 19 Maret 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

SATU CONTOH PANDANGAN SEORANG YANG BERPIKIR SEKULER TERHADAP DAULAH ISLAM RASULULLAH.
Ahmad Sudirman
Modular Ink Technology Stockholm - SWEDIA.

 

Jawaban untuk Saudara M. Bonar (Indonesia)

Pada tanggal 18 Maret 1999 saudara M. Bonar telah menyampaikan tanggapannya (tanggapannya dilampirkan dibawah) terhadap tulisan "ISLAM TIDAK MENGAJARKAN PEMELUKNYA UNTUK MENJADI DEMOKRAT (TANGGAPAN UNTUK EMHA A.N.)" yang dipublisir pada tanggal 17 Maret 1999.

Setelah saya membaca dan memikirkan tanggapan saudara M. Bonar, ternyata benarlah apabila Negara dipisahkan dari Islam, maka lahirlah pemikiran-pemikiran seperti yang dilontarkan oleh saudara M. Bonar yaitu, "Saya sangat setuju dengan pendapat Bung Emha Ainun Najib pada dua alinea terakhir. Umat Islam Indonesia telah mencoreng agamanya sendiri dan tidak mau bersikap jujur dalam menangani segala hal..(dan) pemerintahan Islam secara formal tidak diperlukan. Yang penting setiap orang Islam yang ada di BIROKRASI DAN ABRI, harus tahu apa itu ISLAM, dan apa fungsi dan perannya sebagai orang ISLAM. Dia harus tahu apa yang HALAL dan HARAM, yang BATIL dan yang HAK. JANGAN TAKUT MISKIN HARTA TAPI HARUS TAKUT MISKIN IDE DAN GAGASAN. BERAGAMALAH DENGAN PRINSIP".

Jelas, Indonesia yang disebut dengan "Daulah Pancasila" dengan UUD'45-nya telah melahirkan pemimpin-pemimpin yang berpikiran seperti pikiran yang dikemukakan oleh saudara M. Bonar diatas. Walaupun penduduk Indonesia hampir sebagian besar adalah kaum muslimin, tetapi karena Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya telah memisahkan Islam dari Negara, maka lahirlah rakyat Indonesia yang berpandangan dan berpikiran yang banyak dipengaruhi oleh  pandangan- pandangan yang ada dalam pancasila.

Nah sekarang, karena kebetulan sebagian yang sedang memegang kekuasaan di Indonesia adalah orang-orang muslim, yang mengendalikan pemerintahan dalam Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya kemudian menurut sebagian besar rakyat Indonesia penguasa negara pancasila ini sedang membawa Daulah Pancasila-nya menuju ke jurang kehancuran, maka timbul pertanyaan yaitu, siapakah yang salah ? apakah Islam, Pancasila, UUD'45, rakyat Indonesia atau para penguasanya yang kebetulan muslim?.

Tanpa pikir panjang, mereka menjawab seperti yang dicontohkan oleh saudara M. Bonar yaitu "Saya sangat setuju dengan pendapat Bung Emha Ainun Najib pada dua alinea terakhir (yaitu) Umat Islam Indonesia telah mencoreng agamanya sendiri dan tidak mau bersikap jujur dalam menangani segala hal..".

Mereka menyalahkan kaum muslimin Indonesia yang hidup dalam Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya. Mereka tidak sadar bahwa kaum muslimin Indonesia bukan hidup dalam Khilafah Islam dengan pemerintahan Islam-nya yang menjalankan hukum Islam dengan Undang Undang Madinah-nya, melainkan hidup dalam Negara Indonesia yang berklandaskan Pancasila dengan UUD'45-nya.

Kalau mereka mau jujur menjawab, maka jawabannya adalah karena penguasa dan rakyat Indonesia hidup dalam Negara Pancasila dengan UUD'45-nya, maka yang salah adalah penguasa yang kebetulan muslim yang telah menyeleweng dari apa yang telah didengungkan oleh pancasila dan digariskan oleh UUD'45 melalui GBHN-nya, dimana Islam tidak bertanggung jawab atas kesalahan dan penyelewengan dari para penguasa Daulah Pancasila dengan UUD'45-nya, karena hukum Islam tidak berlaku, pemerintahan Islam belum dibentuk dan Daulah Islam Rasulullah dengan Undang Undang Madinah-nya belum dibangun kembali.

Selanjutnya adalah adanya keraguan dari sebagian besar rakyat Indonesia terhadap usaha membangun kembali Daulah Islam Rasulullah dengan Undang Undang Madinahnya, seperti yang dikumandangkan oleh saudara M. Bonar yaitu "Saya ragu kalau ada orang yang mampu menegakkan Negara yang berdaulah Islamiah berdasarkan UU Madinah. Karena suksesi setelah peninggalan Nabi Muhammad SAW, keretakan atau bibit perpecahan sudah mulai tampak. Kebengalan dan pembangkangan sahabat nabi, Umar RA, terhadap Nabi pada waktu beliau meminta tinta dan kertas untuk menuliskan surat wasiat, sudah menjadi pertanda bahwa kehancuran daulah Islamiah berdasarkan UU Madinah hanya masalah waktu saja. Dan terbukti setelah berakhirnya kalifah Ali RA. Ketidak konsisten-an Abubakar RA dan Umar RA terhadap cara suksesi atau perggantian khalifah telah menimbulkan suatu permasalahan sendiri. Sekarang pertanyaan saya yang kedua, tolong di jawab dengan jujur,....Kalau orang sekualitas Abu Bakar RA dan Umar RA, masih meragukan iktikad Nabi (menuliskan wasiat dalam rangka suksesi) untuk membawa umat kepada kebaikan, lalu bagaimana dengan kualitas umat Islam setelah 1400 tahun??? ".

Tanggapan saya adalah karena rakyat Indonesia telah terbiasa dengan kehidupan Pancasila dengan UUD'45-nya yang telah menimbuni Islam di bumi Indonesia, maka usaha memasyarakatkan Khilafah Islam, pemerintahan Islam, hukum Islam dan Undang Undang Madinah ini telah menimbulkan keraguan, berbagai alasan dikemukan, contohnya seperti apa yang dikemukakan oleh saudara M. Bonar diatas.

Dan yang paling penting menurut mereka adalah seperti apa yang dipertanyakan oleh saudara M. Bonar yaitu "Adakah orang yang mampu mendirikan pemerintahan Islam seperti yang diusulkan oleh Pak Ahmad, kecuali Nabi Suci Muhammad SAW?".

Jawaban saya adalah seperti yang telah ditulis dalam tulisan "MELAHIRKAN FAKTA PERTAHANAN BERSAMA DIANTARA KELOMPOK-KELOMPOK MUSLIM DAN DIANTARA KELOMPOK-KELOMPOK NON MUSLIM YANG DIJIWAI OLEH UNDANG UNDANG MADINAH" yang dipublisir pada tanggal 3 Maret 1999, dimana saya mengatakan bahwa:

"Permasalahan yang mungkin dianggap besar menurut saya adalah mengenai siapa yang akan mewarisi tongkat kepemimpinan dalam meneruskan perjuangan membela Islam, ummat Islam dan ummat non Islam (yang telah rela bergabung di bawah naungan Islam). Karena kalau sudah berbicara masalah pemimpin, maka timbullah berbagai penolakan dan alasan untuk tidak mengakuinya.

Pemecahannya adalah selama calon pemimpin tersebut (laki-laki, muslim, bebas, dewasa, bijaksana dan adil) mempunyai dan memiliki sifat-sifat yang tidak bertentangan dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (karena tidak mungkin ditemukan manusia yang mempunyai sifat-sifat dan keagungan serta kesempurnaan seperti Rasulullah sampai dunia kiamatpun) dan mempunyai kemampuan, kepandaian untuk memimpin ummat, maka tanpa memandang asal, kulit, warna, suku, bangsa dari calon pemimpin tersebut bisa dijadikan calon pemimpin kaum muslimin dan kaum non muslimin (yang telah rela untuk bergabung didalam ikatan fakta pertahanan bersama dengan kaum muslimin).

Tentu saja, ada orang yang akan menganggap bahwa pemikiran saya ini berlaku hanya dalam teori saja, dalam prakteknya akan sangat susah dan tidak mungkin dilakukan.

Jelas, kalau hanya mementingkan kelompok, golongan, organisasi, partainya sendiri, maka apa yang saya kemukakan diatas adalah hanya suatu fatamorgana saja. Tetapi kalau kita kembalikan kepada apa yang telah dicontohkan Rasulullah dalam membangun fakta pertahanan bersama diantara kabilah-kabilah, bani-bani yang memiliki berbagai macam adat-kebiasaan dan agama di daerah Yatsrib, maka sebenarnya perbedaan adat-kebiasaan dan agama yang ada di Indonesia sekarang, Insya Allah akan dapat diselesaikan dan disatukan dengan cara dan jalan damai".

Diantara dua ratus tujuh juta penduduk Indonesia, Insya Allah akan ada calon-calon pemimpin yang ikhlas dan mau mencontoh Rasulullah serta benar-benar ingin membangun kembali Daulah Islam Rasulullah dengan Undang Undang Madinah-nya ini.

Inilah jawaban dan tanggapan saya yang singkat ini untuk Saudara M. Bonar.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se

-----

18 Maret 1999
[mimbarbebas] Re: ISLAM TIDAK MENGAJARKAN PEMELUKNYA UNTUK MENJADI DEMOKRAT (TANGGAPAN UNTUK EMHA A.N.).
fourer98@yahoo.com

M. Bonar menulis:

Pak Ahmad Sudirman yth.,

Saya sangat setuju dengan pendapat Bung Emha Ainun Najib pada dua alinea terakhir. Umat Islam Indonesia telah mencoreng agamanya sendiri dan tidak mau bersikap jujur dalam menangani segala hal.Samalah dengan komentar atau pendapat nya Pak Syafi'ie...

Pak Ahmad sama juga dengan Pak Syafi'ie,yaitu orang-orang yang menurut teman saya dari ITB,seperti patung kuda yang ada di Kampus ITB.Wawasannya hanya satu yaitu kedepan,tidak pernah lihat kiri dan kanan..hehehe..

Saya ingin jawaban yang jujur dari hati sanubari Pak Ahmad Sudirman yang dalam.....Adakah orang yang mampu mendirikan pemerintahan Islam seperti yang diusulkan oleh Pak Ahmad, kecuali Nabi Suci Muhammad SAW???? Saya ragu kalau ada orang yang mampu menegakkan Negara yang berdaulah Islamiah berdasarkan UU Madinah. Karena suksesi setelah peninggalan Nabi Muhammad SAW, keretakan atau bibit perpecahan sudah mulai tampak. Kebengalan dan pembangkangan sahabat nabi,Umar RA, terhadap Nabi pada waktu beliau meminta tinta dan kertas untuk menuliskan surat wasiat, sudah menjadi pertanda bahwa kehancuran daulah Islamiah berdasarkan UU Madinah hanya masalah waktu saja. Dan terbukti setelah berakhirnya kalifah Ali RA.Ketidak konsisten-an Abubakar RA dan Umar RA terhadap cara suksesi atau perggantian khalifah telah menimbulkan suatu permasalahan sendiri.

Sekarang pertanyaan saya yang kedua,tolong di jawab dengan jujur,....Kalau orang sekualitas Abu Bakar RA dan Umar RA, masih meragukan iktikad Nabi (menuliskan wasiat dalam rangka suksesi) untuk membawa umat kepada kebaikan, lalu bagaimana dengan kualitas umat Islam setelah 1400 tahun???

Saya berpendapat bahwa pemerintahan Islam secara formal tidak diperlukan.Yang penting setiap orang Islam yang ada di BIROKRASI DAN ABRI,harus tahu apa itu ISLAM, dan apa fungsi dan perannya sebagai orang ISLAM.Dia harus tahu apa
yang HALAL dan HARAM,yang BATIL dan yang HAK.JANGAN TAKUT MISKIN HARTA TAPI HARUS TAKUT MISKIN IDE DAN GAGASAN. BERAGAMALAH DENGAN PRINSIP.
-----