Stockholm, 27 Oktober 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

BERIKAN TANGGAPAN DENGAN JALAN KELUARNYA
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Tanggapan untuk saudara Lutfi Amin (Sacramento, CA, USA).

Alhamdulillah, pagi ini, Rabu, tanggal 27 Oktober 1999, saya ada sedikit kesempatan untuk membaca beberapa pemikiran, tanggapan, sanggahan, kritik yang telah disampaikan terhadap tulisan-tulisan saya yang dipublikasikan.

Salah satu tanggapan yang terbaca adalah yang datangnya dari saudara Lutfi Amin yang sekarang sedang berdomisili di Sacramento, CA, USA. Dimana saudara Lutfi Amin menulis:

"Salam, Saudara Achmad nun jauh di sana.
Terimakasih atas jawaban email pertama saya, dan sambil menunggu komentar sampeyan dari email terdahulu, saya sedikit bingung tentang komentar sampeyan yang tersurat dalam opini dengan judul "Rezim Gus Dur+Mega tanpa oposisi akan jadi diktator".

Sepertinya sampeyan lebih suka dengan politik antipati atau oposisi yang bisa mengarah kepada perpecahan (ma'af kalau salah). Padahal sepanjang pengetahuan saya, Islam mengajarkan cara-cara musyawarah untuk mufakat demi kepentingan seluruh masyarakat (tanpa pandang bulu).

Jadi menurut pendapat saya, kontrol mengontrol atau nasehat seperti yang sampeyan ungkapkan, sepertinya lebih baik dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat misalnya diskusi atau seminar atau urun rembug. Apakah oposisi yang sampeyan maksudkan harus dilakukan dengan jalan mencaci, mencela, menghujat atau apalagi yang lebih jelek dari istilah tersebut untuk dipakai?

Kalaulah sampeyan mau bilang daulah Pancasila tidak mengakui hukum Islam, itu hak sampeyan. Tapi berbekal pengetahuan saya tentang hal tersebut, memang daulah Madinah yang sampeyan gembar gemborkan adalah salah satu sunnah Rasul.

Tapi saya dengan keyakinan penuh berpendapat bahwa para ulama yang ikut menyumbang pemikiran demi terciptanya Dasar Negara Indonesia telah memikirkannya dengan bersumber kepada Al-Qur'an dan Hadist "plus" penyesuaian dengan kondisi masa dan massa di Indonesia (bertahannuts walau bukan di gua Hiro'). Semoga tidak terjadi hal yang "begini salah, begitupun tak benar", karena itu berarti mengkritik tanpa ada solusi.

Tentang tindak tanduk Gus Dur, Kang Amien, Mbak Mega dll khususnya dalam hal pembentukan kabinet, saya tidak bisa komentar jauh karena saya kurang informasi tentang mereka (anggota kabinet baru), tapi sudah ada masukan dari beberapa kalangan yang mungkin perlu dipertimbangkan, seperti dari ICW dll.

Demikian sedikit unek-unek dalam benak saya, tanpa mengesampingkan kecetekan (kekurangan pemikiran) saya, apabila hal tersebut salah, mohon ma'af dan saya bersyukur apabila ada koreksi atau nasehat. Salam." ( Lutfi Amin, 26 Oktober 1999).

Terimakasih atas tanggapan dan pandangan saudara Lutfi Amin.

Baiklah, tulisan "Rezim Gus Dur+Mega tanpa oposisi akan jadi diktator", ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991026.htm ), yang dipublikasikan pada  tanggal 26 Oktober 1999 adalah bukan mengarah kepada "perpecahan" seperti yang saudara Lutfi Amin katakan, melainkan berisikan tanggapan dan kritik dalam rangka saling nasehat menasehati dalam kebenaran (kebenaran dari Allah swt) dan kesabaran.

Adapun cara atau metode penyampaiannya, bisa melalui lisan atau tulisan. Apakah langsung lewat media-media publikasi yang ada atau lewat jaluran lembaga legislitaf yang ada di Daulah Pancasila dengan UUD 1945-nya yang sekuler.

Tentu saja, dalam memberikan tanggapan, saran, kritik atau sanggahan, haruslah disertai dengan cara pemecahannya. Karena kalau hanya menyampaikan kritik, sanggahan, tanggapan saja, tanpa memberikan argumentasi jalan keluarnya, maka akan susah untuk dipertimbangkan, karena tidak tahu apa yang akan menjadi suatu ukuran.

Nah, dalam tulisan "Rezim Gus Dur+Mega tanpa oposisi akan jadi diktator" tersebut, saya menyampaikan suatu hasil pemikiran saya melalui tulisan yang dipublikasikan lewat media, baik media on line atau media cetak biasa, yang ditujukan kepada Presiden Gus Dur danWakil Presiden Mega yang sekarang memimpin Rezim Daulah Pancasila. (Artinya Rezim adalah pemerintahan yang berkuasa, jadi bukan istilah yang mengandung arti negatif, seperti yang ditanggapi oleh salah seorang penyanggah, Rudi Hardianto , rudi@ho.otsuka.co.id , kepada saya, dimana ia mencak-mencak, karena saya mengatakan Rezim Gus Dur, padahal artinya Rezim Gus Dur adalah pemerintahan Gus Dur yang berkuasa, atau dengan istilah lain, Kabinet Gus Dur).

Dimana dalam tulisan tersebut, saya menyampaikan hasil buah pikiran saya yang isinya antara lain:

"Bagaimanapun, seseorang yang dianggap baik dan tidak akan bertindak otoriter apabila menjadi pemimpin, tetapi kenyataannya, apabila telah memegang kekuasaan dan memiliki kekuatan ditangan, maka sikap untuk berkuasa dan ingin mendapatkan yang lebih besar tidak bisa dielakan, apabila tidak ada orang atau sekelompok orang yang mengontrol dan memberikan nasehat. (Misalnya, Soeharto, diawal berkuasa begitu adem, ayem dan tenang). Begitu juga dengan Rezim Gus Dur+Mega ini, saya yaqin bahwa, dengan sikap keras Gus Dur yang tidak mau mundur dan sukar diterka pandangan politiknya, akan susah dan sulit untuk dipegang dan diatur".

Kemudian saya menyampaikan jalan pemecahannya, yaitu:

"Karena itu, apabila umat Islam yang telah mempercayakan kepada Gus Dur untuk menjadi Presiden Daulah Pancasila dengan UUD 1945-nya yang sekuler, bukan berarti akan membiarkan Gus Dur sebagai Presiden berbuat sewenang-wenang, apa yang dianggap Gus Dur baik, maka itu belum tentu baik untuk rakyat. Apalagi bahwa negeri ini adalah Daulah Pancasila dengan UUD 1945-nya yang sekuler, bukan Daulah Rasulullah dengan dasar aqidah Islam dengan konstitusinya yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah".  ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991026.htm ).

Adapun tentang dasar negara pancasila telah banyak saya mengupasnya, bahkan beberapa hari yang lalu saya telah menuliskannya kembali dalam tulisan-tulisan;

1. Masih dasar negara dibicarakan (Bag.1) ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991019a.htm )

2. Masih dasar negara dibicarakan ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991018a.htm )

3. Dasar negara dibicarakan ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991018.htm )

Nah sekarang, kalau saudara Lutfi Amin, membaca tulisan-tulisan saya, Insya Allah saudara akan menemukan disela-sela tanggapan dan kritik saya, terselip suatu jalan atau cara pemecahannya. Jadi, saya menmberikan tanggapan sekaligus memberikan jalan keluarnya. Inilah menurut saya cara yang baik, dibandingkan dengan hanya memberikan tanggapan, tanpa memberikan, bagaimana jalan keluarnya.

Inilah sedikit tanggapan saya untuk saudara Lutfi Amin (Sacramento, CA, USA).

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se