Stockholm, 4 Nopember 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

ISLAM MENGATUR HUBUNGAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Jawaban untuk saudara Indonesian Man alias IM.

Saudara Indonesian Man alias IM, tanggal 2 Nopember 1999 lewat apakabar http://www.indopubs.com/archives/ telah menyampaikan buah pikirannya yang diselipi dengan pertanyaan yang menyangkut apabila terjadi penyelewengan-penyelewengan di Daulah Islam Rasulullah dan rasio perbandingan antara negara-negara yang berlandaskan sekularisme dengan negara "agamis".

Saudara IM menulis:

"Tanya, Pak Ahmad S. Lama saya sudah mengikuti tulisan Ahmad Sudirman dengan wacana Negara Islamnya. Sengaja saya biarkan dia mengumpulkan data-data analisis sebanyak mungkin, dan saya sudah lama pula menyiapkan sedikit pertanyaan untuk Ahmad.

1. Jika Negara berdasarkan agama benar-benar terlaksana. (Saya yakin tujuan ini adalah tujuan positip). Namun suatu ketika, negara yang sudah berdasarkan agama itu korup - Mohon jangan dibilang itu tak mungkin terjadi, dsb. Karena semua manusia, termasuk ulama, pastor, pendeta dsb. bisa saja nyeleweng. namanya manusia - Jika ini terjadi (penyelewengan, korupsi, kebobrokan, dsb.) logika bisa dibalik: Berarti Agama yang mendasari pembentukan negara tersebut adalah juga bobrok. Tolong dijawab. Jadi, menurut logika saya, sebaiknya agama (apapun, baik Kristen Katolik, Islam, Hindu, Budha, dsb.) itu tak perlu dicampuradukkan dengan kehidupan duniawi. Kemurnian agama justru akan lebih terjaga saat agama tidak dicampuradukkan ke dalam urusan duniawi. Hindarkan pemakaian agama sebagai kuda tungganagan atau kendaraan politik-contoh kasus: Habibie. Itu akan lebih menjaga umat untuk lebih berkonsentrasi menjalankan ibadah tanpa harus terganggu urusan berpolitik.

2. Mohon juga dijawab hal ini. Bagaimana rasio/perbandingan negara-negara maju antara negara sekular dengan negara agamis? Negara-negara sekular adalah pencetus di bidang teknologi, sains, demokrasi dan HAM. Bagaimana situasi di Swedia? Bayangkan kalau Swedia jadi negara agama Kristen, misalnya. Jika Bapak Ahmad bisa menjawab kedua pertanyaan di atas dengan lugas dan masuk akal, silakan meneruskan wacana negara agama anda. Tapi kalau tidak.. sorry saja. Salam. ( IM, 2 Nopember 1999).

Baiklah saudara IM.

Saudara IM bertanya pakai logika, maka saya-pun menjawab berdasarkan logika.

ISLAM MENGATUR HUBUNGAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

Islam memandang sesuatu dari dua sudut pandang sekaligus yaitu, pandangan ke dunia sekarang ini dan pandangan ke hari kemudian. Artinya, kehidupan di dunia ini, baik yang menyangkut kehidupan yang bersifat materi, sosial, politis, ekonomi, teknologi, individu, masyarakat, pemerintahan, negara tidak bisa dilepaskan dari ibadah kepada Tuhan. Mengapa? Karena Islam adalah bukan hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan saja, tetapi mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Kedua-duanya adalah ibadah. Inilah kuncinya dalam Islam.

Hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya telah diatur dalam bentuk hukum-hukum yang telah ditentukan Tuhan berdasarkan kepada apa yang telah tercantum dalam Firman-Nya dan apa yang telah dicontohkan Rasul-Nya Muhammad saw.

Begitu juga dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, baik itu dalam hubungan keluarga, masyarakat, pemerintahan, negara, Islam telah memberikan Garis-Garis Besar Haluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam rangka menempuh kehidupan di dunia ini, sebagai bekal kelak di hari kemudian. Karena apa yang akan diperoleh di hari kemudian adalah tergantung dari apa yang telah dilakukan di dunia sekarang ini.

Jadi logikanya adalah, perilaku manusia yang yakin kepada Tuhannya dengan mengikuti dan menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya, tanpa pembangkangan dan hanya penuh dengan penerimaan dan kepasrahan, maka hasil dari perilakunya itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan hasil usaha menurut kemampuannya masing-masing.

Nah sekarang, dalam penerapan dan pelaksaan hubungan antar manusia ini, Tuhan telah memberikan GBHN-Nya kepada ummat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan, dari mulai kehidupan pribadi, masyarakat, pemerintahan, negara, sosial, politik, ekonomi dan teknologi.

Karena itu, Islam tidak mengenal hanya satu hubungan, melainkan Islam memberikan dua hubungan, hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Artinya, hubungan langsung kepada Tuhan dan hubungan langsung antar manusia.

KESALAHAN BESAR MEMISAHKAN HUBUNGAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

Suatu kesalahan besar, apabila sekarang ada kaum muslimin yang menginginkan pemisahan dari kedua hubungan tersebut. Apabila hubungan vertikal dipisahkan dari hubungan horizontal, maka akhirnya manusia akan mengalami kepincangan.

Mengapa? Karena manusia akan kehilangan keseimbangan. Berpegang hanya ke jalur vertikal saja, maka manusia akan kehilangan sifat kebersamaanya, bukan hanya dalam segi pergaulan saja, tetapi juga kehilangan dalam segi hubungan sosial, kemasyarakatan, politik, ekonomi, pemerintahan dan negara. Sebaliknya, apabila hanya berpegang ke jalur horizontal saja, maka manusia akan bebas berbuat sesuai dengan apa yang menurut jalan pikirannya baik, tanpa perlu mendengar kepada apa yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta, yaitu Tuhan, karena dianggap Tuhan tidak perlu ikut campur dalam urusan masyarakat, pemerintahan dan negara.

Keadaan yang bersifat hubungan horizontal inilah sekarang telah melanda hampir diseluruh dunia. Mereka merasa bebas, menentukan apa yang dianggap oleh individu dan kelompok baik berdasarkan hasil pikirannya, tanpa melibatkan nilai-nilai yang datang dari Tuhan. Dan mereka itulah yang mayoritas hidup di negara-negara yang menganut paham sekularisme, yaitu suatu paham yang tidak mendasarkan moralitas kepada dasar ajaran agama.

PENYELEWENGAN BUKAN KARENA AGAMA YANG BOBROK

Nah sekarang, saya masuk kepada pertanyaan saudara IM, yaitu, "Jika Negara berdasarkan agama benar-benar terlaksana, kemudian terjadi penyelewengan, korupsi, kebobrokan, dsb logika bisa dibalik: Berarti Agama yang mendasari pembentukan negara tersebut adalah juga bobrok?".

Jawabannya adalah pembalikan logika tersebut sepintas bisa dianggap benar, tetapi bila ditelaah lebih mendalam ternyata salah, mengapa? Karena, manusia adalah bukan malaikat. (Catatan: malaikat tidak pernah melakukan pembangkangan terhadap perintah Tuhan-nya).

Justru, karena manusia adalah bukan malaikat, maka perlu diberikan Garis-Garis Besar Haluan yang datang dari Tuhan untuk dijadikan sebagai bahan pembimbing dan petunjuk jalan untuk menempuh kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Karena, Garis-Garis Besar Haluan hasil pemikiran manusia tidak bisa dijadikan sebagai standard aturan dan hukum, karena nilanya relatif dan nisbi.

PERLU GARIS BESAR HALUAN PEMBIMBING DARI TUHAN

Nah, apabila terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan oleh penguasa muslim di Daulah Islam Rasulullah (DIR), maka itu disebabkan oleh

1. Aqidahnya yang masih lemah.
2. Dorongan nafsunya masih bisa mengalahkan dorongan pikiran dan hati nuraninya.
3. Dorongan untuk berkuasa lebih besar dari dorongan untuk melaksanakan amanah.
4. Dorongan untuk mementingkan diri dan keluarga lebih besar dari dorongan untuk mementingkan rakyat banyak.
5. Dorongan tidak mau kalah lebih besar dari pada mau menerima dan mengakui kesalahan.
6. Dorongan yang egois lebih besar dibanding dengan dorongan yang mengarah kepada tolerasi dan saling hormat.
7. Dorongan ingin bebas dari ikatan agama.
 
Tentu saja akan ada yang menyanggah, itu kan sifat-sifat manusia yang umum yang bisa terjadi pada setiap manusia di negara manapun, tanpa ada hubungannya dengan agama.

Memang, justru karena manusia punya sifat-sifat umum itulah perlu adanya garis-garis pembimbing yang tidak relatif sifatnya, artinya dimanapun, kapanpun harus mempunyai nilai yang sama. Nah, garis pembimbing yang tidak relatif sifatnya inilah yang diperlukan oleh manusia.

Dan garis pembimbing yang tidak relatif sifatnya ini adalah bukan hasil pemikiran manusia yang nisbi sifatnya, melainkan garis pembimbing yang datangnya dari Sang Pencipta manusia itu sendiri, yaitu Tuhan.

Jadi kembali kepada penyebab penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa DIR adalah bukan disebabkan oleh dasar aqidah Islam-nya yang bokbrok (seperti yang dilogikakan oleh IM), melainkan disebabkan oleh manusianya atau penganutnya.

BEDA ANTARA ISLAM DAN PANCASILA

Tentu saja, akan timbul pertanyaan, kalau begitu apa bedanya dengan Pancasila? Misalnya, Soekarno yang diktator, yang salah bukan falsafah negaranya, tetapi diri Soekarno sendiri. Begitu juga dengan Soeharto, dimana dia menjadi seorang yang diktator sekaligus koruptor, bukan salah pancasila, tetapi yang salah adalah dirinya.

Benar, kalau dilihat sepintas. Tetapi, coba lihat dan dalami apa itu pancasila, dan apa itu Islam. Jelas, tidak bisa dibandingkan. Islam adalah agama, sedangkan pancasila adalah merupakan falsafah dan hasil pemikiran panitia sembilan. Adakah pancasila memberikan jalan dan bimbingan yang berlaku untuk semua manusia tanpa memandang suku, ras, bangsa, nasionalitas?.

Jelas, pancasila hanyalah penjabaran dari nilai-nilai umum yang memang sudah ada disetiap negara yang didasarkan kepada hasil pemikiran manusia yang relatif dan nisbi sifatnya, seperti nilai kebangsaan, persatuan, kemanusiaan, kesejahteraan, musyawarah. Dimana nilai-nilai itu memang sudah menjadi nilai umum. Misalnya, nilai kesejahteraan rakyat menurut orang-orang yang menganut paham sosialis, berbeda dengan kesejahteraan menurut orang yang menganut paham kapitalis, juga berlainan menurut pandangan orang yang berpaham komunis. Jadi apa yang dimanakan kesejahteraan adalah relatif dan nisbi sifatnya.

Jadi nilai-nilai yang berasal dari hasil pemikiran manusia tersebut tidak bisa dijadikan sebagai standar moral yang mutlak yang mampu menjadi garis pembimbing manusia untuk menuju kepada tingkat peradaban manusia yang lebih tinggi menurut pandangan Tuhan.

RASIO PERBANDINGAN KEMAJUAN MANUSIA DILIHAT DARI SEKULARISME

Selanjutnya mengenai bagaimana rasio perbandingan negara-negara maju yang sekuler dengan negara "agamis".

Nah, disini tergantung darimana kita melihat. Kalau melihat dari sudut pandang sekularisme, yang mendasarkan moral bukan dari agama, maka kemajuan yang sifatnya materi menjadi suatu ukuran dan patokan. Misalnya, berapa GNP perkapita, nilai standar hidup materi, majunya dalam bidang industri, perhubungan, teknik, mekanik, bangunan, pengobatan, kedokteran, yang kesemuanya didasarkan kepada ukuran materi yang bisa diukur dengan ukuran yang tepat dan terlihat.

Kemudian ukuran yang dilihat dari nilai moral yang bukan berdasarkan agama, seperti nilai yang sering didengungkan dengan nama hak asasi manusia, demokrasi.

Sebenarnya setiap negara mempunyai batasan-batasan umum terhadap apa itu yang disebut dengan hak asasi manusia, misalnya hukum mati di Amerika tetap dipertahankan, siapa yang membunuh, kemudian ternyata terbukti bersalah, maka dijatuhi hukuman mati. Penjatuhan hukuman mati karena membunuh di Amerika itu tidak menyimpang dari hak asasi manusia, sedang di negara sekuler lainnya, misalnya di Swedia, hukuman mati itu adalah melanggar hak asasi manusia.

Jadi, sebenarnya apa yang disebut dengan nilai hak asasi manusia untuk setiap negara ternyata ada perbedaan, tergantung dari paham dan kepentingan mana yang dipakai.

Begitu juga dengan demokrasi, masing-masing menafsirkan arti demokrasi, setiap negara memiliki definisi demokrasinya masing-masing. Jadi apa yang disebut demokrasi yang sebenarnya artinya kedaulatan rakyat, tetapi ternyata ditafsirkan bermacam-macam tergantung dari siapa yang memegang kekuasaan di suatu negara.

RASIO PERBANDINGAN KEMAJUAN MANUSIA DILIHAT DARI AGAMA

Sedangkan kalau melihat dari sudut nilai moral yang berdasarkan kepada agama (Islam), yang sifatnya bukan hanya nilai materi yang jadi ukuran, tetapi juga nilai moral yang dipertimbangkan, maka yang disebut kemajuan di negara-negara maju yang berpahamkan sekularisme adalah ternyata merupakan fatamorgana, artinya seakan kilauan air yang tampak di panas teriknya gurun pasir, ternyata sebenarnya bukan air, melainkan hanya pantulan sinar teriknya panas matahari yang seolah-olah menggambarkan aliran air yang bisa menghilangkan rasa dahaga.

Misalnya, agama melarang hidup tanpa melalui perkawinan yang syah, tetapi mereka justru menyuburkan hidup bersama tanpa perkawinan. Pelacuran adalah haram menurut ajaran agama, tetapi ternyata pelacuran mereka jadikan sumber bisnis. Judi adalah dilarang menurut agama, tetapi justru dikembangkan sebagai sumber pemasukan dana. Bunga adalah haram menurut agama (Islam), tetapi justru dijadikan sebagai sumber pemasukan yang mudah dan menjadi daya tarik roda ekonomi. Minuman keras dilarang menurut Agama (Islam), ternyata menjadi sumber penghasil keuangan besar bagi negara.

KESIMPULAN

Islam tidak mengenal hanya satu hubungan, melainkan Islam memberikan dua hubungan, hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Artinya, hubungan langsung kepada Tuhan dan hubungan langsung antar manusia.

Kesalahan besar, apabila sekarang ada kaum muslimin yang menginginkan pemisahan dari kedua hubungan tersebut. Apabila hubungan vertikal dipisahkan dari hubungan horizontal, maka akhirnya manusia akan mengalami kepincangan.

Penyebab penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa DIR adalah bukan disebabkan oleh dasar aqidah Islam-nya yang bokbrok, melainkan disebabkan oleh manusianya atau penganutnya.

Nilai-nilai yang berasal dari hasil pemikiran manusia tersebut tidak bisa dijadikan sebagai standar moral yang mutlak yang mampu menjadi garis pembimbing manusia untuk menuju kepada tingkat peradaban manusia yang lebih tinggi menurut pandangan Tuhan.

Rasio perbandingan negara-negara maju yang sekuler dengan negara "agamis" bisa dilihat dari sudut pandang sekularisme, yang mendasarkan moral bukan dari agama dan bisa dilihat dari sudut Agama.

Inilah sedikit jawaban saya untuk saudara Indonesian Man alias IM.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP
http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se