Stockholm, 5 Nopember 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

RAKYAT ACEH JANGAN DIHADAPI DENGAN KEKERASAN
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Tanggapan untuk saudara Jon Erli (Riau, Indonesia).

Bukan karena saya lahir di Tanjung Pinang, Propinsi Riau yang berbatasan dengan Sumut dan Daerah Istimewa Aceh, dan bukan juga karena Ibu yang melahirkan dan ayah yang menjaga berasal dari Sunda, sehingga saya mempunyai sikap anti kekerasan senjata.

Saya mempunyai jalan keluar untuk menyelesaikan krisis Aceh bukan melalui kekerasan senjata, seperti yang telah dilakukan oleh Rezim militer diktator Soeharto dan dilanjutkan oleh BJ Habibie dengan Wirantonya, melainkan melalui jalan dialog dan perdamaian yang adil.

Mengapa? Karena kekerasan senjata bukanlah jalan penyelesaian terbaik untuk krisis yang melanda Aceh sebagai daerah kaya minyak yang merupakan sumber pemasukan keuangan terbesar bagi kas negara.

Karena itu, untuk tulisan hari ini sengaja saya tampilkan tulisan yang erat hubungannya dengan permintaan dari saudara Jon Erli yang berdomisili di Riau, yang telah menyampaikan keinginannnya kepada saya untuk ikut memberikan pendapat dalam rangka menyelesaikan krisis Aceh. Dimana saudara Jon Erli menulis:

"Salam sejahtera buat Bapak Ahmad Sudirman. Saya adalah penggemar berat tulisan pak Ahmad, dari tulisan yang anda buat, anda adalah seorang yang berpengetahuan luas, maka dalam kesempatan ini saya gunakan untuk meminta pendapat anda mengenai masalah di Aceh.

Saya berkeinginan sekali untuk menyebar luaskan pandangan anda nantinya kepada saudara kita di Aceh, mereka semua sudah terlalu lama menderita tanpa harapan yang jelas.

Saya akan merasa berterima kasih sekali kalau surat ini akan bapak tanggapi dengan serius" (Jon Erli, 4 Nopember 1999).

Terimakasih, saudara Jon Erli.

Seperti yang telah saya sebutkan dalam kata pembukaan diatas yaitu bukan karena tanah kelahiran saya bertetangga dengan Aceh, dan bukan juga karena Ibu dan Ayah dari Sunda yang memiliki sifat lembut, melainkan karena kekerasan senjata adalah bukan jalan dan metoda pemecahan krisis Aceh yang terbaik.

Memang, dalam tulisan "Jurus pertama Pres Gus Dur, selesaikan Aceh" ( http://www.dataphone.se/~ahmad/991028.htm ) dan tulisan "Aceh akan menjadi pusat DIR" ( http://www.dataphone.se/~ahmad/990917.htm ) saya pernah mengajukan usul untuk penyelesaian krisis Aceh ini dan dalam tulisan yang sekarang ini saya tambahkan lagi pemikiran baru yaitu,

10 USUL UNTUK PIHAK PEMERINTAH GUS DUR
 
1. Presiden Gus Dur harus merubah taktik strategi kekerasan senjata dengan taktik strategi dialog dan perdamaian yang adil dalam menghadapi rakyat Aceh.

2. Presiden Gus Dur harus merubah sikap kebijaksaan politik militernya dengan cara menarik kekuatan TNI yang sekarang ada di Aceh dan diserahkan serta memberikan kepercayaan kepada pihak keamanan daerah Propinsi setempat untuk mengatur keamanan di daerahnya.

3. Presiden Gus Dur harus siap untuk mengusut dan mengadili mereka yang terlibat dalam berbagai tindakan kejahatan dan pembunuhan rakyat Aceh, terutama yang dilakukan oleh pihak militer.

4. Presiden Gus Dur harus mendekati dari segi aqidah Islam dan ukhuwah Islam, karena hampir semua rakyat Aceh adalah muslim.

5. Presiden Gus Dur harus memberikan kebebasan kepada rakyat Aceh untuk menerapkan, melaksanakan dan mengawasi hukum Islam tanpa dipengaruhi oleh hukum-hukum Pancasila.

6. Presiden Gus Dur harus siap dan mau berunding dan berdialog dengan semua pihak dan golongan yang terlibat dalam krisis Aceh.

7. Presiden Gus Dur harus mengerti dan memahami keinginan seluruh rakyat Aceh. Dimana dari berbagai macam keinginan yang timbul harus diperhatikan keinginan mana yang dikehendaki oleh sebagian besar rakyat Aceh.

8. Presiden Gus Dur jangan sekali-kali menggunakan politik pecah belah rakyat Aceh.

9. Presiden Gus Dur harus mau mengalah dengan memberikan kekuasaan otonomi yang luas kepada pemerintah istimewa otonomi Aceh untuk mengelola, mengatur dan menetapkan anggaran biaya, ekonomi dan keuangan daerahnya.

10. Presiden Gus Dur jangan sekali-kali menjalankan politik dialog dan perdamaian dengan tujuan untuk menipu rakyat Aceh.

10 USUL UNTUK PIHAK RAKYAT ACEH

1. Siap untuk melakukan dialog dengan cara damai dan adil dengan pihak Pemerintah Gus Dur.

2. Siap meninggalkan cara kekerasan senjata, terutama dari pihak GAM/AGAM.

3. Siap membangun kekuatan bersama dari seluruh kekuatan komponen rakyat Aceh yang dipimpin oleh gabungan utusan-utusan yang terlibat dalam perjuangan Aceh.

4. Siap menyatukan satu arah perjuangan yang dilandasi oleh aqidah Islam untuk tegaknya syariah Islam dan pemerintahan yang berlandaskan aqidah Islam.

5. Siap mengadakan kerjasama dengan pihak kaum muslimin yang di luar Aceh untuk bersama-sama menggalang persatuan.

6. Siap untuk membangun dan menegakkan aqidah Islam bukan hanya di Aceh tetapi juga untuk seluruh wilayah Indonesia.

7. Siap menolong dengan materil dan moril rakyat yang sekarang sedang menderita.

8. Siap membuang keinginan dan ambisi untuk mendapatkan kekuasaan.

9. Siap menyediakan tenaga-tenaga yang terlatih dan profesional untuk mengatur roda pemerintahan Aceh.

10. Siap membangun pemerintahan yang bertujuan untuk beribadah, bertaqwa dan mencari ridha Allah swt.

Nah, itulah sepuluh langkah dan kebijaksaan politik yang untuk sementara saya usulkan kepada Presiden Gus Dur dan sepuluh langkah kebijaksanaan politik untuk rakyat Aceh dalam rangka menyelesaikan krisis Aceh sekarang ini.

Inilah sedikit tanggapan saya untuk saudara Jon Erli (Riau, Indonesia).

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se