Stockholm, 2 Desember 1999

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

GUS DUR LEMPARKAN REFERENDUM ACEH KE AMIEN DAN AKBAR
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

 

Tanggapan untuk Pres Gus Dur.

PERTEMUAN ANTARA TOKOH-TOKOH ACEH DENGAN GUS DUR TANPA GAM/AGAM

Sebelum tiba hari sabtu, 4 Desember 1999 untuk memperingati Negara Aceh Sumatera yang sekuler yang di deklarasikan oleh Hasan Tiro 23 tahun yang lalu, maka Gus Dur pada hari Selasa, 30 Nopember 1999, pagi pukul 07.30 di Masjid Jami Al-Munawaroh, di depan rumah Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan telah mengundang tokoh-tokoh Aceh yang terdiri dari ulama HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), tokoh Thaliban, aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mahasiswa asal Aceh untuk melakukan dialog yang merupakan taktik dan siasat politik yang diam-diam-nya Gus Dur dan tidak formal untuk menyelesaikan krisis Aceh, sebelum Gus Dur bertolak ke Cina untuk kunjungan resmi 3 hari, yang dimulai kemaren. ( http://www.tempo.co.id/harian/include/index.asp?file=30111999-655 )

Adanya garis haluan keras Hasan Tiro yang menghalangi datangnya wakil dari pihak GAM/AGAM, seperti yang dinyatakan oleh Kepala Biro Penerangan Angkatan Bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Wilayah Pase Ismail Saputra (Abu Is) bahwa pertemuan tersebut sama sekali tidak dihadiri para wakil Gerakan Aceh Merdeka yang berada di bawah kepemimpinan Tengku Hasan di Tiro karena GAM menolak perundingan dengan pemerintah Jakarta dalam soal Aceh. ( http://www.waspada.com/113099/headline/headlin1.htm )

GUS DUR LEMPARKAN REFERENDUM ACEH KE AMIEN DAN AKBAR

Ternyata hasil pertemuan Selasa pagi itu tidak banyak menghasilkan sesuatu yang menggembirakan, apalagi setelah Gus Dur menendangkan bola krisis Aceh ini ke kapten MPR Amien dan penjaga gawang Akbar, setelah mendapat serangan dari Teungku Haji Ibrahim Bardan, Ketua HUDA : "Kami berharap opsi merdeka tetap ada dalam referendum" yang dijawab Gus Dur: "Untuk menyelesaikan masalah Aceh tidak bisa lagi dilakukan dengan pendekatan ideologis, politik dan keamanan. Yang bisa dilakukan adalah dengan pendekatan kultural. Saya tetap harus meminta pendapat MPR dan DPR lebih dahulu. Saya tidak yakin kalau mereka merelakan Aceh lepas dari pangkuan Indonesia" ( http://www.tempo.co.id/harian/include/index.asp?file=30111999-655 )

DIALOG YANG GAGAL ANTARA TOKOH-TOKOH ACEH DENGAN GUS DUR

Adanya sikap keras dari kelompok Hasan Tiro yang mewakili National Liberation Front of Acheh Sumatra (NLFAS) yang tidak mau berunding kalau yang akan diberikan oleh RI hanya otonomi dan negara federal, seperti yang dinyatakan oleh salah seorang pengikutnya, Ismail Saputra (Abu Is) Kepala Biro Penerangan Angkatan Bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Wilayah Pase: "Apapun hasil dialog yang berlangsung hari ini sama sekali takkan diakui Tengku Hasan di Tiro. Jadi, andaikata dialog hari ini (Selasa) disebut sebut disertai para wakil GAM, kesemua itu bohong, karena sikap kami jelas bahwa tak ada perundingan dengan pemerintah Jakarta. Kami bangsa Aceh di Aceh telah bertekat untuk menyelesaikan masalah Aceh, hanya satu jalan yaitu Aceh mesti Merdeka" ( http://www.waspada.com/113099/headline/headlin1.htm ).

Kepincangan dan ketidak tegasan Gus Dur dalam mengambil cara pemecahan krisis Aceh (misalnya contoh dialog Gus Dur dengan taktik diam-diam dan tidak formal diatas), sehingga bola referendum yang tidak bisa di selesaikan dalam Kabinetnya itu dilemparkan ke kapten MPR Amien dan penjaga gawang DPR Akbar yang memang menurut jalur trias politika dengan sistem demokrasi baratnya yang sekuler yang harus bertanggung jawab, membicarakan dan mengambil keputusannya.

MPR DAN DPR HARUS MENGAMBIL SIKAP TEGAS

MPR/DPR yang ada dibawah Amien dan Akbar harus mampu menyelesaikan masalah Aceh ini dengan tuntas. Karena kalau tidak, maka akan menjadikan penyakit kanker dalam tubuh Daulah Pancasila.

Cara pendekatan dan dasar yang dipakai untuk memecahkan Aceh adalah,

1. Islam
2. Sejarah Kesultanan Islam Aceh
3. Perlawanan gigih ulama dan pimpinan muslim Aceh terhadap Portugis dan Belanda
4. Negara Islam Indonesia di wilayah Aceh

1. Islam

Islam merupakan agama yang dianut oleh seluruh rakyat Aceh dari sejak abad ke 12. Berdasarkan Islam inilah seharusnya pendekatan dan dialog yang akan diadakan antara rakyat Aceh dengan Penguasa dan rakyat Indonesia.

2. Sejarah Kesultanan Islam Aceh

Dari mulai abad ke 12 sampai tahun 1350 Kerajaan (Kesultanan) Islam telah berdiri di Aceh, dibawah nama Kerajaan Islam Samudera-Pasai dengan Raja (Sultan)-nya Malik ul Saleh dan diteruskan oleh cucunya Malik ul Zahir.

Di awal abad ke 15 tegak kembali Kesultanan Aceh, setelah hampir 160 tahun ada di bawah pengawasan Kerajaan Majapahit-Hindu, dengan pemimpinnya dari mulai Sultan Ali Mukayat Syah (1514-1528), diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537), dilanjutkan oleh Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568), dikebangkan oleh Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573), kemudian dipimpin oleh Sultan Seri Alam (1576 dan dijalankan oleh Sultan Muda (1604-1607) dan diakhiri oleh Sultan Iskandar Muda dengan gelar marhum mahkota alam (1607-1636).

3. Perlawanan gigih ulama dan pimpinan muslim Aceh terhadap Portugis dan Belanda

Perlawanan terhadap Portugis yang telah menjajah Malaka pada tahun 1511 yang dipimpin oleh Sultan-sultan diatas dari Kesultanan Islam Aceh. Yang diteruskan oleh Sultan Machmud Syah melawan Belanda yang telah mendeklarasikan perang melawan Aceh pada tanggal 26 Maret 1873.

Perang Aceh terus berlangsung sampai tahun 1904 dibawah pimpinan Sultan Machmud Syah, Panglima Polem, Teuku Umar, Cut Nya' Dien dan Tuanku Muhammad Dawot (pengganti Sultan Machmud Syah yang wafat).

4. Negara Islam Indonesia di wilayah Aceh

Setelah perang Aceh berakhir tahun 1904 dan Indonesiapun telah kembali menjadi RI pada tanggal 14 Agustus 1950 setelah diadakan pengakuan kedaulatan RIS oleh Belanda pada tangal 27 Desember 1949. Kemudian 3 tahun setelah RIS bubar dan kembali menjadi RI, Daud Beureueh di Aceh pada tanggal 20 September 1953 memaklumatkan Negara Islam Indonesia di bawah Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Imam SM Kartosoewirjo.

JALAN PEMECAHAN YANG DIAMBIL

Dengan berdasarkan kepada 4 pendekatan diatas, sebelum referendum diputuskan dan ditetapkan waktunya, maka dasar pemikirannya perlu disampaikan terlebih dahulu melalui cara dialog dan melalui angket kepada seluruh rakyat Aceh yang isinya adalah,

1. Apakah syariat Islam akan diterapkan secara menyeluruh?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah akan membangun kembali Khilafah Islam yang berpusat di Aceh?
a. Ya
b. Tidak

Dari dua pertanyaan diatas akan memberikan 4 kemungkinan kombinasi jawaban yaitu,

1. Syariat Islam akan diterapkan secara menyeluruh di Khilafah Islam yang berpusat di Aceh.
2. Syariat Islam akan diterapkan secara menyeluruh tetapi bukan di Khilafah Islam, melainkan di daulah yang berbentuk Kerajaan, Republik atau Federasi.
3. Syariat Islam tidak akan diterapkan dalam Khilafah Islam.
4. Syariat Islam tidak akan diterapkan dan tidak akan membangun kembali Khilafah Islam.

Apabila alternatif nomer 1 yang banyak dipilih, maka kaum muslimin khususnya di Aceh dan umumnya di Indonesia dan diseluruh dunia akan mempunyai tempat untuk berlindung dan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dan menegakkan aqidah Islam dan memberikan contoh yang baik kepada kaum negara sekuler lainnya, bahwa Islam mampu memberikan pemecahan dalam kehidupan umat manusia.

Apabila alternatif nomer 2 yang banyak dipilih, maka kaum muslimin di Aceh akan membangun daulah Islam dalam bentuk kerajaan, republik atau federasi.

Apabila alternatif nomer 3 dan nomer 4 yang paling banyak dikehendaki oleh rakyat Aceh, maka kaum muslimin di Aceh, di Indonesia dan di dunia umumnya akan rugi dan makin terpecah-pecah kedalam negara-negara sekuler yang kecil.

DITINJAU DARI DASAR AQIDAH ISLAM YANG TELAH MENJADI DASAR KERAJAAAN (KESULTANAN) ACEH SEJAK ABAD KE 12

Apabila dari alternatif-alternatif yang masuk kebanyakan adalah memilih alternatif nomer 4, nomer 3 dan nomer 2, maka keinginan untuk membangun daulah Aceh adalah sudah keluar dari apa yang telah dibangun dari sejak Kesultanan Samudera-Pasai di abad ke 12-13, Kesultanan Aceh di abad ke 15-16 dan apa yang telah di maklumatkan 46 tahun yang lalu oleh Daud Beureueh mengenai berdirinya Daulah Islam dengan syariat Islamnya di wilayah Aceh sebagai bagian dari Daulah Islam Indonesia.

Kalau hanya ingin membangun Aceh sebagai negara sekuler, maka tidak ada bedanya dengan Daulah Pancasila. Lebih baik Gus Dur  dengan seluruh kaum muslimin yang ada di Indonesia untuk membangun kembali Daulah Pancasila menjadi Daulah Islam Rasulullah.

Inilah sedikit tanggapan untuk Pres Gus Dur.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada ahmad@dataphone.se agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman

http://www.dataphone.se/~ahmad
ahmad@dataphone.se